mahasiswa, mendorong mahasiswa untuk memberikan pertanyaan agar dapat diketahui pemahaman mereka tentang materi yang telah diajarkan dan kemudian
memberikan jawaban sesuai dengan pertanyaan tersebut. Empat partisipan memberikan pernyataan bahwa dosen harus seimbang antara teguran dan pujian
seperti kutipan berikut ini: “saya berpikir berarti tidak hanya teguran yang penting tapi juga pujian,
itu juga sangat penting untuk mahasiswanya karena mereka juga butuh perhatian mungkin.” [P1, L74-76]
Menghargai mahasiswa berarti dosen mau mendengarkan saran atau masukan dari mahasiswa apabila saran atau masukan tersebut mempunyai alasan
yang baik dan dapat diterima. Kutipan pernyataan partisipan tersebut adalah: “paling apa ya bertukar pikiran istilahnya, apa yang kurang, apa yang
bisa kitaperbaiki disini gitu kan, saya setidaknya ngasih, ngasih terus tapi mereka kadang ada uneg–uneg yang mereka perlu, bu jangan kayak gini
napa bu, bu powerpointnya belum siap gimanabu, ya sudah yang sudah siap saja saya bilang, kalau mintanya itu bagus saya kasih.” [P12, L187-
193]
3. Kedekatan profesional
Kedekatan yang dibina secara profesional dengan mahasiswa dapat menjadi motivasi bagi mahasiswa untuk berbuat lebih baik karena segan apabila
berbuat tidak sesuai harapan dosennya. Pernyataan ini sesuai dengan kutipan partisipan berikut:
“dengan ada orang yang mengerti dengan kita jadi kita lebih terpacu apalagi misalnya ada yang memotivasi jadi kita bisa terpacu untuk lebih
baik gitu, jadi paling tidak andai dia mau melakukan suatu kesalahan pun, misalnya karna faktor segan akhirnya dia pun tidak jadi melakukan itu
gitu, dia tidak jadi melakukan itu bukan karena dia tidak pengen malakukan itu tapi karena dia segan akhirnya dia melakukan apa yang
kita sarankan, gitu, jadi kedekatan itu yang perlu dibina.” [P1, L103-108]
Universitas Sumatera Utara
Sikap terbuka seorang dosen juga dapat ditandai dengan menyapa atau senyum kepada mahasiswa bila bertemu diluar kelas yang dapat menunjukkan
persahabatan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan tiga partisipan seperti kutipan dibawah ini:
“apa salahnya kita dengan mahasiswa, misalnya buk, oh iya, mau kemana kalian, apa salahnya kita juga menegur mahasiswa seperti itu
gitu, terus kalau dikelas gitu ya kita ya boleh sih kita jaga image tetapi bukan berarti kita ada jarak dengan mahasiswa karena yang saya
khawatirkan kalau kita ada jarak dengan mahasiswa mereka akan apa tidak mau bertanya atau sungkan mau bertanya gitu jadi saya sampaikan
moral itu dengan sikap saya gitu bahwa saya itu familiarlah dengan mereka gitu bersahabatlah dengan mereka.” [P4, L91-99]
Kedekatan dengan mahasiswa dapat dibangun dengan sikap yang
membuka diri sehingga mahasiswa tidak takut kepada dosennya. Pernyataan tersebut sesuai dengan kutipan partisipan berikut ini:
“kita harus membuka diri, membuka diri itu ya pinomat kalau orang datang ya kita pandang, kita lihat kita layani, ada apa dek? Apa? Mau
ngapain? Kan gitunya? Tapi kalau, eh gak ada waktu saya, kadang kan ada dosen gitu kan? Gak ada waktu saya, kalau mahasiswa gitu kan udah
takut dia kan gak berani dia kan? tersenyum.” [P5, L144-148] Kedekatan seorang dosen dengan mahasiswanya terkadang sampai
mengeluhkan keadaan keuangan keluarga dan banyaknya tugas-tugas kuliah. Hal ini dinyatakan oleh tiga orang partisipan seperti kutipan berikut ini:
“curhat kadang mau sampai masalah keuangan, selalu mereka itu nanti kalau sudah masalah biaya kadang mereka cerita kondisi keuangannya
walaupun saya bukan dosen PA nya, mereka cerita, mahasiswa yang S.Kep nya juga mau cerita gitu mengenai kondisi keuangan, ia bu seperti
ini orang mamak bu, bahkan saya sering menelpon orang tuanya, mengatakan bahwa itu benar atau tidak bu,dengan mungkin tugas–tugas
mereka dikelas, kadang cerita dosen yang lain seperti ini gitu, tapi tetap kita beri yang positif.” [P7, L248-259]
Universitas Sumatera Utara
Kedekatan dosen dengan mahasiswanya juga tergambar saat dosen dilibatkan dalam momen pribadi mahasiswa seperti kutipan pernyataan seorang
partisipan berikut ini: “saya dekat sama mahasiswa sampai–sampai ulang tahun mereka pun
saya dilibatkan, bu minta ijin ya bu teman kami ada yang ulang tahun nanti ibu juga ada berperan disitu.” [P6, L327-329]
Kedekatan dosen kepada mahasiswa tergambar dari pernyataan dua
partisipan bahwa tidak akan malu mengakui apabila pertanyaan yang diajukan oleh mahasiswa belum diketahui dan belum dapat dijawab, seperti kutipan
pernyataan dibawah ini: “Jadi kalau misalnya ada jawabannya kita jawab tapi kalau memang tidak
bisa ya kita lemparkan kita kembalikan diskusi, kita bilang aja belum pernah dengar, nanti saya coba baca kembali baru nanti bisa saya kasih
jawabannya seperti itu.” [P8, L133-136]
Kedekatan seorang dosen dengan mahasiswanya tetap secara profesional atau ada batasannya. Pernyataan tersebut sesuai dengan kutipan salah satu
partisipan berikut ini: “Kedekatannya, kita juga tetap membatasi diri siapa kita siapa mereka,
itu tetap ada namun kita tetap melayani mereka sesuai dengan kebutuhan…semuanya teman, tapi curhatnya kearah pendidikan bukan
curhat pacarmu siapa, enggak, gak seperti itu, kita orientasi kiblat kita adalah pendidikan dia…biasanya kita korek kita dekati, pendekatan–
pendekatan personal, kan gitu, udah beberapa saat dia tau kita mau perhatikan dia, mau cerita biasanya itu, masalah keluarga atau masalah
pacarnya tapi kadang–kadang kita gak telusuri sampai terlalu dalam.” [P9, L160-181]
4. Ketersediaan waktu