Persediaan Suku Cadang Preventive maintenance and inventory of spare part for production equipment in palm oil mill kertajaya

101 S = ∑ ∞ =         − − r x x x DL DL r exp = ∑ =       − − 1 1 exp 1 1 x x x = 0,5436 ≈ 1 TK = ∑ = − − r x x x DL DL exp 1 = ∑ = − − 1 1 1 1 exp 1 1 x = 0,5436 Jadi TK = 0,5436 x 100 = 54,36 OT = ∑ ∑ ∞ + = ∞ =         − − +         − − + + 1 exp exp 2 r x x r x x x DL DL r x DT Q x DL DL x r Q IC DT Q A π OT = 5436 , 7 4 18000 4564 , 1 2 3 22500 6 3 9000 +     − + + OT = Rp 80.412

6.8. Analisis Persediaan Suku Cadang

Kondisi persediaan optimal ternyata tidak dapat memberikan service level komponen yang mencukupi, di mana batas minimal service level yang diharuskan oleh perusahaan adalah 85 dapat dilihat pada Tabel 6.15. Ongkos persediaan optimal mengakibatkan tingkat ketersediaan berada di bawah standar service level yang ditetapkan oleh perusahaan. Total ongkos persediaan untuk ke-30 komponen adalah sebesar Rp 49.763.248 lebih kecil daripada total ongkos persediaan sebelum optimasi sebesar Rp 54.903.413.

6.9. Analisis Sensitivitas

Setelah pemeliharaan pencegahan dijadwalkan kemudian biaya-biaya yang mempengaruhi total biaya pemeliharaan untuk 30 komponen dilakukan analisis sensitivitas. Analisis sensitivitas dilakukan berdasarkan parameter biaya operator menganggur, kehilangan produksi, dan komponen. Pada Gambar 6.12 menjelaskan kenaikan parameter biaya operator yang menganggur, kehilangan produksi, dan biaya komponen tidak mempengaruhi tingkat keandalan, yaitu tetap pada tingkat keandalan 51. 102 20 40 60 80 100 20 40 60 80 100 Kenaikan parameter biaya K ea nda la n, R Biaya kehilangan produksi Biaya operator Biaya komponen Gambar 6.12 Kenaikan parameter biaya terhadap keandalan Pada Gambar 6.13 menggambarkan penurunan parameter biaya operator yang menganggur, biaya kehilangan produksi, dan biaya komponen tidak mempengaruhi tingkat keandalan, yaitu tetap pada tingkat keandalan 51. 20 40 60 80 100 20 40 60 80 100 Penurunan parameter biaya K ea nda la n, R Biaya kehilangan produksi Biaya operator Biaya komponen Gambar 6.13 Penurunan parameter biaya terhadap keandalan

6.10. Validasi

Validasi merupakan langkah penting dalam pemodelan. Tujuan dari validasi model adalah untuk mengukur sejauh mana hasil model mendekati kondisi sebenarnya. Semakin dekat hasil model dengan data lapangan, semakin valid model tersebut dalam menggambarkan kondisi lapangannya. 103 Validasi model dalam penelitian ini dengan menggunakan metode Chi Square, membandingkan waktu penjadwalan pemeliharaan ke-30 komponen hasil simulasi model dengan waktu pemeliharaan ke-30 komponen dari data lapangan. H H : terdapat hubungan yang signifikan antara waktu pemeliharaan dari lapangan dengan waktu pemeliharaan hasil model. 1 α = 0,05 : tidak terdapat hubungan yang signifikan antara waktu pemeliharaan dari lapangan dengan waktu pemeliharaan hasil model. Tabel 6.16 Validasi model No Nama komponen Waktu pemeliharaan hasil model, E i Waktu pemeliharaan di lapangan, O jam i O jam i - E i 2 E i 2 1 Worm lengthening, press 1.153 1176 0,46 2 Sproket gear RS80, boiler 564 552 0,26 3 Screw worm, press 988 984 0,02 4 Nozzle pn, separator 713 672 2,36 5 Screw pn separator 452 456 0,04 6 Rantai RS80, boiler 1.031 1008 0,51 7 Baud coupling, press 1.456 1512 2,15 8 Friction pad separator 1.461 1512 1,78 9 Roda lori +as 996 1008 0,14 10 Balok basing, lori 2.623 2616 0,02 11 V-belt, sterilizer 2.286 2352 1,91 12 Bearing SKF, separator 2.430 2352 2,50 13 V-belt, separator 1.347 1344 0,01 14 V-belt, boiler 1.625 1680 1,86 15 Plat mild steel, stasiun biji 1.651 1680 0,51 16 Kabel NYHY, housting crane 3.967 3864 2,67 17 Seal vibro screen 2.989 3024 0,41 18 Remising saringan vibro mess 30 2.842 2856 0,07 19 Mika film, separator 3.251 3192 1,07 20 Bearing, thresher drum 2.947 2952 0,01 21 V-belt thresher drum 1.530 1512 0,21 22 Seal pintu sterilizer 1.041 1008 1,05 23 L-boch, sterilizer 1.096 1056 1,46 24 As sentral FC60, stasiun biji 1.596 1512 4,42 25 Besi siku L, boiler 951 1008 3,42 26 Adaptor, stasiun biji 909 888 0,49 27 Extension shaft, press 828 840 0,17 28 Kabel sling baja, tracklier 1.081 1008 4,93 29 Bearing, stasiun biji 1.090 1056 1,06 30 V-belt, stasiun biji 547 504 3,38 Total 39,34 104 χ 2 2 30 1 model hasil an pemelihara waktu model hasil an pemelihara waktu - lapangan di an pemelihara waktu ∑ =       i = χ 2 2 29 , 05 . χ = 39,34 = 42,6 χ 2 2 29 , 05 . χ 39,34 42,6 Kesimpulan dari uji chi square adalah terdapat hubungan yang signifikan antara waktu pemeliharaan di lapangan dengan waktu pemeliharaan hasil dari model.

6.11. Verifikasi

Verifikasi model dalam penelitian ini dengan langsung menanyakan ke PKS Kertajaya yaitu total biaya pemeliharaan selama satu tahun pada tahun 2010 adalah Rp 5.407.424.785 untuk semua suku cadang. Penghematan dalam model ini sebesar 17,5 dari total ekspektasi biaya pemeliharaan untuk 30 komponen. Ini yang membuat menarik bagi PKS Kertajaya dan sebagai masukan dalam perbaikan pemeliharaan peralatan di pabrik tersebut. Apalagi peralatan pabrik di PKS Kertajaya yang sudah tua, tetapi masih efisien dengan terbukti masih bisa dilakukan penghematan biaya pemeliharaan walaupun penghematan tersebut sedikit.

VII. SIMPULAN DAN SARAN

7.1. Simpulan

Berdasarkan ukuran kinerja overall equipment effectiveness OEE, nilai OEE per bulan selama tahun 2010 berkisar antara 36,87 - 77,67, dengan rata- rata sebesar 58,05. Tingkat reliabilitas komponen mesin peralatan pada tahun 2010 berkisar 18,7 - 50,8. Hasil dari kinerja OEE ini menunjukkan rendahnya kinerja sistem produksi di PKS Kertajaya sehingga perlu dilakukan penjadwalan pemeliharaan pada pabrik kelapa sawit. Hasil failure mode and effect analysis FMEA adalah rangking nilai RPN untuk 30 komponen yang akan dijadwalkan pemeliharaannya. Rangking nilai ini sebagai dasar untuk melakukan penjadwalan pemeliharaan peralatan produksi pabrik kelapa sawit. Berdasarkan data tahun 2010 terdapat 30 komponen atau suku cadang yang dipilih untuk dianalisis dengan menggunakan FMEA. Hasil analisis FMEA dan rangking nilai RPN memberikan urutan komponen untuk mendapatkan urutan prioritas jadwal pemeliharaan. Hasil penelitian ini menunjukkan perbedaan distribusi kerusakan untuk ke- 30 komponen, yaitu tiga komponen mengikuti distribusi Weibull, sepuluh komponen mengikuti distribusi Normal dan 17 komponen mengikuti distribusi Lognormal. Penelitian ini menghasilkan penjadwalan yang dapat membantu pengambilan keputusan pihak manajemen untuk menyusun rencana pemeliharaan peralatan produksi di pabrik kelapa sawit dan persediaan suku cadang sehingga biaya pemeliharaan menjadi optimal. Tingkat kehandalan optimum untuk ke-30 komponen secara agregat adalah sebesar 51 memberikan total biaya pemeliharaan pencegahan sebesar Rp.410.251.693 per tahun dengan penghematan sebesar 17,5 dibandingkan tanpa melakukan penjadwalan pemeliharaan. Waktu breakdown maintenance sebesar 3,2 dari waktu pemeliharaan pencegahan. Berdasarkan penjadwalan pemeliharaan pencegahan telah berhasil dikembangkan model untuk perencanaan kebutuhan suku cadang yang memberikan total biaya persediaan optimum yaitu sebesar Rp. 49.763.248. 106 Implementasi model persediaan tersebut dapat menghemat total biaya persediaan sebesar 9,4 dibandingkan total biaya sebelumnya.

7.2. Saran

Saran tindak lanjut dari penelitian ini adalah perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengevaluasi dampak dari penjadwalan pemeliharaan untuk sterilizer dengan model vertikal. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk mengetahui keandalan sistem produksi dan jadwal pemeliharaan dengan memperkirakan adanya mesin cadangan. Pelatihan untuk teknisi dan operator perlu dilakukan untuk mempercepat reaksi yang dibutuhkan untuk tindakan pemeliharaan pencegahan. Pada PKS Kertajaya perlu dipertimbangkan untuk melakukan peremajaan mesin dan analisa biayanya terutama pada mesin produksi yang mempunyai indeks kinerja OEE di bawah 85.