Tabel 2.2. Kondisi pasar berdasarkan Struktur-Perilaku-Kinerja
Ciri-ciri Monopoli Perusahaan
Dominan Oligopoli Persaingan
Monopolistik Persaingan
Murni Kondisi
utama Memiliki
100 persen
pangsa pasar
Menguasai pangsa
pasar 50- 100 persen
tanpa pesaing
kuat Gabungan
perusahaan terkemuka
pangsa pasar 60-
100 persen Banyak
pesaing efektif dan
tidak satupun memiliki
pangsa pasar 10 persen
Lebih dari 50 pesaing
yang tidak satupun
memiliki pangsa
pasar yang berarti
Jumlah produsen
Satu Banyak Sedikit Banyak Sangat Banyak
Entryexit barrier
Sangat Tinggi
Relatif Rendah
Tinggi Relatif Rendah
Rendah Differensiasi
produk Relatif Relatif Relatif Relatif Tidak
Ada Kekuatan
menentukan Sangat
Besar Relatif Relatif Sedikit
Tidak Ada
Persaingan selain harga
Tidak ada
Besar Besar Besar Tidak
Ada Informasi Sangat
terbatas Cukup
Terbuka terbatas Cukup
Terbuka Terbuka
Profit Berlebih Berlebih Agak
berlebih Normal Normal
Efisiensi Kurang Baik
Kurang Baik
Kurang Baik
Cukup baik Baik
Sumber: Hasibuan 1993
2.2. Hubungan Struktur dan Faktor-faktor lain yang Memengaruhi Kinerja
Keterkaitan antar struktur, perilaku dan kinerja yang saling berinteraksi memengaruhi proses alokasi hasil produksi kepada masyarakat secara efektif dan
efisien. Hubungan struktur, perilaku dan kinerja ini bukan hanya sekedar bersifat searah, tetapi juga dapat berhubungan timbal balik. Pertama, struktur
memengaruhi perilaku, semakin tinggi kosentrasi maka semakin rendah tingkat persaingan di pasar. Kedua, perilaku memengaruhi kinerja, semakin rendah
tingkat persaingan maka akan semakin tinggi market power atau semakin tinggi keuntungan perusahaan. Ketiga, struktur memengaruhi kinerja, semakin tinggi
tingkat konsentrasi pasar maka akan semakin rendah tingkat persaingan dan market power semakin tinggi.
2.3. Tinjauan Penelitian Sebelumnya
Hasil penelitian Sumarno dan Kuncoro 2002 dalam jurnal yang berjudul “Struktur, Kinerja dan Kluster industri rokok Kretek: Indonesia, 1996-1999”
menyimpulkan bahwa industri kretek di Indonesia mempunyai struktur oligopoli. Struktur industri rokok kretek yang diamati dari indikator konsentrasi industri
dengan menggunakan metode CR
4
, CR
8
, maupun Indeks Herfindahl. Pada tahun 1998 ada pertambahan jumlah perusahaan rokok kretek. Sehingga nilai
konsentrasi industri baik itu CR
4
dan CR
8
mengalami penurunan yang tajam. Penurunan konsentrasi industri pada tahun 1998 dapat disebabkan oleh dua hal:
1 karena bertambahnya perusahaan sehingga mengurangi pangsa pasar dari 4 perusahaan terbesar CR
4
yang berarti hambatan masuk barrier of entry menjadi berkurang; 2 karena pada tahun 1998 merupakan puncak krisis ekonomi
sehingga roda perekonomian menjadi tersendat. Bila dibandingkan kondisi tahun 1999 dengan tahun 1996 yaitu perbandingan konsentrasi industri sesudah krisis
masa recovery dengan sebelum krisis ternyata konsentrasi industri sesudah krisis mengalami penurunan sehingga puncak krisis yang terjadi pada 1998
memengaruhi pangsa pasar industri rokok kretek di Indonesia yang pada akhirnya memengaruhi konsentrasi industri rokok kretek di Indonesia.
Menurut Talattov 2010 yang meneliti mengenai “Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Perbankan di Indonesia Tahun 2003-2008” dengan
menggunakan Fixed Effect Model FEM menyatakan bahwa profit yang mencerminkan kinerja performance dalam industri perbankan di Indonesia
dipengaruhi oleh struktur pasar yang di proxy dengan rasio aset RA serta dipengaruhi oleh efisiensi yang di proxy dengan market Share MS serta ada tiga
variabel yang berpengaruh nyata pada taraf 0,05 signifikan terhadap variabel dependen profit yaitu Rasio Aset, Market Share, dan Net Interest Margin.
Menurut Naylah 2010 yang meneliti mengenai ”Pengaruh Struktur Pasar Terhadap Kinerja Industri Perbankan Indonesia” dengan menggunakan panel data
menyatakan bahwa dari 16 sampel bank umum terbesar selama periode 2004 hingga 2008 konsentrasi pasar memengaruhi profitabilitas perbankan Indonesia.
Menurut Sunengcih 2009 yang meneliti mengenai struktur, perilaku dan kinerja industri minuman ringan di Indonesia menyatakan bahwa struktur pasar
yang dimiliki industri minuman ringan di Indonesia adalah struktur pasar oligopoli sedang. Penetapan harga suatu perusahaan dalam industri minuman
ringan dipengaruhi oleh penetapan harga pesaingnya. Variabel yang mempunyai pengaruh terbesar pada peningkatan kinerja adalah efisiensi-x. Sedangkan
variabel konsentrasi empat perusahaan terbesar dan growth tidak signifikan terhadap peningkatan keuntungan.
Perbedaan dengan penelitian ini yaitu menggunakan data time series tahunan dari tahun 1995 sampai 2009. Dalam mengukur kinerja digunakan PCM,
X-Eff, dan growth. Selain itu, variabel-variabel yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi kinerja PCM industri minuman ringan di
Indonesia selain rasio konsentrasi empat perusahaan terbesar CR
4
, pertumbuhan produk Growth, dan efisiensi internal X-Eff. Ditambahkan pula variabel lain
yaitu variabel produktivitas tenaga kerja. Menurut Putra 2009 yang meneliti mengenai struktur, perilaku dan kinerja
industri pulp dan kertas di Indonesia dengan menggunakan model regresi yang diduga dengan metode kuadrat terkecil atau Ordinary Least Square OLS
menyatakan bahwa struktur pasar yang dimiliki industri pulp dan kertas di Indonesia adalah struktur pasar oligopoli ketat. Kinerja industri pulp dan kertas
dapat dilihat dari tingkat keuntungan PCM dan nilai efisiensi-X X-Eff. Perilaku pasar dalam industri pulp dan kertas dapat dilihat dari strategi harga,
strategi produk dan strategi distribusi. Berdasarkan hasil analisis OLS yang digunakan untuk mengestimasi Price Cost Margin PCM atau tingkat
keuntungan, diperoleh bahwa variabel tingkat pertumbuhan produksi, efisiensi internal, hambatan masuk pasar, dan ekspor berpengaruh terhadap tingkat
keuntungan. Sedangkan variabel rasio konsentrasi empat perusahaan terbesar dan krisis ekonomi tidak berpengaruh terhadap tingkat keuntungan.
2.4. Kerangka Pemikiran Teoritis