Tabel 5.1. CR4 Industri Minuman Ringan Indonesia 1995-2009 Tahun CR
4
persen Tahun CR
4
persen
1995 35,07 2003 31,36 1996 36,92 3004 30,76
1997 35,47 2005 28,95 1998 35,46 2006 22,95
1999 34,48 2007 29,12 2000 41,35 2008 27,85
2001 40,21 2009 31,50 2002 42,87
Sumber: BPS diolah
Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 5.1. terlihat bahwa struktur pasar yang terjadi dalam industri minuman ringan di Indonesia bersifat oligopoli
longgar denga rata-rata rasio konsentrasi empat perusahaan terbesar CR
4
selama periode 1995 sampai 2009 adalah sebesar 33,62 persen.
Nilai CR
4
menunjukan tren yang menurun setiap tahunnya dapat dilihat pada Lampiran 10. Menurunnya nilai CR
4
disebabkan karena bertambahnya jumlah perusahaan minuman ringan, sehingga pangsa pasar empat perusahaan
terbesar diambil alih oleh perusahaan lain yang mengakibatkan konsentrasi pasar empat perusahaan terbesar semakin menurun. Hal ini menunjukan bahwa
kesepakatan antar perusahaan minuman ringan untuk menetapkan harga sangat sulit dilakukan atau tidak mungkin.
5.1.2. Analisis Hambatan Masuk Industri
Menurut Jaya 2001, hambatan masuk pasar merupakan segala sesuatu yang memungkinkan terjadinya penurunan, kesempatan atau kecepatan masuknya
pesaing baru. Masuknya perusahaan pendatang baru akan menimbulkan sejumlah implikasi bagi perusahaan yang sudah ada, misalnya kapasitas bertambah,
terjadinya perebutan pasar market share serta perebutan sumber daya produksi yang terbatas. Kondisi ini menimbulkan ancaman bagi perusahaan yang sudah
ada. Salah satu yang dapat menjadi hambatan masuk pasar adalah keberadaan
perusahaan terbesar yang telah ada sebelumnya dalam dunia industri. Hal ini
dapat dilihat dari MES. Nilai MES diperoleh dari persentase output perusahaan terbesar terhadap total output industri minuman ringan. Tingginya MES dapat
menjadi penghalang bagi pesaing baru untuk memasuki pasar suatu industri.
Tabel 5.2. MES Industri Minuman Ringan Indonesia 1995-2009 Tahun MES Tahun MES
1995 10,03 2003 8,57 1996 12,50 2004 10,62
1997 11,67 2005 9,18 1998 11,38 2006 8,52
1999 10,70 2007 17,54 2000 17,19 2008 10,17
2001 14,45 2009 10,11 2002 25,00
Sumber: BPS diolah
Menurut Comanor dan Wilson 1967, MES yang lebih besar dari 10 persen menggambarkan hambatan masuk yang tinggi pada suatu industri. Nilai
MES yang tinggi tersebut dapat menjadi penghalang bagi masuknya perusahaan baru kedalam pasar industri di Indonesia.
Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 5.2. terlihat bahwa hambatan masuk indusri minuman ringan di Indonesia termasuk tinggi dengan rata-rata nilai MES
dari tahun 1995 sampai 2009 sebesar 12,51 persen. Tingginya MES tersebut dapat menjadi penghalang masuknya perusahaan baru kedalam industri minuman ringan
di Indonesia yang dipengaruhi adanya ketentuan standar syarat mutu produk. Meskipun hambatan masuk industri minuman ringan termasuk tinggi namun tren
MES menunjukan nilai yang menurun setiap tahun Lampiran 11. karena bertambahnya jumlahperusahaan sehingga mengurangi pangsa pasar dari empat
perusahaan terbesar CR
4
yang berarti hambatan masuk barrier of entry menjadi berkurang
5.2. Analisis Perilaku Industri Minuman Ringan di Indonesia