Pembahasan Hasil Penelitian PEMBAHASAN

3 Mahasiswa tidak mau mendengarkan kata-kata dosen Dosen yang berprilaku tidak caring kepada mahasiswa seperti sering melakukan kekerasan verbal maka mahasiswa dapat menjadi tidak ingin mendengarkan apa yang dikatakan oleh dosen tersebut, hal ini diungkapkan oleh tiga partisipan seperti kutipan pernyataan berikut ini: “jadi mahasiswa ini kan harus kita tarik ulur kita marahi langsung kita ambil juga hatinya sehingga dia gak ada dendam sama kita jadi dia gak dengarkan kita lagi..hallah tegaannyakau orangnya gitu” [P3, L508-510]

BAB 5 PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan tentang makna dari hasil penelitian yang akan dilakukan pengulasan terhadap hasil penelitian, keterbatasan penelitian dan implikasi keperawatan. Wawancara mendalam yang telah dilakukan kepada ketiga belas partisipan yang merupakan dosen di Fakultas Keperawatan Swasta Kota Medan, yaitu Fakultas Keperawatan Universitas Darma Agung, Fakultas Keperawatan Universitas Prima Indonesia, dan Fakultas Keperawatan Universitas Sari Mutiara Indonesia. Sehingga telah memberikan deskriptif tentang karakteristik caring dosen keperawatan.

5.1 Pembahasan Hasil Penelitian

Universitas Sumatera Utara Berdasarkan hasil penelitian ditemukan 6 tema mengenai karakteristik caring dosen keperawatan yaitu karakteristik caring dosen keperawatan dengan 8 subtema, karakteristik non-caring dosen keperawatan dengan 2 subtema, pendukung caring dengan 1 sub tema, kendala caring dengan 4 subtema, manfaat caring dengan 4 subtema dan dampak caring dengan 3 subtema. Berbagai subtema dari masing-masing tema yang ditemukan, dapat dibahas satu persatu sebagai berikut: 5.1.1 Karakteristik Caring Dosen Keperawatan

1. Memberikan motivasi

Dalam penelitian ini partisipan memberikan motivasi kepada mahasiswa selama proses belajar-mengajar berlangsung dikelas maupun saat bertemu diluar kelas, dapat diberikan diawal dan diakhir atau dipertengahan pembelajaran dengan tujuan ingin mendorong semangat belajar mahasiswa. Motivasi yang diberikan kepada mahasiswa dalam bentuk nasehat dan memberikan gambaran situasi yang nyata tentang perkembangan keperawatan saat ini, menyadarkan mahasiswa agar sepenuh hati mencintai keperawatan sehingga lebih mudah dalam menerima pelajaran, mengingatkan mahasiswa apabila membuat kesalahan dan penyimpangan baik dalam kehidupan pribadi maupun akademik mereka yang Universitas Sumatera Utara dapat membuat hambatan atau kegagalan dalam kelancaran studi mereka danmendorong keahlian berpikir ketingkat yang lebih tinggi. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat yang disampaikan oleh Dunn dan Cramer 2007 tentang karakteristik yang harus dimiliki seorang dosen yang sukses dalam memberikan pembelajaran dengan berbasis caring. Beliau menyatakan bahwa hubungan yang mendukung dan mendorong dianggap penting terutama untuk mahasiswa karena mereka biasanya kurang kemandirian dan kedewasaan secara emosional, dimana mereka menghadapi situasi yang lebih baru. Dosen yang efektif tidak memanjakan, melainkan membimbing mahasiswa melalui pemikiran kritis tentang pilihan akademik dan kehidupan serta mendorong mereka ketika mereka belajar keterampilan baru. Atribut caring yang paling tinggi kebutuhannya adalah adanya rasa kasih sayang, dapatdidefinisikan sebagai suatu carahidup yanglahir darikesadaranhubunganseseorang untuksemua makhluk hidup, dimanakasih sayang adalahhubungan,hidupdalam solidaritas denganorang lain, menerima kehadiran orang lain, berbagikegembiraan,kesedihan, rasa sakit, dan prestasi Hasil penelitian diatas juga sejalan dengan hasil penelitian Straits 2007 menyatakan bahwa ada dua indikator pengajaran caring untuk pendidik di Perguruan Tinggiyaitu, learnercentered dan learning centered, mencakup:kesediaan waktu untuk mahasiswa, menghargai mahasiswa sebagai Roach, 2002.Memberikan motivasi kepada mahasiswa juga sesuai dengan teori transpersonal caring sepuluh carative factor Watson 1979 yaitu menanamkan sikap penuh pengharapan. Universitas Sumatera Utara individu, bersedia untuk memberikan usaha ekstra, menyambut pertanyaan didalam kelas, mengundang diskusi diluar kelas, berusaha mengenal mahasiswa, ingin mahasiswa untuk belajarberhasil, menawarkan beberapa kesempatan belajar, menggunakan strategi mengajar yang bervariasi, menggunakan berbagai sumber, mendorongkeahlianberpikirke tingkat yang Dari pendapat diatas dapat dikatakan bahwa ada faktor lain yang menjadikan pemberian motivasi oleh dosen sangat penting untuk mahasiswa karena adanya rasa kasih sayang dan pengharapan yang timbul dari dosen kepada mahasiswa. Memberikan motivasi kepada mahasiswa yang dilandaskan karena adanya kesadaran hubungan, pengharapan dan rasa kasih sayang dosen kepada mahasiswanya yang merupakan salah satu karakteristik caring yang paling utama harus diberikan oleh dosen karena mahasiswa biasanya menghadapi situasi dan masalah yang lebih kompleks selama belajar di universitas. lebih tinggi. Mahasiswa di Fakultas Keperawatan Swasta kota Medan mayoritas berasal dari daerah-daerah diluar kota Medan, hal ini berarti mahasiswa jauh dari keberadaan orang tua mereka masing-masing sehingga dosen diharapkan dapat menggantikan fungsi orang tua dalam memberikan pengawasan melalui motivasi atau memberikan nasehat. Selain itu mahasiswa di Fakultas Keperawatan Swasta kota Medan terutama yang D-III Keperawatan tinggal di asrama, hal ini tentunya dapat membuat permasalahan mahasiswa lebih kompleks karena harus menyesuaikan diri dengan teman-temannya diasrama yang berasal dari berbagai daerah dengan adat-istiadat dan kebiasaan hidup yang berbeda-beda, baik yang berasal dari Pulau Sumatera maupun dari luar Sumatera. Universitas Sumatera Utara Dalam situasi ini, dosen keperawatan swasta kota Medan melakukan berbagai strategi untuk mendorong kemampuan berpikir mahasiswa agar lebih kritis ketingkat yang lebih tinggi dengan cara memberikan penugasan yang menarik dan sesuai dengan tingkat kemampuan mahasiswa, merangsang pemikiran mahasiswa dengan memberikan ilustrasi dan pertanyaan yang menyangkut materi diawal pembelajaran, apalagi rata-rata mahasiswa di fakultas keperawatan swasta kota Medan datang dari berbagai tingkat pengetahuan dan kecerdasan yang beraneka ragam yang menuntut dosen harus lebih terampil dalam mengajar agar tercapai tujuan pembelajaran.

