Ketulusan Memberikan motivasi Studi Fenomenologi : Karakteristik Caring Dosen Keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas Swasta Kota Medan

dilingkungan pendidikan, trus saya ditelpon ibu dirumah, saya mau main– main kerumah ibu dengan orang tua saya?, karena biasanya kalau seperti ini, aaa berapa mau ibu nilai saya biar naik, kayak gitu–gitulah, kalau urusan kantor mau jumpa sama saya dengan orang tua kamu datang kekantor.” [P11, L196-203] Keputusan yang telah diambil oleh seorang dosen terhadap suatu masalah mahasiswa, tidak akan berubah-ubah lagi dengan alasan apapun yang diutarakan oleh mahasiswa tersebut, hal ini dapat menunjukkan komitmen seorang dosen. Hal ini sesuai dengan kutipan pernyataan partisipan berikut ini: “kalau saya katakan tidak, tidak kalau saya katakan ia, ia jadi mereka tidak akan bilang jangalah bu, janganlah bu, gak pernah, kalau bilang tidak bisa tidak bisa kamu keluar kampus, dia diam, gak jadi gitu, misalkan permisi gitukan alasannya saja gitu ya kan, jadi saya bilang, gak jadi, saya orangnya gak cerewet sih bu, bisa nanti ditanyak mahasiswa cuma saya harus tegas gitu kemereka.” [P11, L217-222]

8. Ketulusan

Ketulusan yang diberikan dosen dapat tergambar dari memberikan bantuan kepada mahasiswa tanpa pamrih. Hal tersebut sesuai dengan ungkapan dua partisipan seperti kutipan dibawah ini: “kalau seandainya mereka itu perlu bantuan ibaratnya perlulahbimbingan kita ya kita harus membimbing secara ini lah eceknya tanpa ada pamrih gitu.” [P13, L122-124] Ketulusan dosen terhadap mahasiswa juga dinyatakan oleh seorang partisipan dengan tidak mempersulit urusan mahasiswa. Kutipan pernyataan tersebut adalah: “Seandainya mahasiswa itu perlu bantuan kita, kita bantu kita jangan terlalu mempersulit mahasiswa.” [P13, L9-10] Universitas Sumatera Utara Ketulusan seorang dosen dapat tergambar dari sikap mudah memaafkan kesalahan mahasiswa. Pernyataan ini sesuai dengan kutipan seorang partisipan berikut ini: “jadi pada akhirnya saya nasehati aja karna dia sudah minta maaf, ya saya maafkan aja, jadi gak masalah.”[P1, L222-223] Ketulusan juga dapat tergambar dari respon senang kepada dosen yang ditunjukkan oleh mahasiswa karena dosen memberikan ilmu dengan tulus kepada mereka, seperti kutipan pernyataan partisipan berikut ini: “gak rugi lo kita ngasih ilmu itu keanak–anak gitu, apa yang kita tahu kita berikan kemereka nanti kemana pun mereka ingat dikasih ilmu yang baru sama dia, selalu dapat ilmu yang terbaru, mereka senang, kalau kita masuk pasti senang karna kita kasih pengalaman yang baik sama mereka terus.” [P10, L234-237] 4.3.2 Karakteristik Non-Caring Dosen Keperawatan Terdapat duasub tema yang mencerminkan karakteristik non-caring dosen keperawatan yaitu:1 kekerasan verbal dan 2 kekerasan emosional. Kekerasan verbal terdiri dari 4 kategori yaitu: mudah marah dengan prilaku negatif mahasiswa, kurang menghargai mahasiswa, merendahkan mahasiswa, memberlakukan mahasiswa secara tidak dewasa dan menggunakan paksaan secara akademik.

