III. METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Sumber Data
Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari Biro Pusat Statistik BPS, Perpustakaan IPB, serta
berbagai media masa dan media elektronik yang berkaitan atau instansi-instansi terkait. Data yang digunakan merupakan data time series.
3.2. Metode Analisis
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif dari hasil penelitian maupun secara kuantitatif dengan melihat pengaruh variabel-
variabel yang saling berhubungan. Selain itu metode deskriptif digunakan untuk menganalisis struktur, perilaku dan kinerja dari industri minuman ringan di
Indonesia dengan pendekatan structure-conduct-performance, serta untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi kinerja industri minuman ringan
Indonesia dengan menggunakan analisis regresi dengan metode Ordinary Least Square
OLS dengan bantuan software komputer.
3.2.1. Analisis Struktur Pasar a.
Pangsa Pasar
Setiap perusahaan memiliki pangsa pasarnya sendiri, dan besarnya berkisar antara 0 hingga 100 persen dari total penjualan seluruh pasar. Peranan pangsa
pasar adalah sebagai sumber keuntungan bagi perusahaan Jaya, 2001.
Msi = x 100
dimana: Msi
: pangsa pasar perusahaan i persen Si :
penjualan perusahaan i juta rupiah
Stot : penjualan total seluruh perusahaan juta rupiah
b. Konsentrasi Pasar
Tingkat konsentrasi dapat dihitung dengan menggunakan Concentration Ratio
CR. Pemusatan merupakan kombinasi pangsa pasar dari perusahaan- perusahaan oligopolies dimana adanya saling ketergantungan. Kelompok
perusahaan terdiri dari 2 sampai 8 perusahaan. Penerimaan return rata-rata industri yang terkonsentrasi adalah lebih tinggi daripada penghasilan jenis industri
yang kurang terkonsentrasi Jaya. 2001.
CRm =
dimana: CRm : rasio konsentrasi sebanyak m perusahaan persen
MSi : pangsa pasar perusahaan i persen
c. Hambatan Untuk Masuk Barrier To Entry
Hambatan masuk pasar dapat dilihat dari mudah atau tidaknya pesaing- pesaing potensial untuk masuk ke pasar. Semakin tinggi barrier to entry maka
akan semakin lemah ancaman dari pendatang baru yang hendak masuk ke dalam suatu industri.
Beberapa hal mengenai hambatan memasuki suatu pasar. Pertama, hambatan-hambatan timbul dalam kondisi pasar yang mendasar, tidak hanya
dalam bentuk perangkat yang legal ataupun dalam bentuk kondisi-kondisi yang berubah dengan cepat. Kedua, hambatan dibagi dalam tingkat mulai dari tanpa
hambatan sama sekali, hambatan rendah, sedang sampai tingkatan tinggi di mana tidak ada lagi jalan masuk. Ketiga, hambatan merupakan sesuatu yang kompleks.
Cara yang digunakan untuk melihat hambatan masuk adalah dengan menggunakan skala ekonomis yang didekati melalui output perusahaan yang
menguasai pasar lebih dari 50 persen. Nilai output tersebut kemudian dibagi dengan total output industri. Data ini disebut sebagai Minimum Efficiency Scale
MES Jaya, 2001.
MES = x 100
3.2.2. Analisis Perilaku Industri
Perilaku pasar dianalisis secara deskriptif dengan tujuan untuk memperoleh informasi mengenai perilaku perusahaan dalam industri itu sendiri. Perilaku
industri minuman ringan di Indonesia akan dijelaskan dengan melihat strategi melawan pesaing seperti strategi harga, strategi produk dan strategi promosi.
a. Strategi Harga
Sebuah perusahaan memutuskan untuk memasuki dunia pemasaran global maka harus dapat membangun sebuah sistem dan kebijakan tertentu penetapan
harga. Strategi penetapan harga suatu industri tergantung dari beberapa faktor produksi. Stategi ini digunakan untuk melihat apakah ada kesepakatan harga antar
sesama pesaing yang menimbulkan persaingan yang tidak sehat. b.
Strategi Produk Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk
memuaskan keinginan atau kebutuhan. Pemimpin pasar umumnya menawarkan produk dan jasa yang bermutu superior.
c. Strategi promosi
Strategi promosi merupakan salah satu strategi untuk meningkatkan penjualan dengan menginformasikan kepada konsumen tentang adanya suatu
produk di pasar sehingga dapat menarik minat konsumen akan produk tersebut.
3.2.3. Analisis Kinerja Industri
Analisis kinerja industri minuman ringan dilakukan dengan menggunakan analisis Price Cost Margin PCM dan efisiensi internal X-Eff. Efisiensi adalah
menghasilkan suatu nilai output yang maksimum dengan menggunakan sejumlah input tertentu. Efisiensi digolongkan dalam dua kategori yaitu efisiensi internal
dan efisiensi pengalokasian. Efisiensi internal menunjukan kemampuan perusahaan dalam suatu industri dalam menekan biaya produksi yang harus
dikeluarkan. Sedangkan alokasi yang efisien yaitu pada saat ouput berada pada tingkat di mana marginal cost MC sama dengan harga P dari masing-masing
produk setiap perusahaan di dalam perekonomian secra keseluruhan Jaya, 2001.