2. Menghargai

Sikap dosen dalam menghargai mahasiswa yang ditemukan pada penelitian ini terwujud melalui verbal dan non verbal yang ditunjukkan dosen dengan cara tidak membentak ataupun marah-marah dan tidak menunjukkan sikap yang arogan kepada mahasiswa serta menyadari bahwa dosen bukanlah orang yang mengetahui segalanya serta memberikan umpan balik yang spesifik kepada mahasiswa dengan cara adanya keseimbangan dalam memberikan teguran dan pujian, mau mendengarkan saran atau masukan dari mahasiswa apabila saran atau masukan tersebut mempunyai alasan yang baik dan dapat diterima. Menghargai mahasiswa dengan membuat jadwal untuk bimbingankonsultasi mahasiswa sehingga tidak membiarkan mahasiswa menunggu tanpa kepastian, dapat juga ditunjukkan dengan tidak melakukan Universitas Sumatera Utara teguran atas kesalahan mahasiswa didepan umum atau didepan mahasiswa lainnya, sikap tidak cuek dosen serta memanggil mahasiswa langsung dengan menyebut nama mahasiswa yang bersangkutan dapat membuat mahasiswa merasa dihargai Hal ini juga sejalan dengan teori transpersonal caring sepuluh carative factor Watson 1979 yaitu membentuk dan menghargai sistem nilai humanistic dan altruistic, memenuhi kebutuhan dasar manusia dengan penuh penghargaan dalam rangka mempertahankan keutuhan dan martabat manusia dan juga sesuai dengan pendapat Appleton dalam Watson Leininger, 1990 bahwa perhatianyang tulus untuk mahasiswa sebagai orang yang belajar merupakan salah satu aspek yang paling penting dari professional caring, mencakupmenghargai mahasiswa, kekhawatiran terhadap belajar mahasiswa dan kebebasan akademikAppleton dalam Watson Leininger, 1990. Pendapat tersebut sejalan dengan penelitian Lee Ravizza 2008 yang menyatakan bahwa caringterhadap mahasiswa adalah dengan cara menghormatimahasiswa, misalnya ketika pengajar menggunakan peralatan mahasiswa makaharus memintaijin terlebih dahulu kepada mahasiswa, hal ini merupakan ungkapan rasa hormat kepada mahasiswa, dimana menghormati hubungan adalah salah satu cara menunjukkan caring kepada mahasiswa. Hal tersebut juga sejalan dengan hasil penelitian Miller, et al. dalam Watson Leininger, 1990 yang menyatakan bahwa caringdosen secara pribadi dan akademik dengan memberikan umpan balik dan membantu mahasiswa untuk mengeksplorasi pikiran, perasaan dan pilihan serta memberdayakan individu Universitas Sumatera Utara untuk mandiri mencapai potensi pribadi dan akademik.Hasil penelitian ini juga sejalan dengan teori transpersonal caring sepuluh carative factor Watson 1979 yaitu meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif. Sikap menghargai mahasiswa telah ditunjukkan oleh dosen di fakultas keperawatan swasta kota Medan dengan berbicara yang santun dan sikap yang ramah serta tidak menganggap mahasiswa sebagai bawahan tetapi mengganggap mahasiswa adalah orang yang perlu dilayani secara dewasa tetapi terkadang dosen dapat juga tidak menghargaimenghormati mahasiswa yang dilakukan oleh dosen yang sama, hal ini mungkin karena adanya faktor kendala yang dihadapi dosen untuk selalu bersikap caring kepada mahasiswa, misalnya faktor banyaknya kesibukan dosen, waktu yang terbatas, adanya masalah yang sedang dihadapi dosen serta kesalahan mahasiswa yang berulang-ulang.