1. Kekerasan verbal, terdiri dari: a. Mudah marah dengan prilaku negatif mahasiswa

Karakteristik non-caringdosen dapat tergambar dari perilaku dosen yang mudah terpancing marah dengan adanya perilaku negatif yang ditunjukkan mahasiswa, perilaku negatif mahasiswa bisa dalam bentuk tidak mematuhi aturan Universitas Sumatera Utara yang berlaku, membuat keributan didalam kelas saat belajar, tidak melaksanakan perintah dosen atau tingkah laku lainnya. Kutipan pernyataan partisipan yang sesuai adalah: “Kalau saya merajuk enggak, tapi kalau saya marah, memang saya ngeri marah.” [P3, L249] “yang bermasalah dua tiga orang itu yang gak absen yang rambutnya jingkrak–jingkraklah ya marahin itu gitu.” [P3, L268-269] Pernyataan diatas didukung oleh partisipan lainnya yang mengatakan bahwa dengan tingkah laku mahasiswa yang macam-macam dapat menuntut dosen untuk marah. Pernyataan tersebut sesuai dengan kutipan partisipan berikut ini: “menghadapi mahasiswa kadang–kadang melihat tingkah laku mahasiswa yang macam–macam memang menuntut kita untuk marah gitu.” [P4, L511-513] Pernyataan diatas juga didukung oleh partisipan lainnya yang mengatakan bahwa tingkah laku mahasiswa yang bermacam-macam sering membuat emosi, seperti kutipan berikut ini: “saya marah kalau hal–hal tertentu contohnya, saya paling gak suka kalau, kan kalau anak swasta itu kan pake cup ya, dia gak pake gitu kan, jadi saya emosi juga kadang, kamu kenapa? kamu gak patuh saya bilang seharusnya kamu itu lebih nunjukin sebagai leadernya, kalau saya ngajar bu ini seperti ini bu salah, tapi kalau disuruh didepan ini mereka gak bisa gitu.”[P12, L83-91] Mahasiswa terkadang tidak membawa peralatan kuliah seperti buku, lupa dengan kelompok diskusi yang telah ditetapkan diawal sehingga hal ini dapat membuat dosen emosi atau marah kepada mahasiswa. Pernyataan tersebut disampaikan oleh partisipan berikut ini: Universitas Sumatera Utara “kalau dia diam saja gak tau kelompok, nah kalau itu saya emosi, orangnya aja masih duduk, emosi kan, kamu gak tau kelompok kamu, saya bilang, saya kan naik tensi, saya emosi, kamu cepat cari kelompoknya, saya repetinlah, bu jangan marah–marah, masak kamu gak tau kelompok kamu, jadi siapa yang ngerjain saya bilang, kalian selalu menuntut hak kalian, tapi kewajiban kalian gak kalian penuhi.” [P12, L193-202] “kalian sombong saya bilang, apalagi kalau saya supervisi nama pasien aja kalian gak kenal, itu saya marah kali, kenalan saya bilang, sombong kali kalian, baru jadi perawat aja sombong, kalau gak mau jadi perawat jangan jadi perawat, dari pada nanti sudah kerja asal–asalan, terima gaji udah, kerja diklinik gaji lima ratus, kadang saya emosi ini lah orang ini bandalnya.” [P12, L315-321] Bentuk marah dosen terhadap mahasiswa dapat dikategorikan sebagai kekerasan verbal, hal ini kerap terjadi apabila mahasiswa melanggar peraturan ataupun berbuat kesalahan. Hal ini sesuai dengan kutipan pernyataan partisipan berikut ini: “gimana namanya orang marah, hey kau ya hahahahatertawa, kau ya, kau mau jadi perawat atau mau jadi apa, ku bilang, orang tuamu dikampung udah capek, kau makan uang kuliahnya, kubilang kayak gitu kan, kau bergaya–gaya kau disini, kau makan uang kuliahmu, duduk, berapa yang kau bayar, berapa bulan gak kau bayar, ha bagus kau, jujur, meskipun kau tak jujur akan ketahuan.” [P5, L430-439] Mudah marah dengan perilaku negatif mahasiswa tampak pada pernyataan partisipan bahwa akan menegur dan memarahi mahasiswa apabila terlihat dengan penampilan tidak rapi dan tidak sesuai dengan peraturan yang ada, teguran itu dapat dilakukan baik didalam kelas saat proses belajar berlangsung ataupun diluar kelas saat berjumpa dengan mahasiswa. Kutipan pernyataan partisipan tersebut sebagai berikut: “misalnya rambutnya jikrak–jikrak, saya tetap tegurin, bisa gak kamu buat seperti ini besok, atauharus ibu yang memangkas rambut kamu, kalau ibu yang memangkas rambut kamu, nanti botak, tapi kalau kamu yang memangkas sendiri lebih rapi, mana kamu pilih, pangkas sendiri bu, besok kamu pangkas termasuk kuku–kuku mu, kuku mupanjang kamu itu disini Universitas Sumatera Utara bukan artis, kamu itu disini mau jadi perawat, kuku bawakuman bisa gak kukumu dipotong, kalau gak bisa jumpai saya besok, saya akan potong.” [P11, L297-304] “kalau itu langsung tegur, kenapa kamu ribut? apa yang kamu ceritakan coba cerita dulu kamu didepan atau kita gantian yuk, saya bilang seperti itu, nanti dia akan terdiam, kamu, saya bilang begitu kenapa diam?, tadi ribut, bagus kamu duduk didepan, saya operkan.” [P11, L383-386] Pernyataan diatas juga didukung oleh dua partisipan lainnya yang sering mengeluarkan kata-kata yang berbau emosi dan sisnis kepada mahasiswa, seperti kutipan pernyataan berikut ini: “jadi saya bilang kalian itu aneh, kalian itu nuntut dosenuntuk bisa, saya bilang, kalian saya tuntut bisa gak mau, kita gak ada umpan baliknya, sayabilang, emangnya saya radio rusak, kalau rusak kalian cuekin kalau sudah gak enakdidengar, ia kan tersenyum disuruh dengar kalian plototin segala macam, ia kan.” [P12, L70-73]

