Reliability dan Maintainability Preventive maintenance and inventory of spare part for production equipment in palm oil mill kertajaya

11 Ben Daya et al. 2009 menggunakan skala numerik mulai dari 1 sampai 10 untuk menentukan peringkat tingkat severity dari kegagalan, kemungkinan terjadinya modus kegagalan dan kemungkinan kegagalan terdeteksi. Skala yang digunakan mulai dari rentang 1 sampai 10, dimana skala 1 menyatakan sangat rendah dan skala 10 menyatakan sangat tinggi. Nilai RPN yang lebih tinggi diberikan prioritas yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai RPN yang lebih rendah. RPN dihitung dengan mengalikan tingkat severity kegagalan S, kemungkinan terjadinya kegagalan O = Occurrence dan probabilitas kegagalan terdeteksi D = Detection untuk menentukan tingkat risiko dari suatu proses, sebagai berikut : RPN = S x O x D 2.20 Menurut Sharma dan Sharma 2010, severity adalah efek kerusakan komponen yang terkait rata-rata waktu antar perbaikan MTTR dari masing- masing komponen. Occurrence adalah tingkat terjadinya kegagalan yang diperoleh dari rata-rata waktu antar kerusakan MTTF masing-masing komponen. Detection adalah kuantifikasi dari kontrol yang membuat suatu kegagalan dapat dideteksi dan didapatkan dari hasil wawancara terhadap kepala teknik bagian pemeliharaan.

2.5. Pemeliharaan Pencegahan

Peningkatan keandalan dapat ditempuh dengan cara pemeliharaan pencegahan. Dengan menerapkan pemeliharaan pencegahan maka dapat mengurangi pengaruh umur atau wearout mesin atau komponen dan memberikan hasil yang signifikan terhadap umur sistem. Model keandalan berikut mengasumsikan bahwa sistem kembali ke kondisi baru setelah dilakukannya tindakan pemeliharaan pencegahan Ebeling 1997 : R m t = RT n dimana : x Rt-nT 2.21 R m n : jumlah pemeliharaan yang telah dilakukan sampai kurun waktu t t : probabilitas keandalan setelah diterapkannya usulan pemeliharaan pencegahan T : interval waktu pemeliharaan penggantian pencegahan 12 RT n Rt-nT : probabilitas keandalan untuk waktu t-nT dari tindakan pemeliharaan pencegahan yang terakhir. : probabilitas keandalan dengan n kali pemeliharaan pencegahan Penentuan waktu terbaik untuk mengetahui kapan penggantian harus dilakukan untuk meminimasi total downtime. Ada dua jenis model bagi permasalahan penggantian yaitu : a. Block Replacement Pada model block replacement, tindakan penggantian dilakukan pada suatu interval yang tetap. Model ini digunakan jika diinginkan adanya konsistensi interval penggantian pencegahan yang telah ditentukan, walau sebelumnya telah terjadi penggantian yang disebabkan adanya kerusakan. b. Age Replacement Pada model ini penggantian pencegahan dilakukan tergantung pada umur pakai dari komponen. Tujuan model ini menentukan umur optimal di mana penggantian pencegahan harus dilakukan sehingga dapat meminimasi total downtime. Dalam metode ini tindakan penggantian dilakukan pada saat pengoperasiannya sudah mencapai umur yang ditetapkan yaitu sebesar t p . Model penentuan interval waktu penggantian pencegahan berdasarkan kriteria minimasi downtime yang digunakan adalah age replacement. Formulasi total biaya pemeliharaan pencegahan untuk model age replacement adalah sebagai berikut Jardine 2001; Manzini et al. 2010 : Total biaya = { } { } { } { } 1 1 p f p p p f p p t R t t R t t R C t R C − × + × − × + × dimana : 2.22 C p Rt : biaya preventive p : nilai keandalan pada saat t C p f t : biaya failure p t : interval waktu preventive f : MTTF 13 Jika komponen berdistribusi lognormal maka interval waktu preventive pada tingkat keandalan R : t R exp 1 R s t med − Φ − = 2.23 Jika komponen berdistribusi weibull maka interval waktu preventive pada tingkat keandalan R : t R 1 ln β θ R − = 2.24

2.6. Model-model Persediaan

Model dasar persediaan yang telah banyak dikembangkan adalah dikenal dengan nama Model P periodic review dan Model Q lot size reorder point.