XEF =
Nilai tambah diperoleh dari hasil pengurangan biaya input terhadap nilai outputnya. Sedangkan nilai output adalah nilai dari seluruh barang dan jasa juga
sebagai produk yang dihasilkan oleh sektor-sektor produksi dengan memanfaatkan faktor produksi yang tersedia.
Variabel lain yang digunakan sebagai indikator kinerja adalah Price Cost Margin
PCM. PCM didefinisikan sebagai persentase keuntungan dari kelebihan penerimaan atas biaya langsung. Tingkat konsentrasi dengan penghasilan terdapat
tingkat korelasi yang rendah. Penerimaan return rata-rata industri yang terkonsentrasi rendah adalah lebih tinggi daripada penghasilan jenis industri yang
kurang terkonsentrasi. Selain itu adanya hubungan positif antara keuntungan profit dengan produk-produk konsentrasi tinggi. PCM diperoleh dengan
membagi selisih antara nilai tambah dikurangi upah terhadap nilai output. Nilai tambah adalah nilai pengiriman dikurangi material, persediaan dan tempat
penyimpanan bahan bakar, tenaga listrik dan kontrak kerja Jaya, 2001.
PCM = X 100
Monopoli dapat memengaruhi pasar yang kemudian dapat memengaruhi kemajuan secara keseluruhan dengan penemuan-penemuan metode produksi
maupun produk-produk baru. Variabel pertumbuhan output growth diduga dapat memengaruhi kinerja dari sebuah industri. Untuk mengukur pertumbuhan output
growth adalah perbandingan antara pengurangan nilai output tahun sekarang dan tahun sebelumnya dengan setengah antara nilai output tahun sebelumnya
ditambah nilai output tahun sekarang.
Growth =
x 100
3.2.4. Hubungan Struktur dan Faktor-Faktor Lain yang Memengaruhi Kinerja
Metode analisis regresi linier berganda atau Ordinary Least Square OLS digunakan untuk menganalisis hubungan antara struktur pasar dan faktor-faktor
lain yang dapat memengaruhi kenerja. Metode ini digunakan karena dianggap lebih sederhana dibandingkan dengan metode lain serta adanya kemudahan dalam
penggunaan serta pendeskripsian hasil regresi. Berikut adalah model dalam penelitian ini:
PCM
t
= β
+ β
1
CR4
t
+ β
2
X-Eff
t
+ β
3
Growth
t
+ β
4
Produktivitas TK + Ut
dimana: β
o
: intersep t
: tahun
ke-t PCM
: keuntungan perusahaan pada tahun ke t CR4
: rasio konsentrasi empat perusahaan pada tahun t X-eff
: efisiensi internal perusahaan pada tahun ke t Growth
: pertumbuhan output perusahaan pada tahun ke t Produktivitas TK
: produktivitas tenaga kerja rupiah Ut
: error
β 0 β
1
, β
2
, β
3
, β
4
: koefisien
3.3. Uji Hipotesis dan Uji Ekonometrika
Metode hipotesis akan digunakan dalam menganalisis hubungan-hubungan antar variabel dimana setelah menentukan parameter-parameter yang akan
diestimasi maka dilakukan pengujian-pengujian agar suatu model tersebut dapat dikatakan baik. Uji hipotesis berguna untuk memeriksa atau menguji apakah
variabel-variabel yang digunakan dalam model regresi signifikan atau tidak. Maksud dari signifikan ini adalah suatu nilai dari parameter regresi yang secara
statistik tidak sama dengan nol. Pengujian tersebut dilakukan dengan uji statistik terhadap model penduga melalui uji F dan pengujian untuk parameter-parameter
regresi malalui uji t serta melihat berapa persen variabel bebas independent
dapat dijelaskan oleh variabel terkait dependent melalui koefisien determinasi R-squared.
Menurut Verbeek 2000 ekonometrika adalah interaksi antara teori ekonomi, data dan metode statistika. Ordinary Least Squares merupakan teknik
yang digunakan untuk mengestimasi garis regresi dengan prinsip meminumkan jumlah kuadrat dari residual. Penduga OLS dikatakan bersifat BLUE, yaitu Best,
Linear , Unbiased estimator apabila penduga tersebut mempunyai varians yang
minimum terbaik atau efisien serta untuk sampel yang berulang penduga b
2
secara rata-rata sama dengan β
2
. Namun apabila Penduga OLS tidak bersifat BLUE maka terdapat pelanggaran asumsi dalam model regresi yaitu terdapat
kolinearitas ganda multicollinearity, heteroskedastisitas dan serial correlation autokorelasi.
a. Multikolinearitas
Multikolinearitas didefinisikan sebagai adanya korelasi yang kuat antar variabel bebas pada model persamaan. Multikolinearitas dapat menyebabkan
koefisien bebas cenderung tidak signifikan terhadap variabel respon. Uji multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai VIF Variance Inflation Factor.