b. Kurang menghargai mahasiswa

Dosen yang tidak caringdan tidak peka terhadap kebutuhan mahasiswa ditandai dengan sikap kurang menghormatimenghargai mahasiswa dan kurang respek terhadap mahasiswa. Salah satu bentuknya adalah melakukan kekerasan verbal dalam bentuk kata-kata yang kasar atau teguran yang keras kepada mahasiswa atas kesalahan yang dibuat oleh mahasiswa yang dapat mencerminkan dosen sebagai seorang tuan dari pada seorang fasilitator. Pernyataan tersebut sesuai dengan kutipan pernyataan partisipan berikut ini: “sampai bahasa binatang segala macam itu tidak ada yang ada teguran yang keras misalnya “kamu berpikir tidak sih kamu kan sudah dewasa masak kamu gak bisa membedakan mana yang baik mana yang tidak”, teguran–teguranseperti itu nanti selanjutnya kita berikan hukuman.” [P1, L96-99] “saya pernah bilang seperti ini kalau kamu gak suka dengan peraturan saya silahkan jumpai saya dikantor bukan disini kita bicara pribadi– pribadi satu persatu kalau yang kolektif seperti ini nanti susah Universitas Sumatera Utara menjelasinya, kau kotori nanti otak–otak yang sudah bagus ini saya bilang.” [P3, L435-438] Pernyataan tujuh partisipan yang mengatakan bahwa akan menyuruh mahasiswa keluar dari kelas apabila melakukan keributan saat proses belajar berlangsung juga merupakan salah satu bentuk kekerasan verbal terhadap mahasiswa yang mencerminkan bahwa dosen kurang menghargaimenghormati mahasiswa, berikut ini tiga kutipan pernyataan partisipan yang berhubungan adalah: “kalau sempat mahasiswa ketauan seperti itu, maka saya akan tegordia, jangan dia buka itu, namun kalau dia masih buat juga saya akan suruh dia keluar meninggalkan ruangan kelas.” [P7, L83-85] “kalau masih ribut, saya kasih peringatan, saya panggil namanya gitu jadi kalau memang dia sudah kelewatan ya udah saya ambil tindakan, anda keluar saja dari pada mengganggu temannya yang lain seperti itu.” [P8, L284-287] Selain menyuruh mahasiswa keluar kelas, bila ribut saat proses belajar berlangsung, ada juga dosen yang melakukan tindakan otoriter lainnya seperti menyuruh mahasiswanya yang ribut agar pindah duduk kedepan atau menyuruh menggantikannya memberikan kuliah didepan. Kutipan pernyataan partisipan tersebut adalah: “siapa nanti yang ribut, yang bikin kekacauan gitu ya, misalnya apa guit– guit temannya gitu, kamu duduk didepan ajalah atau menggantikan saya kuliah, nanti gak mau diakan ya udah bawa aja bukumu, kamu duduk disini.” [P11, L388-391]

c. Merendahkan mahasiswa

Melecehkanmerendahkan mahasiswa digambarkan oleh partisipan dengan memberikan teguran kepada mahasiswa didepan teman-teman lainnya dan Universitas Sumatera Utara menegur dengan bahasa sindiran. Pernyataan partisipan yang menggambarkan melecehkanmerendahkan mahasiswa adalah berikut ini: “saya suruh keluar kamu cuci muka dulu keluar baru balek kesini baru saya kasih kamu belajar lagi, kalau kamu tetap disitu ngantuk seperti itu gak usah aja.” [P3, L40-42] “kamu sadar gak kamu perawat?, sadar bu, apalah coba? kalau kita bilang, harus ini bu harus ini, ya udah kerjakan aja, harus rapi harus bersih harus cekatan harus ramah ya udah kerjakan, kamu udah rapi belum? coba lihat bajumu, kamu udah besih belum? coba tengok kukumu rambutmu.” [P3, L391-394] “kenapa? berarti kamu kemana dari tadi saya bilang gitu ya kan, yang lain–lain pasti tertawa dengan pertanyaan yang konyol menurut dia dan tidak seharusnya ditanya ya kan” [P6, L216-218] Pernyataan beberapa partisipan diatas juga didukung oleh partisipan lainnya dengan memarahi mahasiswa yang disertai dengan bahasa ejekan atau hinaan kepada mahasiswa, seperti dua kutipan pernyataan berikut ini: “ha kemana kau buat ini, bisa kau bayar ini, ia bu janji bu, tapi satu bulan aja dulu ya bu, jangan jual diri kau yahahahahatertawa, mau buat tak bagus kau, nanti suami mu lagi kau jual, kau jadi contoh dari sekarang kalau mamak–mamak kau nanti, gitulah marahnya saya.” [P5, L440-445] “saya terserah sama kalian saya bilang, saya itu sudah selesai sarjananya, sudah selesai kompetensi saya, serba sombong berlebihan lah ya kan, maksudnya mau menjatuhkan, kalian apa yang kalian banggakan, coba ijasah belum punya, kerjaan belum punya, STR masih bingung, ujian lagi kalian ia kalau lulus saya bilang, ia kalau dapat kerja, saya bilang.” [P12, L235241]

d. Memperlakukan mahasiswa secara tidak dewasa

Dosen sering memperlakukan mahasiswa secara tidak dewasa dengan secara beramai-ramai menegur langsung kesalahan mahasiswa apabila mahasiswa sedang berada di ruangan dosen seperti menegur pakaian mahasiswa, rambut ataupun masalah lainnya. Kutipan pernyataan partisipan tersebut sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara “kalau masuk mahasiswa kekantor kami takut mereka karena semua dipreteli itu gitu, kamu semalam kok gak datang yah Anto kenapa?, kenapa kau? ha sini-sini, gak aman itu kalau masuk kantor, mana-mana bed namamu? mana kaos kaki mu? kau kok pake dalaman, gak kemeja, pake kaos–kaos apanya? kayak mana kuku mu ini kok jorok? udah dipreteli itu semua–semuanya.” [P3, L383-387] Pernyataan tersebut juga didukung oleh partisipan lainnya yang mengatakan sering menegur mahasiswa saat momen mengajar seperti masalah kuku dan rambut “kita kan pas skalian ngajar, sambil jalan, lihat ya kan, kalau dalam ruangan kelas kukunya panjang, kalau didalam kelas jarang saya lihat kuku, kebetulan rambut yang saya tegur, yang kalau kuku masalah diluar jumpa.” [P6, L36-39] Mahasiswa diperlakukan secara tidak dewasa juga terlihat dalam beberapa kutipan pernyataan partisipan berikut ini, yang mengatakan bahwa akan menggunting sendiri rambut atau kuku mahasiswa apabila terlihat panjang, adalah: “saya tanyak, kenapa rambutnya panjang?, tolong ya dipotong saya bilang begitu, jadi besok jangan ada saya lihat lagi rambutnya panjang seperti itu, kalau dia masih bandel, kita potong aja rambutnya sendiri.” [P8, L222-226] “kalau saya pangkaskan sendiri sih gak pernah, belum ada, tapi kukunya digunting pernah senyum.” [P7, L167-168] Pernyataan diatas juga didukung oleh partisipan lainnya yang sering menegur mahasiswa mengenai masalah kuku dan rambut, kutipan pernyataan tersebut adalah: “menegurnya disini saya tanyak, contoh disini masalah kuku dalam hal kecil kuku ya, sepatu, ketika itu juga saya panggil yakan, kenapa kukunya kok panjang?, kalau saya kebetulan bawa jepit kuku saya suruh potong didepan mereka.” [P6, L30-34]

