5. Menggunakan metode sistematis dalam penyelesaian masalah
Berbagai masalah dapat terjadi selama mahasiswa dalam masa pendidikan, pengetahuan pendidik tentang isu–isu dewasa muda sangat membantu dalam
menyelesaikan masalah mahasiswa. Dosen dituntut harus menggunakan berbagai metode secara sistematis untuk menyelesaikan permasalahan mahasiswa untuk
dapat mengambil keputusan, hal ini dapat tergambar dalam beberapa kategori berikut: dapat memilah-milah masalah mahasiswa dengan mengenal berbagai
karakteristik mahasiswa, dapat menentukan jenis penyelesaian masalah yang sesuai, dan menciptakan suasana belajar yang kondusif.
Menggunakan metode sistematis dalam penyelesaian masalah dengan cara memilah-milah jenis masalah yang terjadi pada mahasiswa. Pernyataan ini sesuai
dengan kutipan salah satu partisipan dibawah ini: “harus bisa membedakan dan menjelaskan tiap–tiap masalah mahasiswa
atau memilah–milah mahasiswa, misalnya dalam kemampuan belajar, harus bisa memilah mahasiswa mana yang kemampuannya, gradenya
misalnya yang lumayan mana yang sedang atau mahasiswa yang kemampuannya atau gradenya dibawah, misalkan ada masalah
mahasiswa, sidosen harus bisa memilah apakah masalah itu hanya bisa dikasih penugasan atau hukuman atau cukup dengan nasehat saja.” [P1,
L9-15]
Pernyataan diatas juga didukung oleh dua partisipan lainnya yang menyatakan bahwa dosen harus mengenal berbagai karakteristik mahasiswa agar
bisa memahaminya dan membantu dosen dalam menentukan sikap yang sesuai untuk mahasiswa tersebut, seperti kutipan dibawah ini:
“makanya kita perlu juga ya kalau dimahasiswa, perlu juga kita tahu ada anak mahasiswa ini yang bisa yang harus dilembuti, ada dia yang
memang harus dikasih dikit apa penekanan–penekanan baru dia bisa jalan didepan gitu.” [P4, L581-584]
Universitas Sumatera Utara
Hal ini juga didukung oleh pernyataan dari partisipan lainnya yang menyatakan bahwa dosen harus mengenal karakter mahasiswa karena mahasiswa
memiliki banyak masalah, yaitu: “kita harus lihat dulu dari karakter mahasiswa contohnya mahasiswa
itukan banyak sekali masalahnya baik itu distudinya maupun sikap mereka dalam mengikuti perkuliahan.” [P11, L9-11]
Menggunakan metode sistematis dalam penyelesaian masalah yang
merupakan karakteristik caring dosen dapat dilakukan dengan cara menentukan jenis penyelesaian masalah yang sesuai dengan jenis dan tingkatan masalahnya.
Hal ini sesuai dengan kutipan beberapa pernyataan seorang partisipan berikut ini: “ada mahasiswa yang cukup dengan teguran ada mahasiswa yang harus
dengan hukuman gitu ada yang mungkin perlu juga dengan skorsing untuk misalnya yang kasus–kasusnya sudah agak berat atau mungkin
kesalahannya selalu berulang–ulang, misalnya yang untuk teguran seperti yang saya bilang tadi latar belakangnya mungkin selama ini baik gak
pernah ada masalah dan nilainya juga lumayan, untuk yang perlu hukuman mungkin dia perlu juga kita berikan hukuman, hukumannya
misalnya hukuman yang mendidik, misalnya dengan disuruh mengerjakan satu tugas yang agak sulit, atau mungkin bentuknya hukuman fisik seperti
misalnya kebersihan.” [P1, L78-86] Beberapa pernyataan dari partisipan diatas, juga didukung oleh beberapa
pernyataan dari tiga partisipan lainnya, seperti kutipan dibawah ini: “yang terkait dengan uang kuliah mahal, jadi mereka bertanya bagaimana
solusinya jika tidak ada, belum sanggup membayar uang kuliah, jadi kita sampaikan dalam bentuk bisa dicicil kemudian misalnya ada salah satu
anggota keluarganya yang sakit, jadi mereka harus pulang melihat keluarganya tersebut bagaimana, menurut kita dosen ya mana yang bagus
kita kasihya, kalau kondisikeluarga tersebut tidak mengharuskan mereka pulang ya gak usah cukup dengan kabari–kabari saja.” [P8, L43-59]
Menggunakan metode sistematis untuk penyelesaian masalah dapat juga dilakukan dengan menciptakan suasana belajar yang kondusif dengan membuat
Universitas Sumatera Utara
mahasiswa rilekstidak kaku dalam mengikuti proses belajar-mengajar. Partisipan mengatakan bahwa untuk membuat mahasiswa rileks dengan membuat lelucon
atau humor sehingga mahasiswa tidak bosan dan tetap semangat mengikuti perkuliahan. Pernyataan tersebut sesuai dengan pernyataan lima partisipan, seperti
kutipan berikut ini: “kalau mereka dah ketawa gitu kan suasananya kan jadi cair gitu kan gak
kaku lagi jadi kita ngajarnyapun mereka dah lebih rileks gitu.” [P2, L319- 320]
“saya pun ngajar sistemnya gak monoton pasti agak saya masukin apa yakan, penerapannya agak saya bawa bercanda ya kan, mereka
tertawa,kemudian saya bawa lagi masuk materinya, ya masuk lagi.” [P6, L288-291]
Menggunakan metode siatematis untuk penyelesaian masalah dengan memberikan ilustrasi mengenai topik yang akan kita ajarkan diawal perkuliahan
agar mahasiswa dapat fokus atau konsentrasi pada materi tersebut. Kutipan pernyataan partisipan tersebut adalah:
“kita buat ilustrasi, supaya dia fokus kekita biar pikirannya enggak kemana–mana, kalau sudah fokuskan kita bisa ngasikan materi biar
konsentrasi gitu, ngasikan materilah pembukaan gitu.” [P10, L44-46] Seorang dosen dapat membuat suasana belajar yang kondusif untuk
menyelesaian masalah mahasiswa dengan mengelola kelas dan menyajikan materi dengan menarik, terutama mencegah mahasiswa tidak konsentrasi dalam
menerima pelajaran. Dosen harus terus mengawasi konsentrasi mahasiswa saat belajar, apabila mahasiswa ribut berarti dosen harus dapat mencegah hal tersebut.
Kutipan pernyataan partisipan tersebut adalah: “kalau kita ngajar saya berdiri jadi misalnya ada suara sedikit langsung
kita lirik gitu jadi mereka spontan gak ribut gitu, jadi kalau kira–kira ada yang ribut langsung kita tujukan mata kita sama dia gitu jadi langsung
Universitas Sumatera Utara
diam dia gitu, jadi seperti itulah kira–kira, harus terus tau kita mereka konsentrasi atau tidak gitu.” [P10, L80-84]
“kita harus bisa menguasai kelas lah istilahnya, jadi dalam kelas itu kita harus tau mana yang memang benar–benar belajar mana yang tidak
belajar jadi suasananya itu dibuat hidup gitu kita tidak sor dengan mata kuliah yang kita bawa sendiri”[P11, L352-355]
6. Empati