sebagai reaksi terhadap kebijakan produk dan harga yang dibuat oleh pesaing. Analisis perilaku pasar dilakukan secara deskriptif dengan mengacu pada struktur.
Berdasarkan hasil analisis, struktur pasar industri minuman ringan di Indonesia bersifat oligopoli. Hal ini akan menimbulkan beberapa periaku yang dilakukan
oleh para pelaku industri pada industri minuman ringan di Indonesia. Perilaku yang dilakukan tersebut antara lain strategi harga, produk dan promosi.
5.2.1. Strategi Harga
Pada umumnya, strategi dalam penentuan harga dimiliki oleh setiap perusahaan yang bersaing dalam suatu industri. Pada industri minuman ringan
dimana menurut analisis memiliki struktur pasar oligopoli berarti adanya saling ketergantungan dan saling memengaruhi antara suatu perusahaan dengan pesaing-
pesaing lainnya. Industri minuman ringan berada pada struktur persaingan oligopoli longgar, maka perusahaan-perusahaan dalam industri minuman ringan
kurang potensial untuk melakukan kolusi. Sehingga perusahaan tidak dapat menentukan harga sesuai keinginan mereka karena harus tetap
mempertimbangkan kemampuan membeli masyarakat yang masih memiliki kekuatan dalam memengaruhi penetapan harga.
Penetapan harga pada perusahaan dalam industri minuman dipengaruhi penetapan harga oleh pesaing lainnya, terbukti pada harga-harga minuman ringan
yang tidak jauh berbeda antara satu dan lainnya selama produk tersebut masih sejenis. Sebagai contoh harga minuman sari buah atau jus kemasan dengan isi 330
ml sampai 360 ml yaitu: Nutri Sari ukuran 330 ml Rp 6200, Fit Aktive ukuran 330 ml Rp 6200, Minute Maid ukuran 360 ml Rp 6450 dimana keempat merek
tersebut merupakan output dari perusahaan yang berbeda.
5.2.2. Strategi Produk
Pada umumnya, suatu industri perlu melakukan strategi dalam hal menghasilkan produk yang berkualitas agar dapat meningkatkan keuntungan
perusahaan. Suatu perusahaan tidak dapat bertahan hidup tanpa menciptakan produk yang baru. Produk yang sebelumnya dihasilkan akan menjadi semakin
dewasa dan pada suatu saat nanti akan mengalami penurunan sehingga layak untuk digantikan.
Menurut Jaya 2001, strategi produk harus selalu mengikuti perkembangan produk itu sendiri. Karena posisi produk dalam siklus selalu
berubah, maka strategi yang diambil harus selalu disesuaikan. Pemeriksaan berkala terhadap produk-produk yang dihasilkan akan memberikan informasi
dimana posisi produk tersebut berada dalam siklus produk. Suatu produk memiliki daur hidup tersendiri yang terdiri dari fase perkenalan introduction, fase
pertumbuhan growth, fase kedewasaan maturity dan fase penurunan decline. Fase perkenalan, suatu produk masih mencari jati dirinya dipasar.
Sehingga tingkat penjualannya masih rendah karena konsumen belum mengenal produk tersebut. Oleh karena itu perusahaan akan melakukan upaya-upaya untuk
memasarkan produk tersebut salah satu caranya yaitu dengan riset dan pengembangan produk serta proses modifikasi produk dan membangun jaringan
distribusi. Seiring berjalannya waktu desain produk sudah dapat dikatakan mulai stabil dan penentuan kapasitas produksi dimasa akan datang sangat diperlukan.
Penambahan kapasitas produksi harus selalu siap dilakukan untuk mengantisipasi kenaikan permintaan barang yang dihasilkan. Adanya kenaikan permintaan
menandakan bahwa nilai penjualan juga meningkat, hal tersebut akan memancing datangnya produk-produk para perusahaan pesaing yang siap untuk menggeser
kedudukan perusahaan. Jika perusahaan tidak dapat meningkatkan kinerjanya maka penjualan produk akan terus menurun dan mencapai titik akhir dari siklus
produk yaitu fase penurunan decline. Masalah penurunan ini harus diatasi dimana perusahaan harus
mempertahankan kapasitas produksi yang ada dengan dilakukannya inovasi- inovasi produksi agar tidak kehilangan pangsa pasar. Cara untuk meningkatkan
penjualan yaitu pertama, mengembangkan atau memperbaharuhi produk. Salah satu yang mewakili kebutuhan konsumen yaitu merebaknya produk-produk yang
bertema kepraktisan yang menggambarkan bahwa konsumen menginginkan produk yang praktis untuk dikonsumsi. Sebagai contoh, PT Sinar Sosro
mengeluarkan produk teh dalam kemasan gelaspouch karena produk ini lebih praktis daripada teh botol dalam kemasan botol kaca.
Kedua, menciptakan produk baru dari produk yang telah ada sebelumnya. Sebagai contohnya dalam industri minuman ringan PT Coca-cola Bottling yang
terkenal dengan produk minuman berkarbon juga memproduksi minuman isotonik dengan merek Powerade Isotonik yang mampu menghilangkan dahaga dan
menggantikan mineral dan karbohidrat dalam tubuh yang hilang saat berolahraga atau melakukan aktivitas yang berat. Peluncuran produk ini dianggap akan
menarik minat beli masyarakat mengingat kesehatan merupakan variabel yang penting dalam kelangsungan hidup seseorang.
Ketiga, melakukan diferensiasi produk dengan tidak hanya memproduksi satu jenis produk saja. Strategi ini dilakukan agar konsumen tidak merasa bosan
dengan suatu produk. Hal ini dilakukan oleh PT Coca-Cola Amatil Bottling dan PT Sinar Sosro. PT Coca-Cola Amatil Bottling tidak hanya memproduksi
minuman bersoda, mereka juga memproduksi air mineral dengan merk dagang Ades dan minuman sari buah seperti Minute Maid. Minute Maid dipasarkan
sebagai minuman sari buah jeruk dari buah asli dengan vitamin C dan bulir jeruk asli pulp. Seiring dengan berkembangnya waktu, The Coca-Cola Company
melakukan inovasi dan meluncurkan berbagai rasa dan varian untuk merek Minute Maid. Sedangkan PT Sinar Sosro tidak hanya memproduksi minuman
dengan tema teh, mereka juga memproduksi air mineral dalam kemasan dengan merk Prima dan juga minuman sari buah dengan merk dagang Country Choice.
5.2.3. Strategi Promosi