e. Menggunakan paksaan secara akademik

Universitas Sumatera Utara Paksaan akademik dapat dalam bentuk menggunakan kekuasaan sebagai dosen dan bentuk ancaman terhadap hal-hal yang berhubungan dengan akademik mahasiswa. Pernyataan partisipan yang mengatakan bahwa dapat memberlakukan peraturan yang ada di institusi dan dapat menggunakan kekuasaannya sebagai dosen untuk memaksa mahasiswa mengikuti peraturan yang ada, apabila mahasiswa tidak dapat mengikuti peraturan dari institusi dan peraturan dari dosen yang bersangkutan. Kutipan pernyataan partisipan tersebut sebagai berikut: “kalau gak bisa lagi ditegur tetap melawan ya buat surat skorsing kalau gak bisa lagi ya jalan terahir pemecatanlah atau tidak diperbolehkan kuliah karena memang dia bisa merusak sistem gitu, masak gak kuliah– kuliah trus rambutnya pun kayak gak rambut perawat gitu, pokoknya penampilannya acak–acakan kalau gak bisa dibilangin ya itu biasanya masuk kedekanat.” [P3, L88-92] “bentuk hukuman itu mungkin dengan kata–kata ya contohnya “kalau kamu tidak melakukan ini dimata kuliah saya minggu depan kamu gak usah masuk” gitu, jadi dia akan takut kalau dia gak bisa masuk, kalau kata–kata baru bisa, wewenang dosenlah seperti itu tadi.” [P3, L94-98] Pernyataan partisipan diatas juga didukung oleh beberapa partisipan lainnya yang mengatakan tidak boleh masuk kelas apabila tidak mengikuti peraturan, pernyataan tersebut adalah: “kamu besok, kalau sekali lagi seperti ini, kamu gak boleh masuk kelas saya, nah begitu lah kita bilang.” [P9, L249-250] Dosen yang tidak caring, akan menggunakan kewenangannya sebagai dosen untuk memaksa mahasiswa agar mengikuti peraturan dan tidak melakukan pendekatan secara manusiawi. Pernyataan yang sesuai dengan hal tersebut adalah: “kalau ada yang membangkang gitu, bagus kamu keluar aja sekarang, kamu potongyang rapi nanti kamu masuk lagi, jadi sebelum rapi, kamu keluar aja, gak usah kamu kuliah, mereka kan akan merasa rugi alpha saya buat. “ [P11, L310-312] Universitas Sumatera Utara “waktu itu saya bilang, saya gak mau tau, kalau saya masuk kamu harus dengar saya, kalau kamu ada keluhan atau ada masalah silahkan sampaikan kepada walikelas, pokoknya ketika saya mengajar kamu harus dengarkan saya, kamu harus dengarkan ibu.” [P3, L30-33] Dosen yang profesional tidak akan menggunakan kata-kata bentuk ancaman kepada mahasiswa, bila ingin menyerukan sesuatu hal yang baik untuk mahasiswanya. Kutipan pernyataan partisipan dibawah ini yang menggunakan kata-kata yang mengancam secara akademik yaitu dengan mengancam akan keluar dari kelas apabila mahasiswa tetap ribut saat belajar, adalah sebagai berikut: “jadi saya bilang sama dia kalau kamu gak mau, lebih bagus saya aja yang keluar karna kamu gak mau saya bilangin gitu, rupanya dia kayaknya berat sekali, baru saya bilang kamu keluar apa enggak?, baru nanti dia diam gitu, kalau kamu gak keluar saya yang keluar.” [P2, L91- 94] “saya selalu bilang kayak gini kalau kalian ribut kalian yang keluar atau saya yang meninggalkan ruangan ini.”[P7, L237-238] “Kalau ada yang ribut dikelas, ketika saya ngajar ya saya tegur saja, kalau masih berulang–ulang juga ributnya, ya saya bilang kamu yang keluar atau saya yang keluar saya bilang seperti itu”[P8, L266-268] Beberapa penyataan dari empat partisipan berikut ini juga dapat menggambarkan bentuk ancaman kepada mahasiswa karena mengancam akan melakukan sesuatu yang berhubungan dengan akademik apabila tidak mengikuti hal yang disebutkannya pada saat itu, sebagai berikut: “saya bilang lihat ya beberapa menit mereka gak kemari saya buat alpha, satu–satu mereka masuk, terakhir memang saya buat alpha gak ada cerita.” [P12, L27-28] “nanti kalau sudah palak kayak kemaren kan, masalah cup itu ada yang nurut ada yang gak, ya sudah saya bilang, jangan salahkan saya ya kalau minggu depan yang gak pake cup itu, saya buat alpha.” [P12, L177-179] Universitas Sumatera Utara “kalau begini kamu gak usah bimbingan sama saya dulu lah, kalau kamu gak dapat buku ini, saya gak mau membimbing kamu paling saya bilang gitu.” [P4, L573-575] Ancaman akan mengeluarkan mahasiswa dari kelas apabila tidak mengikuti aturan juga tercermin dalam kutipan berikut ini: “nanti kamu potong selesai mata kuliah saya, kamu potong rambut kamu ya, besok saya masuk saya temui kamu sudahrapi, kalau gak rapi kamu akan keluar dari mata kuliah saya seperti itu pasti mereka akan pangkas rambutnya, kalau tidak rapi kamu keluar, kalau tidak saya yang pangkas rambut kamu sendiri seperti itu.”[P7, L161-159]