3. Kedekatan profesional

Kedekatan yang dibina secara profesional dengan mahasiswa dapat menjadi motivasi bagi mahasiswa untuk berbuat lebih baik karena segan apabila berbuat tidak sesuai harapan dosennya, ditandai dengan menyapa atau senyum kepada mahasiswa bila bertemu diluar kelas yang dapat menunjukkan persahabatan, sikap yang membuka diri dan mau menanggapi keluhan mahasiswa sehingga mahasiswa tidak takut kepada dosennya, tetapi kedekatan yang dibina dengan mahasiswa tetap secara profesional dan ada batas-batasnya. Hal ini sejalan dengan pendapat yang mengatakan bahwa dosendapat menyampaikan keterbukaan kepada mahasiswa di kelas dimana mahasiswa bebas mengekspresikan sudut pandang yang berlawanan dengan momen komunikasi Universitas Sumatera Utara singkat dan keterlibatan dengan mahasiswa dapat lebih jauh membangun sikap pendekatan Dunn Cramer, 2007 dan sejalan juga dengan hasil penelitian Appleton dalam Watson dan Leininger, 1990 menyatakan bahwa struktur penting caring yang tampak dari hubunganantara dosen dan mahasiswa yang dilihat dari perspektif mahasiswa keperawatan memiliki empat komponen dasar, yaitu:pendekatan profesional dosen caring, rasa saling percaya yang dihasilkan,hubungan kerja yang profesional antara dosen dan mahasiswa, dan respon positif mahasiswa terhadap pembelajaran yang berbasis caring. Hasil penelitian juga didapatkan bahwa kedekatan dosen dengan mahasiswa juga dapat membuat dosen lebih mudah untuk mengarahkan mahasiswa kepada tujuan yang diinginkannya, karena mahasiswa akan lebih mengikuti perkataan dosen yang dekat dengannya dari pada dosen yang galak atau menciptakan jarak dengan mahasiswa. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa interaksi caring antara dosen dan mahasiswa melibatkan dimensi keintiman, kepercayaan, berbagi dan ketertarikan, bahkan dapat dianggap sebagai teman Miller, et al., dalam Watson Leininger, 1990, sejalan juga dengan pendapat Dunn Cramer 2007 tentang karakteristik dari pengajar yang sukses dengan berbasis caring bahwa kehidupan kampus tidak terbatas pada kelas,percakapan tentang topik lain memungkinkan pendidik untuk mengenal mahasiswa dari waktu ke waktu sehingga saran yang diberikan dosen dapat sesuai dengan tujuan mahasiswa yang lebih luas. Dalam situasi ini mungkin karena mahasiswa mayoritas jauh dari orang- orang terdekatnya seperti orang tua atau karena banyaknya masalah yang terjadi Universitas Sumatera Utara diasrama, sehingga kedekatan dengan dosen sangat membantu mahasiswa dalam mengelola masalah yang sedang dihadapinya, selain itu kedekatan dengan dosen juga dapat membuat mahasiswa merasa diterima keberadaannya yang dapat menghilangkan jarak dengan dosen dan sekaligus menghapus perasaan takut.

4. Ketersediaan waktu

Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa dosen dapat menunjukkan ketersediaan waktu kepada mahasiswa dengan cara mengatur jadwal untuk bimbingan mahasiswa, memberikan nomor telepon yang dapat dihubungi mahasiswa, bersedia menjawab atau membalas SMS dari mahasiswa apabila dibutuhkan, bersedia memberikan waktu kepada mahasiswa yang ingin berdiskusi dan mendengarkan keluhan mahasiswa melalui percakapan kecil diluar kelas. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dunn dan Cramer 2007 bahwa seorang dosen difakultas dapat menyampaikan ketersediaan waktu dengan mahasiswa di kelas dan memiliki kebijakan pintu terbuka yang terlihat didepartemen dan di kampus, menggunakan jeda waktu kecil sebelum dan setelah mengajar di kelas untuk mengenal mahasiswa, serta ketersediaan waktu telah dikutip sebagai faktor penting untuk mencari pengetahuanpada pengajar dan memelihara hubungan timbal balik antara pengajar dan mahasiswa,dimana pada saat banyak mahasiswa memiliki perasaan terisolasi karena jauh dari keluarga dan teman dekat, maka ketersediaan tatap muka oleh dosen menjadi sangat penting. Dalam situasi ini, walaupun dosen mempunyai banyak kesibukan dan waktu yang terbatas tetapi dosen tetap berusaha melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik termasuk memberikan bimbingan bagi mahasiswa baik sebagai Universitas Sumatera Utara pembimbing akademik maupun pembimbing tugas akhir mahasiswa, maka dengan waktu yang terbatas dan kesibukan yang banyak tersebut dosen merelakan waktu diluar kerja untuk menerima telepon ataupun sekedar membalas pesan singkat sms dari mahasiswa.

5. Menggunakan berbagai metode sistematis dalam penyelesaian masalah

Dalam penelitian ini ditemukan beberapa dosen yang menggunakan berbagai metode sistematis dalam penyelesaian masalah mahasiswa, yaitu dilakukan dengan cara memilah-milah jenis masalah dan karakteristik mahasiswa sehingga dapat menentukan jenis penyelesaian masalah yang sesuai serta dapat menciptakan suasana belajar yang kondusif. Hal ini sejalan dengan teori Watson 1979tentang transpersonal caringyang berfungsi sebagaipanduan untuk disiplin ilmu dan pengembangan perawat profesional, dimana teori ini didasarkan pada nilai-nilai saling menghormati satu sama lain, otonomi individu dan kebebasan memilih yang terkenal dengan sepuluh carative factor Watson’s dan salah satunya adalah menggunakan metode sistematis dalam penyelesaian masalahsystematic use of a creative problem-solving, caringprocess. Untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif dapat diterjemahkan dengan membuat mahasiswa rilekstidak kaku dalam mengikuti proses belajar- mengajar, untuk membuat mahasiswa rileks dengan membuat lelucon atau humor sehingga mahasiswa tidak bosan dan tetap semangat mengikuti perkuliahan, membuat suasana belajar yang kondusif dengan mengelola kelas dan menyajikan materi dengan menarik, terutama mencegah mahasiswa tidak konsentrasi dalam Universitas Sumatera Utara menerima pelajaran, terus-menerus mengawasi konsentrasi mahasiswa saat belajar. Hal ini juga sejalan dengan pendapat Watson 1979 tentang transpersonal caring yang Dosen harus mempunyai pandangan luas agar dapat membantu dalam menyelesaikan masalah mahasiswa, dalam hal ini berarti dosen harus berusaha mengenal berbagai karakteristik mahasiswa seperti kemampuannya dalam belajar, sikapnya sehari-hari dan berusaha mengetahui latar belakang mahasiswa agar bisa memahaminya dan membantu dalam mengambil keputusan yang tepat serta menentukan sikap yang sesuai untuk mahasiswa tersebut. diwujudkan melalui 10 carativefactor yang menjadi ciri caringantara manusia ke manusia lainnya, diantaranya adalah provision for a supportive, protective, andor corrective mental, physical, societal, and spiritual environmentmenciptakan lingkungan fisik, mental, sosial dan spiritual yang suportif, protektif atau korektif. Hal ini sejalan dengan pendapat Mayeroff 1971 dalam Fabrykowski et al., 2002 bahwa komponen yang perlu harus dimiliki seseorang untuk dapat caringsalah satunya adalahmengenal penerimacaringknowing the recipient yang berarti mengetahui atau mengenal beberapa hal tentang penerima caring baik secara eksplisit maupun implisit, mengetahui kebutuhannya dan mengetahui hal apa yang harus dilakukan untuk menanggapi kebutuhan tersebut serta mengetahui atau mengenal penerima caring baik secara langsung maupun tidak langsung. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan pendapat bahwa seorangpendidik yang efektif adalah yang menyadari berbagai masalah unik mahasiswa di Universitas Sumatera Utara Perguruan Tinggi,sejumlah kesulitan potensial seperti penolakan, kerinduan dan stres akademik,penyesuaian yang kurang memadai untuk tantangan tersebut menghasilkan risiko tinggi untuk depresi, kecemasan dan konflik interpersonal,meskipun dosen tidak harus bertindak sebagai terapis, pengetahuan pendidik tentang isu-isu perkembangan dewasa muda sangat membantu untuk menyelesaikan masalah mahasiswa Dunn Cramer, 2007. Menggunakan berbagai metode sistematis dalam menyelesaikan masalah mahasiswa merupakan salah satu bentuk karakteristik caring dosen keperawatan. Berbagai masalah dapat terjadi selama mahasiswa dalam masa pendidikan, dosen dituntut harus menggunakan berbagai metode secara sistematis untuk menyelesaikan permasalahan mahasiswa untuk dapat mengambil keputusan. Dalam situasi ini mahasiswa di fakultas keperawatan swasta kota Medan terutama yang tinggal di asrama cenderung memiliki banyak masalah baik masalah yang terjadi di asrama maupun masalah dari keluarganya yang terkait dengan aturan- aturan asrama yang banyak dan peraturan di pendidikan, misalnya mengenai pembayaran uang kuliah, jadwal keluar-masuk asrama, peralatan asrama, serta peraturan lainnya.