Jika terdapatnilai VIF yang lebih besar dari 10 maka dapat disimpulkan terjadi multikolinearitas pada model persamaan yang digunakan. Teknik mengatasi
multikolinearitas: 1 Membuang peubah bebas yang mempunyai multikolinearitas tinggi terhadap peubah bebas lainnya, 2 menambah data
pengamatan contoh, dan 3 melakukan transformasi terhadap peubah-peubah bebas yang mempunyai kolinearitas atau menggabungkan menjadi peubah-peubah
bebas baru yang mempunyai arti. b.
Heteroskedastisitas Suatu fungsi dikatakan baik apabila memenuhi asumsi homoskedastisitas
tidak terjadi heteroskedastisitas atau memiliki ragam error yang konstan. Heteroskedastisitas tidak merusak ketakbiasan dan konsistensi dari penaksiran
OLS, tetapi penaksiran tidak lagi efisien baik dalam sampel kecil maupun besar yaitu asimtotik Gujarati, 1987. Gejala adanya heteroskedastisitas dapat
diyunjukkan oleh probability ObsR-squared pada uji Heteroskedastisity Test: Breusch-Pagan-Godfrey.
Jika nilai probabilitas ObsR-squared lebih besar taraf
nyata α yang digunakan, maka persamaan tidak mengalami heteroskedastisitas.
Jika nilai probabilitas ObsR-squared lebih kecil taraf nyata α yang digunakan,
maka persamaan mengalami heterskedastisitas. Teknik mengatasi heteroskedastisitas diantaranya dengan menggunakan Metode Generalized Least
Squares GLS.
c.
Autokorelasi Autokorelasi didefinisikan sebagai korelasi yang terjadi antar unsure gangguan
galat pada tahun sekarang dengan galat tahun sebelumnya. Autokorelasi bisa terjadi pada deret waktu time series. Pengujian autokorelasi dapat diketahui dengan
menggunakan breusch-Godfrey serial Correlation LM Test, yang hasil kesimpulannya dapat diketahui dari nilai
probability ObsR-squared . Jika nilai
probability ObsR-squared lebih kecil dari taraf nyata, maka terjadi autokorelasi
didalam model persamaan. Begitu pula sebaliknya, jika nilai probability ObsR- squared
ternyata lebuh besar dari taraf nyata meka tidak terjadi autokorelasi pada model persamaan yang digunakan.
Teknik mengatasi autokorelasi diantaranya dengan menggunakan 1 evaluasi model, 2 metode pembedaan umumGeneralized Differences, 3
metode pembedaan pertama, 4 estimasi ρ berdasarkan Durbin Watson, dan 5
estimasi ρ berdasarkan residual.
IV. GAMBARAN UMUM
4.1. Definisi Minuman
Ringan
Minuman ringan termasuk dakam kategori pangan. Adapun pengertian pangan menurut Peraturan Pemerintah RI nomor 28 tahun 2004 pangan adalah
segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi
konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku tambahan dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan pengolahan dan atau
pembuatan makanan dan minuman. Minuman ringan adalah minuman yang tidak mengandung alkohol, merupakan minuman olahan dalam bentuk bubuk atau cair
yang mengandung bahan makanan dan atau bahan tambahan lainnya baik alami maupun sintetik yang dikemas dalam kemasan siap untuk dikonsumsi. Minuman
ringan diperoleh tanpa melalui proses fermentasi dengan atau tanpa pengenceran sebelum diminum, tetapi tidak termasuk air, sari buah, susu, teh, kopi, cokelat,
produk telur, produk daging, ekstrak sayur, sup, sari sayur dan minuman
beralkohol.
Minuman ringan terdiri dari dua jenis, yaitu: minuman ringan dengan karbonasi carbonated soft drink dan minuman ringan tanpa karbonasi. Minuman
ringan dengan karbonasi adalah minuman yang dibuat dengan mengabsorpsi karbondioksida ke dalam air minum, sedangkan minuman ringan tanpa karbonasi
adalah minuman ringan selain minuman ringan dengan karbonasi. Fungsi minuman ringan yaitu sebagai minuman untuk melepas dahaga sedangkan dari
segi harga, ternyata minuman ringan karbonasi relatif lebih mahal dibandingkan minuman non karbonasi. Hal ini disebabkan karena teknologi yang digunakan
dalam proses dan kemasan lebih khas. Kemasan minuman ringan dibagi dua sesuai dengan jenis minuman ringan. Minuman berkarbonasi umumnya dikemas
dalam botol gelasplastik atau kaleng, sedangkan minuman tanpa karbonasi dikemas dalam kotak kardus sesuai dengan persyaratan umum sebagai berikut:
a. Mempunyai kekuatan mekanis sehingga dapat menjaga mutu, penampilan
dan kandungan produk, b.
Mempunyai tampilan yang menarik,