Metode dan Lokasi Penelitian

56 Hingga sekarang ini persoalan hubungan TNUK dengan desa-desa baik yang berbatasan langsung maupun tidak memiliki dinamikanya sendiri. terdapat beberapa desa disekitar TNUK yang cukup harmonis menjaga hubungah dengan TNUK, tetapi sebagain lainnya terjadi konflik, baik yang terselubung maupun yang terang-terangan. Hal ini sangat tergantung pada tipikal rejim penguasa TNUK dan kebijakan-kebijakan konservasi yang dikeluarkannya, terutama menyangkut isu pemukiman di sekitar dan dalam kawasan TNUK. Peristiwa peristiwa penembakan warga oleh Pertugas TNUK di desa Ujung Jaya, pada oktober 2007, menjadi titik kulminasi konflik terselubung antara masyarakat di sekitar dan dalam kawasan TNUK. Sejak peristiwa tewasnya warga yang disusul dengan amok massa dan penangkapanpenahanan beberapa warga dari beberapa kampung di Ujung jaya, termasuk warga dari kampung Legon Pakis telah menciptakan ketegangan hubungan masyarakat dan BTNUK. Ketegangan dan disharmoni tersebut terus berlarut dengan beragam konflik sejenis, diseputar tata batas kelola, perambahan hutan, perluasan lahangarapan, penambahan wilayah pemukiman dan persoalan lainnya terkait dampak pembatasan akses dan control masyarakat atas kawasan TNUK. Konflik masyarakat dengan TNUK kembali menghangat ketika proyek Pemagaran Listrik Yayasan Badak Indoneisa YABI masuk sejak tahun 2010, dan masih menciptakan pro-kontra hingga sekarang ini.