6. Empati

Karakteristik caring dosen keperawatan yang ditunjukkan oleh partisipan juga tergambar dalam sikap empati yang tercermin dalam kepedulian dan perhatian terhadap mahasiswa, seperti memperhatikan keadaan fisik dan psikologis mahasiswa, berusaha memahami situasi dan kondisi mahasiswa, merasa kasihan pada mahasiswa, berusaha mengetahui keadaankeberadaan Universitas Sumatera Utara mahasiswa, dan mentoleransi suatu kesalahan dengan alasan yang dapat diterima serta memiliki rasa tanggungjawab terhadap belajar atau keberhasilan mahasiswa. Sikap empati terhadap mahasiswa dapat juga ditunjukkan dosen dari kepedulian terhadap kehadiran, penampilan, pengetahuan, sikap dan tindakan mahasiswa karena mahasiswa keperawatan tentunya berbeda dengan mahasiswa lainnya. Sikap empati juga tergambar dari adanya rasa tanggung jawab dosen terhadap belajar mahasiswa dan keinginan dosen agar mahasiswanya berhasil, adanya rasa tanggung jawab dosen terhadap pemahaman mahasiswa terhadap materi yang diajarkan, peduli terhadap konsentrasi mahasiswa saat mengajar dan peduli terhadap masalah yang dapat menghambat kelancaran studi mahasiswa, tanggung jawab terhadap pengetahuan yang diperoleh mahasiswa setelah tamat dari pendidikan, keinginan dosen agar mahasiswanya berhasil setelah menyelesaikan pendidikannya dan terjun kedunia kerja untuk melayani masyarakat. Pendapat diatas sejalan dengan teori transpersonal caring sepuluh carative factor Watson 1979 yaitu menanamkan sensitifitas atau kepekaan terhadap diri sendiri dan orang lain dan juga sesuai dengan hasil penelitian Appleton dalam Watson Leininger, 1990 bahwa pendekatan profesional dosen caring mencakup kompetensi profesional yaitu memiliki perhatian yang tulus untuk mahasiswa sebagai orang yang sedang belajar.Temuan dari hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitianMiller, et al. dalam Watson Leininger, 1990 yang menjelaskan bahwa dimensi penting dari interaksi caring antaradosen Universitas Sumatera Utara keperawatan dan mahasiswa dalam proses belajar mengajar adalah perhatian holistik menyeluruh dosenkepadamahasiswa secara pribadi maupun akademik. Hal ini juga sejalan dengan teori transpersonal caring sepuluh carative factor Watson 1979 yaitu mengembangkan hubungan saling percaya dan saling membantu, dan sesuai juga dengan pendapat Lee dan Ravizza 2008 yang menyatakan bahwa caringharusdisahkan melaluiprosespembelajaran dan caring bisa ditunjukkanmelalui perilakumengajar dantanggung jawab terhadap pembelajaran mahasiswa sertacaring lebihberpusatpada pengajarandaripada membangunhubungan Dalam situasi ini, dosen di fakultas keperawatan swasta cenderung terlihat lebih perhatian kepada mahasiswanya sampai menimbulkan sikap empati terhadap mahasiswa. Hal ini mungkin karena mahasiswa rata-rata jauh dari orang-orang terdekatnya seperti orang tua dan rata-rata tinggal diasrama sehingga lebih membutuhkan perhatian dan hal ini dapat direspon dengan baik oleh dosen di fakultas yang selalu memberikan perhatian dan bersikap empati terutama dalam hal kehadiran mahasiswa saat proses belajar-mengajar berlangsung, penampilan, bahkan dalam hal keuangan mahasiswa yang dapat terlihat dari adanya dosen yang mau menjaminkan uang kuliah yang menunggak, memberikan keringanan dengan dapat mencicil pembayaran, bahkan meminjamkan uangnya kepada mahasiswa. pribadi.

