No. Pengajar
Kitab yang diajarkan
Keterangan Kitab
2. H. Thohawi
Tafsir Jalalain Kitab yang menjelaskan
tentang riwayat-riwayat hadits dari Kitab
Arba’un Nawawi
Fathul Mu’in Kitab yang menjelaskan
tentang Ilmu Fiqih
Muroqil Ubudiyah Kitab yang menjelaskan
tentang Ilmu Fiqih
3. H. Sofwan
Riyadul Badi’ah Kitab yang menjelaskan
tentang Ilmu Fiqih Safinah
Kitab yang menjelaskan tentang Ilmu Fiqih
Kifayatul Akhyar Kitab yang menjelaskan
tentang Ilmu Fiqih Tasrifan
Kitab yang menjelaskan tentang Ilmu Shorof
Nashoihuddiniyah Kitab yang menjelaskan
tentang Ilmu Tasawuf berikut hadits dan
riwayatnya
Tanbihul Mugtarin Kitab yang menjelaskan
tentang Ilmu Tasawuf Fathul Qarib
Kitab yang menjelaskan tentang Ilmu Fiqih
Fathul Mu’in Kitab yang menjelaskan
tentang Ilmu Fiqih
Pengajian al-Quran -
4. Ust. Solahudin
Mukhtashor Syafi Kitab yang menjelaskan
tentang Ilmu Arad Ilmu Syair
Fathul Qarib Kitab yang menjelaskan
tentang Ilmu Fiqih
Alfiyah Ibnu Malik Kitab yang menjelaskan
tentang Ilmu Nahwu dan Ilmu Shorof
Tafsir Jalalain Kitab yang menjelaskan
tentang riwayat-riwayat hadits dari Kitab
Arba’un Nawawi
Kitab yang diajarkan
Keterangan Kitab
Kifayatul Azkiyah Kitab yang menjelaskan
tentang Tasawuf
Jouhar Maknun Kitab yang menjelaskan
tentang Ilmu Bilagah Ilmu Logika
5. H.
Muhasinudin Riyadusholihin
Kitab yang menjelaskan tentang hadits yang dikarang
oleh Imam Nawawi
Alfiyah Ibnu Malik Kitab yang menjelaskan
tentang Ilmu Nahwu dan Ilmu Shorof
Fathul Qarib Kitab yang menjelaskan
tentang Ilmu Fiqih
6. H. Husni
Makki Jalalain
Kitab yang menjelaskan tentang riwayat-riwayat
hadits dari Kitab Arba’un
Nawawi Jurumiyah
Kitab yang menjelaskan tentang Ilmu Nahwu
Awamil Kitab yang menjelaskan
tentang Ilmu Nahwu Amil 7.
H. Yasin Pengajian al-Quran
qira’at
-
3. Struktur Organisasi
Pesantren Al-Istiqlaliyyah ini memiliki pola organisasi yang skupnya kecil. Dari awal berdirinya pesantren ini, segala kegiatan pesantren berada di
bawah naungan kyai yang menjadi pemimpin dipesantren, kemudian dibantu oleh kyai-kyai atau ustadz-ustadz yang bertugas mengajar atau memonitor
santri. Karena jumlah santri yang sudah banyak, kemudian untuk memudahkan tugas dari para kyai dan ustadz, maka pihak pesantren memilih
pemimpin tertinggi dari seorang santri yang disebut dengan Lurah „am.
Pemilihan ini didasarkan pada penilaian kedewasaan, waktu lamanya
No. Pengajar
mondok, kemampuan dalam mengaji, dan tentu sikap serta perilaku yang taat dan patuh terhadap kyai.
Tugas dari seorang lurah „am adalah menetapkan posisi santri ke komplek, membimbing mengaji, menjaga kestabilan dan bertanggung jawab
penuh atas kebutuhan pesantren. Lurah „am ini juga tugas-tugasnya akan dibantu oleh Lurah Khos, di mana lurah khos ini akan ada disetiap kobong.
Lurah khos ini dipilih langsung oleh lurah „am.
Sedangkan untuk masa jabatan, baik Lurah „am maupun Lurah Khos tidak ditentukan, sesuai dengan kesanggupan dari orang yang terpilih. Namun
secara maksimal biasanya Lurah „am menjabat selama empat tahun, sedangkan Lurah Khos selama dua tahun.
4
Berikut ini adalah susunan kepengurusan Pondok Pesantren Al-Istiqlaliyyah:
Gambar 3.1 Struktur Organisasi Pondok Pesantren al-Istiqlaliyyah
5
4
Wawancara Pribadi dengan Ahmad Humadi, Cilongok 18 Juli 2016.
5
Wawancara Pribadi dengan Ahmad Humadi, Cilongok, 18 Juli 2016.