2.6.1. Model P Periodic Review Models

Pada ‘Model P’ ini disarankan untuk diadakan pemeriksaan terhadap kondisi sistem persediaan secara berkala atau periodik. Jadi dalam metode ini tidak dilakukan pemeriksaan secara terus-menerus dan pengambilan keputusan hanya untuk mengetahui keadaan sistem persediaan tersebut pada saat dilakukan pemeriksaan. Menurut Nur Bahagia 2006, karakteristik utama dari model P adalah periode antar pemesanan yang tetap dan jumlah barang yang dipesan bervariasi tergantung pada kebutuhan pada periode sebelumnya. Variabel keputusan dari model ini adalah tingkat persediaan maksimum R dan periode antar pemesanan T.

2.6.2 Model Q Lot Size Reorder Point Models

Berbeda dengan model P maka ‘Model Q’, disarankan untuk melakukan pemeriksaan secara terus-menerus terhadap posisi sistem persediaan, karena pemesanan dilakukan apabila tingkat persediaan telah mencapai jumlah tertentu. Menurut Tersine 1988, variabel keputusan dalam metode Q adalah jumlah barang yang dipesan Q dan titik pesan kembali r. Tujuan dari metode ini adalah mencari harga Q dan r optimal yang memberikan ongkos total persediaan minimum, di mana: 14 a. Permintaan bersifat probabilistik dan rata-rata permintaan yang datang konstan sepanjang waktu. b. Pemesanan barang sejumlah Q dilakukan pada saat persediaan mencapai titik pesan kembali reorder point. c. Jika dilakukan pemesanan untuk banyak jenis item diasumsikan item-item tersebut tidak saling ketergantungan. d. Ongkos satuan suatu jenis item merupakan konstanta yang tidak tergantung pada jumlah pemesanan Q. e. Titik pesan kembali selalu positif.

2.7. MesinPeralatan Pengolahan Kelapa Sawit

Bahan baku utama pada proses pengolahan kelapa sawit adalah buah sawit yang masih segar atau TBS, sebelum menjadi CPO dan inti sawit melalui beberapa proses, seperti dapat dilihat pada Gambar 2.4. TBS harus diolah dalam waktu 24 – 48 jam sejak dipanen agar tidak mengalami penurunan kualitas. Jika pengolahan tidak berjalan secara tepat waktu maka produknya tidak lagi memenuhi persyaratan kelas pangan yaitu kandungan asam lemak bebas ALB sekitar 5 – 6 Thomas 2009. TBS yang baru dipanen dari kebun diangkut dengan menggunakan truk ke stasiun penerimaan buah di pabrik. Stasiun ini berfungsi untuk menerima TBS yang berasal dari kebun. Setelah tiba di lokasi pabrik terlebih dahulu ditimbang pada jembatan timbang weighting bridge. Bagian-bagian dari jembatan timbang adalah sebagai berikut : a. Load cell, yaitu pengubah gaya tekan menjadi sinyal listrik transreducer b. Platform alas yang berfungsi sebagai penerima beban langsung dari kendaraan yang ditimbang c. Indikator yang berfungsi mengubah sinyal listrik menjadi data display secara digital d. Seperangkat PC yang dilengkapi dengan software measy weight sebagai database dalam transaksi penimbangan. Setelah melalui jembatan timbang kemudian truk membongkar muatannya di loading ramp. Loading ramp yang digunakan model sisir dengan 12 pintu dan