7. Komitmen

Dalam penelitian ini ditemukan bahwa dosen yang caring mempunyai komitmen dalam bekerja seperti selaras antara apa yang dikatakan dan apa yang Universitas Sumatera Utara dilakukan, tegas dalam menegakkan peraturan yang berlaku, menepati janji kepada mahasiswa, tidak akan terpengaruh oleh suku apapun dalam memberikan nilai pada mahasiswa dan tidak akan menyangkut pautkan urusan pendidikan dengan urusan pribadi, serta tidak akan merubah keputusan yang telah ditetapkan dengan alasan apapun. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Appleton dalam Watson Leininger, 1990 bahwa pendekatan profesional dosen caring mencakup kompetensi profesional, meliputi memiliki kepribadian positif dan berkomitmen. Komitmenmerupakanresponafektifkompleks,perpaduan antarakeinginan dankewajibanseseorang serta pilihan yang disengajauntuk bertindak. Komitmenataurespon perilakusepertikesediaanuntuk menerima, kesediaanuntuk menanggapi danpenerimaannilai,dimana komitmen dianggapjelas ketikapilihansangattegasbahwa apa yangdikomitmenkanuntukdilakukan adalahsama denganapa yangdipilih untuk dilakukan. Komitmenmenjadibagian dari identitasseseorangsebagai seorang dosen profesional yang caring terhadap orang lain. Komitmen merupakan pertemuan antaraapa yang ingindilakukan danapa yang dilakukan. Komitmensangat penting untukcaring, dimana jikakomitmenrusak makacaringtidak sempurna. Komitmenmerupakan investasidiridalam pekerjaanseseorang dankarirkarenaapa yangdilakukan adalahwajib, tidak dianggapsebagai bebanmelainkan sebuah panggilanyang menarik untuk sadar,mau danmelakukan tindakan positif Roach, 2002. Komitmen dalam penelitian ini ditunjukkan dosen untuk membuktikan keprofesionalannya sebagai dosen, akan tetapi dalam penelitian ini ada juga Universitas Sumatera Utara ditemukan satu partisipan yang kurang komitmen terhadap pemberian nilai hasil ujian mahasiswa karena faktor kedekatannya dengan mahasiswa, hal tersebut terlihat dalam kutipan pernyataan berikut ini: “…karena jujur aja kita sebagai dosen kan bisa subjektif, kadang siapa yang kita kenal pengaruh juganya nilainya itu ya kan” [P5, L130-132] Pernyataan partisipan diatas tidak diangkat sebagai sub tema dalam hasil penelitian ini karena hanya 1 partisipan dari 13 partisipan yang menyatakan hal yang demikian, tetapi dari kutipan diatas dapat dikatakan kedekatan dosen dengan mahasiswa terkadang tidak dapat dihindari akan mempengaruhi saat memberikan nilai mahasiswa, dimana hal tersebut menunjukkan dosen yang kurang profesional karena tidak mampu menjaga komitmennya sebagai dosen. 8. Ketulusan Dalam penelitian ini ketulusan seorang dosen meliputi sikap memberikan bantuan kepada mahasiswa tanpa pamrih, tidak mempersulit mahasiswa, mudah memaafkan kesalahan mahasiswa, memberikan ilmu dengan tulus kepada mahasiswa sehingga mahasiswa menunjukkan respon senang kepada dosen yang tulus. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa pendekatan profesional dosen caring mencakup kompetensi profesional, meliputi: memiliki perhatian yang tulus untuk mahasiswa sebagai orang yang sedang belajar, memiliki kepribadian positif dan berkomitmen. Ketulusanmerupakan tulus terhadap diri sendiri, tulus mencoba melihat kebenaran untuk dapat caring terhadap orang lain, melihat orang lain apa adanya dan bukan menjadi seperti apa yang diinginkan atau harapkan, ketulusan dari hati dalam melaksanakan caring kepada orang lain, mengungkapkan kebenaran dan tidak boleh ada perbedaan Universitas Sumatera Utara yang signifikan antara tindakan dan yang dirasakan Mayeroff, 1971 dalam Fabrykowski et al., 2002. Perhatianyang tulus untuk mahasiswa sebagai orang yang belajar merupakan salah satu aspek yang paling penting dari professional caring, mencakupmenghargai mahasiswa, kekhawatiran terhadap belajar mahasiswa dan kebebasan akademik.Kepribadian yang positif,terkait dengan perhatian yang tulus adalah unsur caring yang sangat penting dalam pengalaman belajar-mengajar. Karakteristik utama pribadi yang positif adalah pribadi dengan integritas, jujur, tulus, berbagi, perhatian, mendengarkan, fleksibilitas dan humor serta murah hati Appleton dalam Watson Leininger, 1990. Dosen dalam penelitian ini menunjukkan karakter sebagai pribadi yang tulus, perhatian, mendengarkan pendapat dan keluhan mahasiswa, memberikan bantuan tanpa pamrih, jujur, melihat mahasiswa apa adanya bukan karena faktor lain seperti sogokan atau yang lainnya, dimana hal tersebut mencerminkan karakteristik sebagai dosen yang caring. 5.1.2 Karakteristik Non-Caring Dosen Keperawatan