B. Syekh Abdul Qadir al-Jailani
Syekh Abdul Qadir al-Jailani memiliki nama asli Abu Muhammad Abdul Qadir bin Abu Shalih Abdullah bin Janki Duts bin Yahya bin Muhammad bin
Daud bin Musa bin Abdullah bin Al-Hasan bin Al-Hasin bin Ali bin Abu Thalib.
6
Ayahnya bernama Abu Sholeh bin Musa bin Abdullah bin Yahya al- Zahid bin Muhammad bin Daud bin Musa al-Juwany bin Abdullah al-Makhdli
bin Hasan al-Mutsanna bin Hasan bin Ali bin Abi Thalib ra. Ibunya bernama Syarifah Fathimah biti Abdullah al-
Shoma’I bin Abu Jamaluddin bin Mahmud bin Thohir bin Abu Atho Abdillah bin Kamaluddin Isa bin Alauddin Muhammad
al- Jawwad bin „Ali al-Ridlo bin Musa Kadzim bin Ja’far al-Shadiq bin
Muhammad al- Bariq bin Zainal „Abidin bin al-Husain al-Syahid binti Fathimah
al-Zahra ra.
7
Syekh Abdul Qadir al-Jailani hidup antara tahun 470 – 561 H 1077 –
1166 M, dilahirkan di kota Gilan, Jailan atau Jaily wilayah terpencil di Thabaristan Bagdad.
8
Wilayah yang terdiri dari desa-desa yang posisinya berada di padang rumput antara pegunungan dan laut. Beliau tinggal di sana hingga
6
Ahmad Sunarto, Ensiklopedia Biografi Nabi Muhammad saw dan Tokoh-Tokoh Besar Islam Jakarta: Widya Cahaya, 2013, h. 235.
7
Ajid Thohir, ed., Historisitas Dan Signifikansi Kitab Manaqib Syekh Abdul Qadir al-Jilani Dalam Historigrafi Islam, h. 93-94.
8
Ajid Thohir, ed., Historisitas Dan Signifikansi Kitab Manaqib Syekh Abdul Qadir al-Jilani Dalam Historigrafi Islam Jakarta: Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan Badan Litbang
dan Diklat Kementrian Agama RI, 2011, h. 94.
berusia 18 tahun lalu pindah ke Bagdad pada tahun 488 H dan tinggal di sana hingga akhir hayatnya.
9
Syekh Abdul Qadir al-Jailani memiliki tubuh yang kurus. Perawakannya sedang dan berdada bidang. Jenggotnya tebal dan panjang. Kulitnya hitam.
Alisnya bersambung. Beliau memiliki suara yang keras. Meski demikian, pembawaannya tenang, berwibawa tinggi dan memiliki ilmu yang luas.
10
Menurut kebanyakan penulis biografi Syekh Abdul Qadir al-Jailani, watak keilmuan dalam diri beliau telah dimulai dari dalam keluarga. Ayahnya
adalah ulama besar di Jilan dan ibunya adalah putri dari seorang sufi besar, yakni Abu Abdullah al-
Shoma’i al-„Arif al-„Abid al-Zahid. Dalam usia muda, beliau belajar berbagai disiplin ilmu dari para ulama yang mempuni di
zamannya. Memulai belajar al- Qur’an di bawah bimbingan Abu al-Wafa „Ali
bin „Uqail al-Hanbali, Abu al-Khattab Mahfuz al-Kalwazani al-Hanbali dan ulama lainnya. Belajar hadits melalui para ahli hadits, seperti Abu Galib
Muhammd bin Hasan al-Balaqalani dan ulama lainnya. Mempelajari fiqih melalui Abu „Said al-Muhrimi yang daripadanya mengambil hirqah yang mulia.
Bahasa dan sastra dipelajari beliau antara lain dari Abu Zakariya Yahya bin „Ali at-Tibrizi, Sahib Hammad ad-Dabbas.
11
Dari latar belakang studinya tersebut, yang mengantarkan sosok Syekh Abdul Qadir al-Jailani ke posisi yang amat
tinggi, yang membuat beliau mumpuni dalam berbagai ilmu. Beliau menjadi sosok yang terkemuka di antara para wali agung, dan digelari al-Ghawts al-
9
Ahmad Sunarto, Ensiklopedia Biografi Nabi Muhammad saw dan Tokoh-Tokoh Besar Islam, h. 235.
10
Ahmad Sunarto, Ensiklopedia Biografi Nabi Muhammad saw dan Tokoh-Tokoh Besar Islam, h. 235.
11
Cecep Alba, Tasawuf dan Tarekat: Dimensi Esoteris Ajaran Islam Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014, Cet. Ke-2, h. 47-48.