Aksi Kolektif PENDEKATAN TEORITIS

48 3.3.2 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan dengan fokus utama di satu kampung, Legon Pakis, dan beberapa dusun lain yang berbatasan langsung dengan batas kawasan TNUK,. Setidaknya terdapat ada 3 dusun lain yang secara administratif termasuk dalam wilayah desa Ujung Jaya yaitu; Cikawung Girang, Cikawung Sabrang dan Tanjung Lame selama masih dalam batas wilayah desa Ujung Jaya, Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang, Prov. Banten. Pilihan pada kampung Legon Pakis di dasarkan pada argumen kesejarahan wilayah, kondisi agraria, letak geografis seluruhnya berada di dalam kawasan TNUK, ketiadaan identitas kepemilikan, sejarah konflik dan collective action masyarakatnya yang lebih menonjol dibandingan kampung lainnya di desa Ujung Jaya. 3.3.3 Pelaksanaan Penelitian Penelitian lapang dilakukan secara berkala sejak awal- pertengahan tahun 2009, akhir 2010, awal 2011. 49

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

4.1 Potret Taman Nasional Ujung Kulon dan Masyarakat Sekitarnya

Taman Nasional Ujung Kulon TNUK merupakan salah satu kawasan konservasi yang terletak di ujung barat Pulau Jawa yang terletak pada 6°30’ - 6°52’ Lintang Selatan dan 102°02’ - 105°37’ Bujur Timur. Secara administrasi, TNUK terletak di Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Perhatian akan kekayaan alam dan keanekaragaman flora dan fauna Ujung Kulon mulai dirintis oleh F. Junghun, dan Hoogerwerf ahli botani berkebangsaan Eropa. Kala itu, kawasan Ujung Kulon merupakan tempat berburu bagi para pejabat Belanda yang datang dari Batavia. Pada waktu itu mereka melakukan perjalanan ke Semenanjung Ujung Kulon untuk mengumpulkan beberapa species tumbuhan tropis yang eksotik. Satu dekade kemudian, keragaman speciesnya dinyatakan dalam laporan perjalanan ilmiah yang dimasukkan dalam jurnal ilmiah. Lokasi Taman Nasional Ujung Kulon TNUK Banten TNUK TNUJUNGKULON Gambar 2. Peta lokasi Taman Nasional Ujung Kulon Banten Menurut data resmi yang dikeluarkan oleh Balai Taman Nasional Ujung Kulon, terjadi beberapa periode perubahan penting dalam sejarah terbentuknya TNUK. 50 Tahun 1883, Pada bulan Agustus gunung Krakatau meletus, menghasilkan gelombang tsunami yang menghancurkan kawasan perairan dan daratan di Ujung Kulon serta membunuh tidak hanya manusia akan tetapi satwa dan tumbuhan. Pada saat itu seluruh kawasan Ujung Kulon diberitakan hancur. Sejak letusan gunung Krakatau yang dahsyat tersebut, kondisi Ujung Kulon tidak banyak diketahui, sampai kemudian dilaporkan bahwa kawasan Ujung Kulon sudah tumbuh kembali dengan cepat. Tahun 1921, Ujung Kulon dan Pulau Panaitan ditetapkan oleh Pemerintah Hindia Belanda sebagai Cagar Alam Ujung Kulon-Panaitan melalui SK. Pemerintah Hindia Belanda No. 60 tanggal 16 Nopember 1921. Pada tahun 1937, Dengan keputusan Pemerintah Hindia Belanda No 17 tanggal 14 Juni 1937 diubah menjadi Suaka Margasatwa Ujung Kulon- Panaitan. Tahun 1958, berdasarkan SK. Menteri Pertanian No. 48Um1958 tanggal 17 April 1958 berubah kembali menjadi kawasan Suaka Alam dengan memasukan kawasan perairan laut selebar 500 meter dari batas air laut surut terendah Semenanjung Ujung Kulon, dan memasukkan pulau-pulau kecil di sekitarnya seperti Pulau Peucang, Pulau Panaitan, dan pulau-pulau Handeuleum pulau Boboko, pulau Pamanggangan. Tahun 1967, Dengan SK. Menteri Pertanian No. 16KptsUm31967 tanggal 16 Maret 1967, Gn Honje selatan seluas 10.000 ha masuk kedalam kawasan Cagar Alam Ujung Kulon. Tahun 1979, Gn Honje utara masuk kawasan Cagar Alam Ujung Kulon melalui SK. Menteri Pertanian No. 39KptsUm1979 tanggal 11 Januari 1979, seluas 9.498 ha. Tahun 1980, Tanggal 15 Maret, melalui pernyataan Menteri Pertanian, Ujung Kulon mulai dikelola dengan sistem manajemen Taman Nasional. Tahun 1984, Dibentuklah Taman Nasional Ujung Kulon, melalui SK. Menteri Kehutanan No. 96KptsII1984, yang wilayhnya meliputi: Semenanjung Ujung Kulon seluas 39.120 ha, Gunung Honje seluas 19.498 ha, Pulau Peucang dan Panaitan seluas 17.500 ha, Kepulauan Krakatau seluas 2.405,1 ha dan Hutan Wisata Carita seluas 95 ha. Tahun 1990, Berdasarkan SK. Dirjen PHPA No. 44KptsDJ1990 tanggal 8 Mei 1990, kawasan Taman Nasional Ujung Kulon mengalami pengurangan dengan diserahkannya Kepulauan Krakatau seluas 51 2.405,1 ha kepada BKSDA II Tanjung Karang, Hutan Wisata Gn. Aseupan Carita seluas 95 ha kepada Perum Perhutani Unit III Jawa Barat. Selanjutnya luas kawasan TN. Ujung Kulon berubah menjadi 120.551 ha meliputi kawasan daratan 76.214 ha dan kawasan perairan laut seluas 44.337 ha. Tahun 1992, Ujung Kulon ditetapkan sebagai Taman Nasional dengan SK. Menteri Kehutanan No. 284Kpts-II1992 tanggal 26 Pebruari 1992. Meliputi wilayah Semenanjung Ujung Kulon, Pulau Panaitan, Pulau Peucang, P. Handeuleum dan Gunung Honje. Dengan luas keseluruhan 120.551 ha, yang terdiri dari daratan 76.214 ha dan laut 44.337 ha. Tahun 1992, Taman Nasional Ujung Kulon ditetapkan sebagai The Natural World Heritage Site oleh Komisi Warisan Alam Dunia UNESCO dengan Surat Keputusan No. SCEco5867.2.409 tahun 1992 tanggal 1 Pebruari 1992. Binatang langka warisan purba yang masih hidup dan dilestarikan di TNUK hingga sekarang, serta menjadi ikon TNUK adalah Badak Jawa Rhinoceros Sondaicus. Berikut p eta batas wilayah kelola TNUK: Gambar 3. Batas Wilayah Kelola Taman Nasional Ujung Kulon- Banten