1. Kekerasan verbal

Dalam penelitian ini ditemukan empat kategori dari kekerasan verbal yang dilakukan oleh dosen terhadap mahasiswa, yaitu: mudah marah dengan perilaku negatif mahasiswa, kurang menghargaimenghormati mahasiswa, melecehkanmerendahkan mahasiswa, dan memperlakukan mahasiswa secara tidak dewasakurang otonomi. Universitas Sumatera Utara Kekerasan verbal merupakan bentuk kata-kata yang kasar atau teguran yang keras kepada mahasiswa atas kesalahan yang dibuat oleh mahasiswa, kekerasan verbal juga kerap terjadi saat dosen marah kepada mahasiswanya karena melanggar peraturan ataupun berbuat kesalahan. Kekerasan verbal dosen juga kerap terjadi saat menegur dan memarahi mahasiswa apabila terlihat dengan penampilan tidak rapi dan tidak sesuai dengan peraturan yang ada, teguran itu dapat dilakukan baik didalam kelas saat proses belajar berlangsung ataupun diluar kelas saat berjumpa dengan mahasiswa yang dapat menunjukkan seorang dosen yang otoriter. Dalam penelitian ini masih ditemukan dosen yang memperlakukan mahasiswa secara tidak dewasa seperti menggunting sendiri kuku atau rambut mahasiswa dan bentuk lain dari kekerasan verbal dosen juga dengan menunjukkan penghinaan atau melecehkan serta merendahkan martabat mahasiswa sebagai individu yang sedang belajar. Hasil penelitian diatas sejalan dengan hasil penelitian Appleton dalam Watson Leininger, 1990 yang menyatakan bahwa bentuk yang paling parah dariperilaku tidak caring dosen adalah perilaku yang merusak ditandaidengan sikap tidak etis dan tidak manusiawi seperti manipulasi keadaan, menunjukkan penghinaan, tidak menghormati mahasiswa sebagai individu, dianiaya, diejek dan diperlakukan sebagai hama, merupakan umpan balik negatif yang kuat bagi mahasiswa dan dapatmemindahkan energi negatif sehinggamahasiswa merasa bahwa dosen adalah musuh, membuat penderitaan dan merasa menjadi korban. Universitas Sumatera Utara Hasilpenelitian Teven dan Hanson 2004 tentang kredibilitas dan caringverbal dinyatakan bahwa ketika caring verbal dosen rendah danketidakdekatan tinggi menghasilkan nilai signifikan persepsi negatif terhadap kredibilitas dosen. Sedangkan disaat caring verbal dosentinggi dan ketidakdekatan dosen tinggi menghasilkan nilai signifikan positif terhadap kredibilitas dosen. Caring verbal yang tinggi cenderung memperhalus dampak negatif dari ketidakdekatan dosen dengan mahasiswadanhasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa dosen harus menjaga caring verbal yang tinggi untuk mempertahankan kredibilitas mereka didalam kelas. Hal tersebut juga sejalan dengan hasil penelitian Frymier dan Thompson 1992 dalam Teven Hanson, 2004 menyatakan bahwa kredibilitas dosen seperti kompetensi, kepercayaan dan caring berpengaruh positif terhadap motivasi belajar mahasiswa dan berhubungan negatif dengan dosen yang agresif galak. Pengajaran dengan penyampaian pesan secara agresif seperti menyerang, mengutuk, mengekang, mengancam, menyumpah, dan bahasa tubuh sinis, dirasakan sebagai dosen yang kehilangan kompetensi dan kepeduliannya. Universitas merupakan tempat pembelajaran andragogi yaitu pembelajaran orang dewasa dimana mahasiswa harus diperlakukan secara dewasa baik dengan perkataan dan perbuatan dan dosen di fakultas dapat memberlakukan caring kepada mahasiswa dengan memberlakukan pembelajaran secara dewasa. Dalam situasi ini dapat digambarkan bahwa dosen di fakultas keperawatan swasta kota Medan masih banyak yang mengunakan kekerasan verbal terhadap mahasiswa yang dapat mencerminkan sebagai seorang dosen yang kaku dan tidak fleksibel Universitas Sumatera Utara serta tidak bersahabat dengan mahasiswa serta menunjukkan seorang dosen yang otoriter. Dari hasil penelitian tersebut dapat dikatakan bahwa caring verbal berlawanan dengan kekerasan verbal yang dapat diartikan sebagai salah satu bentuk karakteristik non-caring dosen terhadap mahasiswa yang dapat menurunkan kredibilitas dosen didalam kelas. Dalam hasil penelitian ini ditemukan bahwa dosen menggunakan paksaan akademik dalam bentuk menggunakan kekuasaan sebagai dosen dan bentuk ancaman terhadap hal-hal yang berhubungan dengan akademik apabila mahasiswa tidak dapat mengikuti peraturan dari institusi dan peraturan dari dosen yang bersangkutan. Hal ini sejalan dengan penelitian Appleton dalam Watson Leininger, 1990 bahwa mahasiswa menganggapdosentidak caring,sebagai manipulatif, tidak fleksibel dan otoriter, bahkan menggunakan paksaan akademik,kurang rasa kemanusiaan dalam pendekatan kepada mahasiswa,merasakandosen sebagai seseorang yang dingin, kaku, sebagai tuan dari pada fasilitator dan memberikan umpan balik negatif kepada mahasiswa. Frymier dan Thompson 1992 dalam Teven Hanson, 2004 melaporkan bahwa kredibilitas dosen seperti kompetensi, kepercayaan dan caring berpengaruh positif terhadap motivasi belajar mahasiswa dan berhubungan negatif dengan dosen yang agresif galak. Pengajaran dengan penyampaian pesan secara agresif menyerang, mengutuk, mengekang, mengancam, menyumpah, bahasa tubuh sinis dirasakan sebagai dosen yang kehilangan kompetensi dan kepeduliannya. Dosenyang tidak caring dan tidak peka terhadap kebutuhan mahasiswa dalam penelitian Appleton dirasakan sebagai dosen yang lalai dan kurang perhatian yang Universitas Sumatera Utara tulus, dimanasikap ini ditandai dengan kurangnya kemauan untuk mengenalmahasiswa, kurangnya minat dalam mengajar mahasiswa, kurangnya kemauan untuk mengakui keberagaman individu dan kurang menghormati mahasiswa. Menurut Lou Anne Johnson dalam Wiyani, 2013 bahwa ada 10 langkah yang ditempuh oleh gurudosen sebagai manajer kelas dalam memelihara dan meningkatkan disiplin peserta didik secara bertahap tanpa menggunakan paksaan secara akademik yaitu dengan mengabaikan si pelanggar, mengirimkan pesan- pesan nonverbal, memberikan kartu perilaku, mengajak berbicara cepatlangsung setelah pelanggaran terjadi, mengambil waktu istirahat sejenak, menelepon orang tua si pelaku, membuat perjanjianmenandatanda tangani kontrak, meminta penguatan-penguatan dari petugas konselingbimbingan mahasiswa, meminta perpindahan mahasiswa ke institusi lain, dan terakhir memindahkan pelaku. Menggunakan paksaan secara akademik merupakan salah satu tindakan non-caring dosen, dimana hasil yang ditemukan dalam penelitian ini menggambarkan masih banyaknya dosen yang mengunakan paksaan akademik kepada mahasiswa, karena dosen tidak menyadari bahwa apa yang dilakukannya tersebut kepada mahasiswa sebenarnya merupakan bentuk paksaan akademik yang dapat berpengaruh negatif terhadap motivasi belajar mahasiswa dan juga dapat menurunkan keridibilitas dosen, hal ini masih terjadi mungkin karena masih sedikitnya pemahaman dosen tentang hal tersebut.