2. Kekerasan emosional

Dosen dapat kehilangan kompetensinya dengan melakukan hal-hal yang kurang etis kepada mahasiswa saat proses belajar-mengajar berlangsung atau yang disebut dengan memanipulasi keadaan yang dapat mempengaruhi emosional karena membuat mahasiswa menjadi takut dan tertekan serta malu terhadap teman lainnya, seperti pernyataan dua partisipan berikut ini bahwa akan memukul meja apabila mahasiswa ribut saat dosen menjelaskan materi, yaitu: “ngeri marahnya, saya mau mukul meja gitu, saya mau mukul meja, biasanya dengan ekspresi wajah saja mereka udah ngerti gitu.” [P3, L249-251] “kalau anak–anak ribut supaya mendiamkan ribut pasti saya selalu tepuk meja, terkejutlah mereka.” [P6, L337-338] Pernyataan partisipan diatas juga didukung oleh partisipan lainnya, yang mengatakan bahwa akan menyuruh mahasiswa berdiri didepan kelas apabila kedapatan mengantuk saat proses belajar-mengajar berlangsung. Kutipan pernyataan partisipan tersebut sebagai berikut: “saya tegur, biasanya saya sebut nama, contohnya “Anto kenapa kamu mengantuk?” langsung hening gitukan, kelasnya langsung hening, Universitas Sumatera Utara langsung segarlah dia, biasanya kalau gak saya suruh berdiri saya suruh kedepan, misalnya “kamu berdiri.” [P3, L36-38] 4.3.3 Pendukung Caring Terdapat satu sub tema yang mencerminkan faktor pendukung prilaku caring terhadap mahasiswa yaitu dosen sebagai role model atau menjadi contoh kepada mahasiswa. Tuntutan peran model terhadap perilaku dosen dapat menjadi faktor yang membuat dosen berperilaku caring kepada mahasiswa. Seorang dosen merupakan panutan yang paling depan untuk dicontoh oleh mahasiswa baik dari segi penampilan dan cara berkomunikasi yang nantinya akan mereka terapkan kepada pasien saat sudah bekerja dipelayanan. Pernyataan tersebut sesuai dengan pernyataan dua orang partisipan, seperti kutipan berikut ini: “ya kalau seorang dosen itu kan dituntut untuk jadi orang yang kayakmana ya, yang profesional yang penting, istilahnya kita sebagai seorangdosen sebagai panutan untuk mahasiswa walaupun hati kita ibaratnya lagientah kayak mana ya kayaknya kita lagi sedih berduka, ujung–ujungnya kitaharus ngajar harus bisa lupakan semua itu, jadi seorang panutan untukmahasiswa, kalau kita didepan mahasiswa walaupun ada yang jelek kita tutupin biar nampak bagus.” [P13, L236- 242] Pernyataan partisipan diatas juga didukung oleh enam partisipan lainnya yang mengatakan bahwa momen mengajar dapat dimanfaatkan untuk menunjukkan dan menanamkan sikap caring kemahasiswa dengan memberikan contoh langsung kepada mahasiswa dalam hal kerapian dan sikap serta cara berbicara. Pernyataan keenam partisipan tersebut seperti dua kutipan dibawah ini: “ya kita bilang rapi ya kita harus rapi kan gitu terutama kan, ya kita bilang harus rapi rambut ya rambut kita juga harus rapi ya seperti itulah, lebih ini kita sebagai contohlah yang bisa dilihat anak–anak itu, kita harus Universitas Sumatera Utara berikan dulu yang terbaik agar mereka bisa contoh apa yang kita buat kan gitu.” [P10, L23-25] “Karna kan dosen itu kan sebagai role model ya kalau menurut saya apa yang kita bilang apa yang kita lalukan pasti mereka tetap meniru dan mengerjakannya.” [P3, L372-373] Dosen sebagai role model juga diungkapkan oleh partisipan berikut ini yang mengatakan bahwa dosen harus ramah dan tidak boleh galak karena merupkan contoh buat mahasiswa. Kutipan pernyataan partisipan tersebut adalah: “harus ramah harus care namanya kita mau memberikan ilmu pelayanan karena apalagi kan keperawatan etika ada janganlah maunya seperti itu apalagi dosen jadi role model buat anak kita kan gitu jangan ada yang galaklah sebenarnya.” [P10, L158-161] 4.3.4 Kendala Caring Terdapat empat sub tema yang mencerminkan faktor yang menjadi kendala prilaku caring dosen terhadap mahasiswa yaitu mahasiswa terkadang kurang dapat menempatkan kedekatan dengan dosen secara profesional, kesibukan dosen yang padat dan adanya masalah pribadi. 1 Mahasiswa terkadang kurang dapat menempatkan kedekatan dengan dosen secara profesional Mahasiswa dapat menjadi kurang menghargai dosen dan kurang dapat menempatkan posisi dan cara berkomunikasi sebagai mahasiswa kepada dosennya karena adanya faktor kedekatan dengan dosen, hal tersebut dapat terlihat pada empat pernyataan partisipan, seperti kutipan berikut ini: “kalau kita terlalu dekat juga dengan mahasiswa, mahasiswa itu malah melihat kita itu seperti temannya malah ditempatkannya bukan hanya dikelas ditempatkannya juga nanti seperti dimedia media sosial aa itu juga kan gak bagus” [P2, L513-515] Universitas Sumatera Utara Dosen juga perlu membatasi hubungan dengan mahasiswa secara profesional apabila mahasiswa kurang dapat menempatkan sikap dan posisinya sebagai mahasiswa yang harus tetap menghormati dan menghargai dosen walaupun merasa sudah dekat. Pernyataan ini sesuai dengan kutipan salah satu partisipan berikut ini: “kadangkan siswa ini satu kalau kita sudah dekat kurang ajar kan kalau saya lihat mahasiswa ini sudah agak–agak tidak menghargai kita bisa tegas gak boleh itu ya, tapi kalau dia yang agak takut kita bisa panggil gitu ya, panggil dekatkan libatkan dia kira–kira kurang aktif, ada apa ini gitu, panggil dia buat sebagai penanggung jawab, kalau dia sudah sebagai penanggung jawab kita buat kan agak dekat gitu.” [P5, L124-127] Pernyataan tersebut diatas juga didukung oleh kutipan pernyataan dari 2 partisipan lainnya yang mengungkapkan bahwa harus mengingatkan mahasiswa bila salah mengartikan kedekatan dengan dosennya, sebagai berikut: “kami seperti dekat tapi bukan berarti saya selalu katakan kemereka dekat kita bukan berarti kalian suka–suka ke saya, saya mau suku apapun dia kalau nilainya bagus saya buat tetap bagus tapi kalau dia tidak bagus ya tidak bagus, mari kita perbaiki yang tidak bagus itu, begitulah dan saya juga tidak mau urusan kantor dan pendidikan itu dibawa–bawa kerumah.” [P11, L194-199] 2 Kesibukan dosen yang padat Jadwal kerja dosen yang padat dapat juga menjadi faktor kendala bagi dosen berprilaku caring kepada mahasiswa, apalagi perbandingan jumlah dosen dengan mahasiswa tidak sesuai, hal tersebut diungkapkan oleh empat partisipan, seperti kutipan pernnyataan berikut ini: “jam mengajarnya tinggi, sibuk karena kami disini kan cuma sedikit tidak sesuai dengan apa namanya jumlah mahasiswa. Mahasiswanya banyak dosennya dikit sementara kami harus mengawas lapangan lagi sementara kami harus mengajar sementara ada juga yang ujian skripsi, ada juga yang dilab” [P11, L454-457] Universitas Sumatera Utara 3 Adanya masalah pribadi sehingga terlihat karakter bawaannya Adanya masalah pribadi baik dirumah maupun di tempat kerja dapat menjadi kendala seorang dosen berprilaku caring karena tidak dapat menguasai emosi yang sedang tidak baik saat-saat tertentu sehingga tidak jarang dosen akan menunjukkan sikap tidak caring kepada mahasiswa, hal tersebut diungkapkan oleh tiga partisipan seperti kutipan pernyataa dibawah ini: “apakah ada masalah dikeluarganya, terbawa–bawa, masalah dengan suami dengan anaknya terbawa–bawa kan begitu ya, ada orang yang bisa memisahkan masalah pribadi dengan masalah pendidikannya kan gitu, gak bisa diolahnya, sehingga keluarlah sifat dasar aslinya tadi, dia sedang gundah gulana atau sedang marah atau sedang kecewa, atau sedang apa gitu, jadi menghambat dia untuk caring, kadang pigilah kau sana dulu, emosi dia dirumah dia bawa kesini hahaha” [P9, L436-442] 4.3.5 Manfaat Caring Terdapat empat sub tema yang mencerminkan manfaat yang didapatkan apabila dosen berprilaku caring kepada mahasiswa yaitu dapat menambah nilai positif bagi institusi pendidikan, dapat meningkatkan respek dan rasa hormat mahasiswa kepada dosen, dapat mengurangi stres kerja karena disenangi oleh mahasiswa dan dapat mempermudah mahasiswa menerima materi yang diajarkan. 