4.2 Dusun Legon Pakis Desa Ujung Jaya Kecamatan Sumur

4.2.1 Kondisi Bio-Fisik dan Kependudukan Secara bio-fisik letak dusun Legon Pakis yang berada di wilayah administratif Desa Ujungjaya Kecamatan Sumur Kabupaten Pandeglang, terletak pada ketinggian dibawah 500 m dpl. 49 Desa ini mempunyai bentuk topografi datar. Berdasarkan letak geografisnya, desa Ujung Jaya dikategorikan sebagai desa pantai karena wilayahnya berbatasan dengan garis pantai laut dengan corak kehidupan sebagian masyarakat tergantung pada potensi laut. Suhu udara yang terjadi di di kedua desa ini berkisar antara 27O C – 30,650O C dengan suhu udara 49 BPS Kabupaten Pandeglang, 2010. 57 rata-rata 27,880O C. Sedangkan curah hujan rata-rata di di kedua desa ini mencapai 1751 mmth. Tanah di desa ini umumnya mempunyai tingkat kesuburan yang relatif rendah serta mengandung bahan induk masam dan miskin zat hara. 50 Luas kawasan wilayah dusun Legon Pakis hasil Pemetaan Pasrtisipatif bersama masyarakat adalah 261, 611 ha, terdiri dari pemukiman, sawah dan kebun campuran. Luas wilayah ini berbeda dengan data yang dimiliki oleh BTNUK yang menyebutkan bahwa laus wilayah Legon Pakis kurang dari 250 ha. Hal ini terkait dengan batas wilayah kelolala TNUK dan garapan warga yang hingga hari ini masing disengketakan. Khususnya setelah penetapan kawasan TNUK tahun 1984 yang menelan seluruh kawasan dusun Legon Pakis sebagai wilayah TNUK. Kini, di dusun ini tinggal kurang lebih 99 KK, kurang lebih 500-an jiwa, yang mengalami pasang-surut sejak awal munculnya pemukiman di wilayah ini, hingga sekarang 51 . Persoalan kependudukan di wilayah Legon Pakis memilki aturannya sendiri yang diselaraskan dengan atauran pelarangan dari pihak TNUK. Dalam kesepakatan yang dibuat bersama antara masyarakat Legon Pakis dan TNUK pada tahun 2004 dan masih terus dinegosiasikan hingga sekarang, penduduk yang boleh tinggal dikawasan dusun Legon Pakis tidak boleh melebihi jumlah 120 KK 52 . Hal ini terkait dengan kebutuhan tempat tinggal, sawah, kebun dan kebutuhan hidup lainnya yang dikuatirkan akan merusak sumberdaya hutan disekitarnya. Sebab sudah barang tentu masyarakat yang tinggal di wilayah Legon Pakis berada di dalam kawasan TNUK. Kesepakatan tersebut dipraktikkan oleh masyarakat Legon Pakis dengan strategi bahwa jika seorang gadis Legon Pakis mendapatkankan suami orang dari luar dusun maka ia dipersilahkan untuk keluar 50 Tim ERA. 2010. Analisis Resiko Lingkungan Enviromental Risk AssesmentERA; Rencana Pembangunan Javan Rhino Sanctuary di TNUK, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Kerjasama antara Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati Ditjen PHKA Departemen Kehutanan RI, Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan IPB, dan WWF-Ujung Kulon. Bogor. 51 Hasil Kajian Sajogyo Institute SAINS , Jaringan Kerja Pemetaan Partisipatif JKPP dan LATIN, 2010. belum diterbitkan. 52 Hasil kesepakatan soal jumlah penduduk yang boleh tingggal di wilayah Legon Pakis ini bukanlah hasil kesepakatan yang “berimbang”. Masyarakat lebih banyak menerima aturan tersebut menurut ketentuan TNUK. Bahkan pelanggaran dalam penambahan keluara ini isa berakibat pada pembongkaran rumah penduduk. Pada tahun 2010, hasil negosiasi multi pihak di Hotel Kharisma Pandeglang banten, disepakati ulang mengenai jumlah keluarga yang boleh tinggal di kawasan Legon Pakis, karena melihat pertambahan penduduk yang sudah ada, yaitu 120 KK, dan tentunya hanya boleh ada 120 rumah di Legon Pakis. Hasil wawancara dengan tokoh masyarakat Legon Pakis, Perangkat Desa Ujung Jaya 2009. Penulis juga ikut menjadi Tim Pendamping Masyarakat Legon Pakis dalam proses negosiasi multi pihak di Hotel Kharisma, Maret 2010. 58 dari wilayah Dusun Legon Pakis. Namun, jika seorang pemuda Legon Pakis mendapatkan istri orang luar Legon Pakis maka ia boleh tinggal di wilayah Legon Pakis. Dengan cara demikian populsi dan kepadatan penduduk diupayakan untuk ditekan. Termasuk aturan ketat bagi para pendatang yang akan tinggal di dusun Legon Pakis. Namun demikian, meski sejauh ini kesepakatan tersebut dipermukaan memang dijalankan, bukan berarti persoalan populasi penduduk dan kebutuhan pemukiman serta merta sudah selesai. Sebab pertambahan penduduk baik yang asli dari dusun Legon Pakis maupun para pendatang lambat laun akan bertambah seiring meningkatnya populasi masyarakat sekitar dusun Legon Pakis dan desa Ujung Jaya. Kini mayoritas anak muda baik perempuan dan laki-laki dari dusun Legon Pakis sebagian besar keluar dari dusun Legon Pakis. Bagi yang perempuan, umumnya mereka bekerja sebagai Pembantu Rumah Tangga PRT, dan buruh pabrik di beberapa di kota, seperti Serang, Bekasi, Jakarta, Bandung hingga Lampung. Bagi yang laki-laki lebih banyak kerja buruh kasar, buruh pabrik dan kerja bangunan. Sehingga jika saat ini hendak berkujung ke Legon Pakis yang banyak dijumpai mayoritas adalah anak-anak dan orang-orang yang sudah cukup tua. Meskipun, masih tersisa beberapa anak muda yang tetap tinggal di Legon Pakis bertani dan berkebun sebagai sumber mata pencahariannya. Berikut peta wilayah dusun Legon Pakis: Gambar 4. Peta Lokasi Dusun Legon Pakis Desa Ujung Jaya Kec. Sumur Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten yang diberi arsiran warna kuning, di tengah-tengah. Sumber, JKPP, SAINS LATIN, 2010 59 4.2.2 Kesejarahan dan Kearifan Lokal Secara historis, hingga pertengahan dekade 1970an, Legon Pakis Desa Ujungjaya, hanya dimukimi oleh beberapa rumah tangga saja. Saat tersebut kawasan hutan sekitar Legon Pakis masih berstatus sebagai hutan produksi yang dikelola oleh Perum Perhutani melanjutkan rejim pengelolaan hutan produksi di masa pemerintahan kolonial Hindia Belanda - yang di mata masyarakat dikenal sebagai hutan Bouwheer. Ketika Cagar Alam CA Gunung Honje diperluas ke wilayah Utara pada tahun 1979, Legon Pakis ditetapkan sebagai bagian dari CA Gunung Honje. Kemudian ketika CA Gunung Honje dan CA Ujung Kulon, Panaitan dan Pulau Peucang dideklarasikan sebagai Taman Nasional Ujung Kulon pada tahun 1980, pemukiman Legon Pakis otomatis masuk sebagai bagian dari taman nasional Adiwibowo dkk, 2009. Sejak penatapan kawasan Taman Nasional Ujung Kulon tahun 1984, dan diperbaharui 1992, keseluruhan pemukiman Dusun Legon Pakis masuk di dalam kawasan TNUK, beserta sebagain besar pekarangan, sawah dan kebun campuran mereka. Hal inilah yang membedakan dengan kampung dan dusun lain yang berbatasan dengan TNUK, misalnya kampung Cikaung Girang dan Ciakaung Seberang yang hanya sebagian wilayahnya saja yang masuk di dalam kawasan TNUK, meski sama-sama di dalam wilayah administratif desa Ujung Jaya. Posisi ini pula yang membuat masyarakat Legon Pakis memiliki resistensi lebih tinggi dan dampak langsung dari sebagian dan keseluruhan kebijakan, peraturan dan program konservasi di wilayah TNUK. Selain itu, seluruh warga di Kampung Legon Pakis tidak memiliki bukti kepemilikan lahan, seperti Cap Girik, Cap Garuda, atau bukti-bukti lainnya yang menunjukkan sejarah kepemilikan lahan mereka—kecuali hak historis mereka--, sebagaimana dimiliki sebagian warga di dusun tetangga mereka Cikaung Sebrang, Cikaung Girang, Tanjung Lame, di desa yang sama yakni Ujung Jaya. Dengan kenyataan semacam ini, masyarakat di Legon Pakis sering menjadi sasaran dan objek kekerasan fisik maupun non- fisik atas nama konservasi, ketika mereka dianggap ‘melanggar’ aturan dan tata tertip pengelolaan kawasan TNUK. Dari garis keturunan, menurut informasi lisan dari para sesepuh dusun yang masih hidup Abah Suhaya, Abah Zaman dan Ki Misra diketahui bahwa