2.Kekerasan emosional

Universitas Sumatera Utara Tindakan manipulatif seperti memukul meja ketika mahasiswa ribut pada saat dosen menerangkan sehingga mahasiswa merasa takut dan tertekan oleh tindakan tersebut, hal ini dapat dikategorikan kepada kekerasan emosional. Tindakan dosen yang menyuruh mahasiswa berdiri didepan kelas selama dosen menerangkan karena melakukan keributan pada saat proses belajar-mengajar berlangsung juga dapat dikategorikan kepada kekerasan emosional karena tindakan dosen tersebut dapat membuat mahasiswa malu terhadap mahasiswa lainnya. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Appleton dalam Watson Leininger, 1990 yang menyatakan bahwa mahasiswa menganggapdosentidak caringsebagai manipulatif, tidak fleksibel dan otoriter, bahkan menggunakan paksaan akademik,kurang rasa kemanusiaan dalam pendekatan kepada mahasiswa,merasakandosen sebagai seseorang yang dingin, kaku, sebagai tuan dari pada fasilitator dan memberikan umpan balik negatif kepada mahasiswa. Dalam situasi ini, karakteristik non-caring dosen dapat terlihat pada tindakan manipulatif yang dilakukan terhadap mahasiswa dengan melakukan hal- hal yang kurang etis kepada mahasiswa saat proses belajar-mengajar berlangsung yang dapat mempengaruhi emosional karena membuat mahasiswa menjadi takut dan tertekan serta malu terhadap teman lainnya, dimana hal ini dapat menjadikan perasaan benci, bermusuhan serta dendam terhadap dosen. Dari hasil observasi yang dilakukan dalam proses belajar mengajar yang terjadi dikelas, dapat terlihat bahwa sebenarnya hal yang membuat mahasiswa ribut pada saat dosen menerangkan di kelas adalah karena dosen kurang dapat menguasai kelas, hal ini terlihat dari media yang digunakan pada saat mengajar Universitas Sumatera Utara kurang menarik karena terkadang tidak menggunakan power point, posisi mengajar dosen terkadang hanya berada didepan saja, cara mengajar yang monoton seperti tidak menggunakan humor saat mengajar, suara dosen yang halus sehingga kurang membuat semangat mahasiswa tidak menggunakan microphone, selain itu dosen kerap menegur kesalahan-kesalahan mahasiswa dikelas bersamaan dengan waktu yang digunakan saat menjelaskan materi seperti menegur kerapian pakaian, rambut atau kuku atau komunikasi yang lainnya yang tidak ada sangkut pautnya dengan materi yang sedang diterangkan sehingga membuat konsentrasi mahasiswa menjadi terpecah-pecah dan membuat mahasiswa kurang fokus, hal inilah yang memicu mahasiswa menjadi ribut dikelas. 5.1.3 Pendukung Caring Tuntutan peran model terhadap perilaku dosen dapat menjadi faktor yang membuat dosen berperilaku caring kepada mahasiswa. Seorang dosen merupakan panutan yang paling depan untuk dicontoh oleh mahasiswa baik dari segi penampilan dan cara berkomunikasi yang nantinya akan mereka terapkan kepada pasien saat sudah bekerja dipelayanan. Hal diatas sesuai dengan hasil penelitian Lee dan Ravizza 2008 terdapat beberapa faktor yangdiidentifikasi fasilitator pendukungcaring, diantaranya adalah panutan caring role model. Dosen menekankan pentingnyaprofesionalismedalam mengajar, dimana gagasanprofesionalismetermasuk bekerjadengan baik untukmahasiswa Universitas Sumatera Utara danmenunjukkan perilakucaringdalam profesi mengajar. Peranmodel perilakudosensangat berpengaruhsebagai faktoryang memfasilitasiuntukcaring,misalnyadosen jugabelajar bagaimanamenunjukkanperilakucaring Dalam situasi ini, dosen keperawatan swasta kota Medan telah melakukan caring dalam proses belajar mengajar tanpa disadari oleh dosen itu sendiri, mereka berprilaku caring karena memang merupakan tuntutan profesional yang mengharuskan dosen mempunyai karakteristik caring dan kompetensi mengajar yang memang harus mereka terapkan dalam proses belajar mengajar baik dikelas maupun diluar kelas dalam hal membina hubungan dengan mahasiswa. melalui dosennya dahulu. 5.1.4 Kendala Caring Penelitian ini mendapatkan hasil bahwa faktor yang menjadi kendala atau hambatan bagi dosen dalam berprilaku caring terhadap mahasiswa diantaranya adalah gaji yang kurang memadai, mahasiswa terkadang kurang dapat menempatkan kedekatan dengan dosen secara profesional, kesibukan dosen yang padat dan adanya masalah pribadi yang tidak dapat dikendalikan oleh dosen itu sendiri. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Lee dan Ravizza 2008 menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yangdiidentifikasi sebagai hambatan caring, dimanadosen mengalami kesulitan untuk memberlakukan caring dalam hal masalah kurangnya waktu, status mereka sebagai dosen spesialis yang mengajar hanya dalam waktu singkat dalam kelas yang besar, dan menjaga Universitas Sumatera Utara keseimbangan antara caring dan disiplin, dimana mahasiswa harus mampu menempatkan posisinya. Dalam situasi ini, dosen keperawatan swasta kota Medan mengalami hambatan dalam berprilaku caring karena beberapa situasi tersebut, tetapi hasil penelitian yang didapatkan agak sedikit berbeda dari hasil penelitian yang dilakukan diluar negeri karena adanya perbedaan situasi, kondisi dan fenomena pendidikan dengan Indonesia khususnya fakultas keperawatan swasta kota Medan, terutama dalam hal jumlah perbandingan dosen dengan mahasiswa yang masih sangat kurang, belum ada dosen spesialis seperti diluar negeri. 5.1.5 Manfaat Caring Manfaat yang didapatkan apabila dosen berprilaku caring kepada mahasiswa diantaranya adalah dapat menambah nilai positif bagi institusi pendidikan, dapat meningkatkan respek dan rasa hormat mahasiswa kepada dosen, dapat mengurangi stres kerja karena disenangi oleh mahasiswa dan dapat mempermudah mahasiswa menerima materi yang diajarkan. Hasil temuan diatas sejalan dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa dampak positif mahasiswa terhadap dosen caring, yaitu dapat memberikan perasaan diterima,mengembangkan citra diri yang positif dan rasa aman. Dosen caring dapat memberikan mahasiswa harapan, optimisme yang mendorong berbuat lebih baik, lebih percaya diri, pertumbuhan pribadi dan profesi, serta motivasi. Ketika mahasiswa merasa diperhatikan, kecemasan berkurang dan memberi energi positif serta memotivasi Watson Leininger, 1990. Universitas Sumatera Utara Hal diatas juga sejalan dengan penelitian Miller, Haber, dan Byrne dalam Watson Leininger, 1990, menyatakan bahwa interaksi caring antara dosen dan mahasiswa, dapat membuat mahasiswa mengalami pergerakan ke arah aktualisasi diri,peningkatan harga diri dan percaya diri serta mengalami kemajuan yang memberikan harapan untuk masa depan. Interaksi caring dosen-mahasiswa juga membuatmahasiswa merasalebih baik, bahagia, berani dan bangga Miller, Haber, dan Byrne dalam Watson Leininger, 1990. 5.1.6 Dampak Non-Caring Penelitian ini menemukan bahwa dampak perilaku non-caring dosen terhadap mahasiswa adalah dapat menghambat aktualisasi diri, mahasiswa menjadi takut kepada dosen dan mahasiswa tidak mau mendengarkan kata-kata dosen. Hasil penelitian diatas sejalan dengan pendapat bahwa dosen yang tidak caring ditandai denganmeningkatnya ketidakpedulian, tidak perhatian dan ketidakpekaan terhadap kebutuhanmahasiswa dan dirasakan sebagai dosen yang kurang kompetensi. Kurangnya kompetensi profesional meliputi kurangnya pengetahuan dan pengalaman, kurangnya presentasi profesional, kurangnya komitmen, kurangnya standar profesional dan kurangnya rasa hormat Appleton dalam Watson Leininger, 1990. Hasil penelitian tersebut juga sejalan dengan pendapat yang menyatakan bahwa Dosen yang tidak caring dapat menghilangkan kepercayaan mahasiswa dan tidak ada keterikatan yang terbentuk di antara mereka, menciptkan jarak, rasa Universitas Sumatera Utara curiga mahasiswa yang mengarah ke saling menghindar, dimanareaksi umum afektif mahasiswa beragam, awalnya mahasiswa berharap dosen mereka caring,tetapi ketika ternyata dosen mereka tidak caring,mereka akan melalui tahap kebencian dan kemarahan dan paling sering kehilangan rasa hormat terhadap dosen.Reaksispesifik yang akan dirasakan mahasiswa adalah perasaan waktu dan energi terbuang, merasa malu, kekecewaan dan kegelisahan, ketakutan, citra diri negatif dan akhirnya putus asa dan tidak berdaya Appleton dalam Watson Leininger, 1990. Dalam situasi ini, dosen fakultas keperawatan swasta masih belum banyak mengetahui dampaknya terhadap mahasiswa apabila berperilaku non-caring, terlihat dari hanya tiga saja dampak non-caring yang ditemukan dari penelitian ini sementara dari beberapa penelitian sebelumnya sangat banyak dampak berprilaku non-caring terhadap mahasiswa seperti yang dipaparkan sebelumnya.