1 Menambah nilai positif bagi institusi pendidikan Dosen yang berprilaku caring dapat menjadi penambah nilai positif bagi institusi tersebut, hal ini diungkapkan oleh dua partisipan seperti kutipan pernyataan berikut ini: “dampak kemahasiswanya pastinya dia nanti ada perubahan ya o aku diperhatikan, dipedulikan enak kali lah kuliah disini dosen–dosennya semua peduli dosen–dosennya semua menghargai kita sebagai seorang mahasiswa mau menghormati kita dekat dengan kita dipedulikan kita Universitas Sumatera Utara hidup sendirian disini gitu jadi mungkin itu juga nilai plus yang dimiliki oleh institusi itu” [P3, L349-353] 2 Dapat meningkatkan respek dan rasa hormat mahasiswa kepada dosen Prilaku caring dosen terhadap mahasiswa dapat meningkatkan respek dan rasa hormat mahasiswa kepada dosennya, hal ini diungkapkan oleh dua orang partisipan seperti kutipan bernyataan berikut ini: “kalau kita perhatikan kalau kita sering menanyai mahasiswa, kita dekat dengan mahasiswa mereka itu akan respek terhadap kita malah bukan seperti yang ibu bilang tadi malah takut nanti dia melecehkan kita gitu tidak semakin kita caring sama mahasiswa kita tunjukkan sikap caring itu sama mahasiswa malah mereka makin respek makin hormat sama kita” [P4, L369-374] 3 Dapat mengurangi stres kerja karena disenangi oleh mahasiswa Salah satu manfaat dosen berprilaku caring kepada mahasiswa adalah stress kerja dapat berkurang, menambah sahabat dan disenangi oleh mahasiswa, hal tersebut diungkapkan oleh empat partisipan seperti kutipan pernyataan berikut ini: “kalau manfaatnya kita caring kita banyak sahabat ia kan bu, saya rasa kalau kita caring kitapun gak stress kan salah satunya, baru orangpun gak stress gak usah dosen caringlah dulu, kalau orangnya caring kan ada manfaatnya kan bu, karna kalau gak caring kita terbeban juga, kok begini ya, apalagi dosen caring, manfaatnya banyak lah bu, disenangi siswa kita” 4 Dapat mempermudah mahasiswa menerima materi yang diajarkan Dosen yang caring akan lebih disenangi oleh mahasiswa dan hal ini berdampak pada mata kuliah yang diajarkannya akan lebih disukai oleh mahasiswa serta materi yang diajarkan juga akan lebih mudah diterima oleh mahasiswa, hal tersebut diungkapkan oleh tiga partisipan seperti kutipan pernyataan berikut ini: Universitas Sumatera Utara “kalau orang sudah senang, menyenangi kita, menyenangi mata kuliah kita, pasti lengket kan, gakkan mungkin materi itu diterimanya kalau dia gak suka,misalnya kita gak suka lihat bapak ini maka kuliahnya pun kita gak suka otomatis gitu” 4.3.6 Dampak Non-Caring Terdapat tiga sub tema yang mencerminkan dampak perilaku non-caring dosen terhadap mahasiswa yaitu: menghambat aktualisasi diri, mahasiswa takut kepada dosen dan mahasiswa tidak mau mendengarkan kata-kata dosen. 1 Menghambat aktualisasi diri Dosen yang berprilaku tidak caring dikatakan dapat menghambat mahasiswa bereksplorasi dan sekaligus menghambat aktualisasi diri mahasiswa, hal tersebut diungkapkan oleh dua partisipan seperti kutipan pernyataan berikut ini: “efeknya ya satu kita mahasiswa memang merasa sperti ketakutan ekspresi kita itu pun sangat terbatas jadi kurang, apa ya mengikuti apa, mengikut sajalah apa yang dibilang dosen tersebut kalau dosen tidak caring, kemampuannya itu terbatas kalau ingin mengeksplorasi sesuatulah dalam proses belajar mengajar itu dihambat oleh dosen yang tidak caring tersebut” [P8, L319-323] 2 Mahasiswa takut kepada dosen Mahasiswa akan merasa takut kepada dosennya yang berprilaku tidak caring kepadanya, hal ini diungkapkan oleh tiga partisipan seperti kutipan pernyataan berikut ini: “yang takut ini mungkin karna sering saya marahi kali ya jadi kayak kurang lepas makanya ketika saya melawak dikelas itu dia gak berani ketawa kuat gitu jadi dia kayak ketakutan gitu” [P3, L264-266] Universitas Sumatera Utara 3 Mahasiswa tidak mau mendengarkan kata-kata dosen Dosen yang berprilaku tidak caring kepada mahasiswa seperti sering melakukan kekerasan verbal maka mahasiswa dapat menjadi tidak ingin mendengarkan apa yang dikatakan oleh dosen tersebut, hal ini diungkapkan oleh tiga partisipan seperti kutipan pernyataan berikut ini: “jadi mahasiswa ini kan harus kita tarik ulur kita marahi langsung kita ambil juga hatinya sehingga dia gak ada dendam sama kita jadi dia gak dengarkan kita lagi..hallah tegaannyakau orangnya gitu” [P3, L508-510]

BAB 5 PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan tentang makna dari hasil penelitian yang akan dilakukan pengulasan terhadap hasil penelitian, keterbatasan penelitian dan implikasi keperawatan. Wawancara mendalam yang telah dilakukan kepada ketiga belas partisipan yang merupakan dosen di Fakultas Keperawatan Swasta Kota Medan, yaitu Fakultas Keperawatan Universitas Darma Agung, Fakultas Keperawatan Universitas Prima Indonesia, dan Fakultas Keperawatan Universitas Sari Mutiara Indonesia. Sehingga telah memberikan deskriptif tentang karakteristik caring dosen keperawatan.

5.1 Pembahasan Hasil Penelitian

Universitas Sumatera Utara Berdasarkan hasil penelitian ditemukan 6 tema mengenai karakteristik caring dosen keperawatan yaitu karakteristik caring dosen keperawatan dengan 8 subtema, karakteristik non-caring dosen keperawatan dengan 2 subtema, pendukung caring dengan 1 sub tema, kendala caring dengan 4 subtema, manfaat caring dengan 4 subtema dan dampak caring dengan 3 subtema. Berbagai subtema dari masing-masing tema yang ditemukan, dapat dibahas satu persatu sebagai berikut: 5.1.1 Karakteristik Caring Dosen Keperawatan

1. Memberikan motivasi

Dalam penelitian ini partisipan memberikan motivasi kepada mahasiswa selama proses belajar-mengajar berlangsung dikelas maupun saat bertemu diluar kelas, dapat diberikan diawal dan diakhir atau dipertengahan pembelajaran dengan tujuan ingin mendorong semangat belajar mahasiswa. Motivasi yang diberikan kepada mahasiswa dalam bentuk nasehat dan memberikan gambaran situasi yang nyata tentang perkembangan keperawatan saat ini, menyadarkan mahasiswa agar sepenuh hati mencintai keperawatan sehingga lebih mudah dalam menerima pelajaran, mengingatkan mahasiswa apabila membuat kesalahan dan penyimpangan baik dalam kehidupan pribadi maupun akademik mereka yang Universitas Sumatera Utara dapat membuat hambatan atau kegagalan dalam kelancaran studi mereka danmendorong keahlian berpikir ketingkat yang lebih tinggi. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat yang disampaikan oleh Dunn dan Cramer 2007 tentang karakteristik yang harus dimiliki seorang dosen yang sukses dalam memberikan pembelajaran dengan berbasis caring. Beliau menyatakan bahwa hubungan yang mendukung dan mendorong dianggap penting terutama untuk mahasiswa karena mereka biasanya kurang kemandirian dan kedewasaan secara emosional, dimana mereka menghadapi situasi yang lebih baru. Dosen yang efektif tidak memanjakan, melainkan membimbing mahasiswa melalui pemikiran kritis tentang pilihan akademik dan kehidupan serta mendorong mereka ketika mereka belajar keterampilan baru. Atribut caring yang paling tinggi kebutuhannya adalah adanya rasa kasih sayang, dapatdidefinisikan sebagai suatu carahidup yanglahir darikesadaranhubunganseseorang untuksemua makhluk hidup, dimanakasih sayang adalahhubungan,hidupdalam solidaritas denganorang lain, menerima kehadiran orang lain, berbagikegembiraan,kesedihan, rasa sakit, dan prestasi Hasil penelitian diatas juga sejalan dengan hasil penelitian Straits 2007 menyatakan bahwa ada dua indikator pengajaran caring untuk pendidik di Perguruan Tinggiyaitu, learnercentered dan learning centered, mencakup:kesediaan waktu untuk mahasiswa, menghargai mahasiswa sebagai Roach, 2002.Memberikan motivasi kepada mahasiswa juga sesuai dengan teori transpersonal caring sepuluh carative factor Watson 1979 yaitu menanamkan sikap penuh pengharapan. Universitas Sumatera Utara individu, bersedia untuk memberikan usaha ekstra, menyambut pertanyaan didalam kelas, mengundang diskusi diluar kelas, berusaha mengenal mahasiswa, ingin mahasiswa untuk belajarberhasil, menawarkan beberapa kesempatan belajar, menggunakan strategi mengajar yang bervariasi, menggunakan berbagai sumber, mendorongkeahlianberpikirke tingkat yang Dari pendapat diatas dapat dikatakan bahwa ada faktor lain yang menjadikan pemberian motivasi oleh dosen sangat penting untuk mahasiswa karena adanya rasa kasih sayang dan pengharapan yang timbul dari dosen kepada mahasiswa. Memberikan motivasi kepada mahasiswa yang dilandaskan karena adanya kesadaran hubungan, pengharapan dan rasa kasih sayang dosen kepada mahasiswanya yang merupakan salah satu karakteristik caring yang paling utama harus diberikan oleh dosen karena mahasiswa biasanya menghadapi situasi dan masalah yang lebih kompleks selama belajar di universitas. lebih tinggi. Mahasiswa di Fakultas Keperawatan Swasta kota Medan mayoritas berasal dari daerah-daerah diluar kota Medan, hal ini berarti mahasiswa jauh dari keberadaan orang tua mereka masing-masing sehingga dosen diharapkan dapat menggantikan fungsi orang tua dalam memberikan pengawasan melalui motivasi atau memberikan nasehat. Selain itu mahasiswa di Fakultas Keperawatan Swasta kota Medan terutama yang D-III Keperawatan tinggal di asrama, hal ini tentunya dapat membuat permasalahan mahasiswa lebih kompleks karena harus menyesuaikan diri dengan teman-temannya diasrama yang berasal dari berbagai daerah dengan adat-istiadat dan kebiasaan hidup yang berbeda-beda, baik yang berasal dari Pulau Sumatera maupun dari luar Sumatera. Universitas Sumatera Utara Dalam situasi ini, dosen keperawatan swasta kota Medan melakukan berbagai strategi untuk mendorong kemampuan berpikir mahasiswa agar lebih kritis ketingkat yang lebih tinggi dengan cara memberikan penugasan yang menarik dan sesuai dengan tingkat kemampuan mahasiswa, merangsang pemikiran mahasiswa dengan memberikan ilustrasi dan pertanyaan yang menyangkut materi diawal pembelajaran, apalagi rata-rata mahasiswa di fakultas keperawatan swasta kota Medan datang dari berbagai tingkat pengetahuan dan kecerdasan yang beraneka ragam yang menuntut dosen harus lebih terampil dalam mengajar agar tercapai tujuan pembelajaran.

2. Menghargai