5.2 Keterbatasan Penelitian

Partisipan dalam penelitian ini semuanya masih berpendidikan S1 keperawatan ners, sementara itu menurut UU DIKTI no. 14 tahun 2005 bahwa dosen harus berpendidikan minimal S2 sehingga mungkin dapat mempengaruhi pemahaman dosen itu sendiri dalam menceritakan pengalaman caringnya. Keterbatasan dalam penelitian ini juga karena merupakan penelitian kualitatif sehingga belum tentu dapat digeneralisasikan untuk semua pendidikan keperawatan, akan tetapi harus melihat berbagai kesamaan keadaan seperti keadaan sosial budaya, sosial ekonomi dan wilayahdemografi. Universitas Sumatera Utara Selain itu, pernyataan yang diberikan partisipan kepada peneliti belum tentu sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dilapangan, maka untuk mengurangi keterbatasan tersebut peneliti menggunakan pengamatan secara langsung dengan metode observasi kelas saat proses belajar-mengajar berlangsung.

5.3 Implikasi Keperawatan

Penelitian ini dapat menambah pemahaman dosen tentang karakteristik caring dosen keperawatan serta sekaligus mengenai karakteristik non-caring yang dimiliki dosen keperawatan, sehingga dapat membangkitkan dan menggugah hati nurani dosen untuk meningkatkan karakteristik caring karena dari hasil penelitian ini dinyatakan bahwa hal tersebut dapat menimbulkan banyak manfaat baik dari sisi mahasiswa maupun dosen itu sendiri, sebaliknya dosen dapat menekan karaktersitik non-caring yang dimiliki selama ini karena dapat menimbulkan kerugian. Penelitian ini juga berguna bagi administrator pendidikan keperawatan dalam menelaah kembali kebijakan pendidikan untuk meningkatkan karakteristik caring dosen keperawatan dan menekan kebijakan yang menimbulkan karakteristik non-caring dosen keperawatan baik dalam proses belajar-mengajar, dalam memberikan bimbingan maupun dalam administrasi pendidikan. Implikasi lainnya adalah untuk memperkuat manfaat karakteristik caring dosen dalam kaitannya dalam memberikan contoh perilaku caring kepada mahasiswa maka perlu juga dimasukkan mata kuliah caring sebagai salah satu Universitas Sumatera Utara mata kuliah tambahan dalam kurikulum pendidikan keperawatan untuk menanamkan sejak dini pengetahuan tentang caring kepada mahasiswa sehingga nantinya mahasiswa dapat bersikap caring kepada pasien setelah bekerja baik dipendidikan maupun dipelayanan.

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN