33 Langkah ketiga adalah mengelompokkan nilai MTTF berdasarkan skala
occurrence dan MTTR berdasarkan skala severity, serta menentukan detection berdasarkan pengalaman dari kepala bagian teknik pemeliharaan.
Pengelompokkan ini untuk menghitung nilai risk priority number RPN. Langkah terakhir adalah merangking nilai RPN tersebut. Hasil dari tahapan menentukan
suku cadang yang paling kritis digunakan sebagai dasar tahapan penjadwalan pemeliharaan peralatan produksi.
Menentukan peralatan produksi
yang sering terjadi breakdown
MTBF setiap komponen
MTTR setiap komponen
Cara pendeteksian setiap komponen
Menentukan occurrence O
f
Menentukan severity S
Menentukan detection O
d
Menghitung RPN
Komponen peralatan produksi
yang paling kritis
Gambar 3.6 Tahapan komponen peralatan produksi yang paling kritis
Perencanaan dan penjadwalan pemeliharaan adalah suatu fungsi yang digabung bersama-sama Ben-Daya 2009. Dalam penjadwalan pemeliharaan
peralatan produksi terdapat dua faktor yang mempengaruhinya seperti jumlah tenaga kerja pemeliharaan, kapasitas produksi. Tahapan penjadwalan
pemeliharaan pencegahan peralatan produksi bertujuan menjadwalkan pemeliharaan pencegahan komponen peralatan produksi dan menentukan total
biaya pemeliharaan peralatan yang optimal. Data yang diperlukan untuk model ini adalah MTTR, MTTF, biaya teknisi, biaya operator menganggur, biaya
komponen, dan biaya kehilangan produksi. Hasil rangking nilai RPN dijadwalkan pemeliharaan pencegahan dari masing-masing komponen peralatan produksi.
34 Langkah pertama dalam tahapan ini adalah menghitung biaya kerusakan
failure dalam satu siklus, biaya pemeliharaan pencegahan preventive dalam satu siklus dan total biaya kerusakan total failure cost sebelum dilakukan
pemeliharaan pencegahan selama satu tahun. Langkah kedua adalah mencari total biaya pemeliharaan pencegahan yang optimal dan menjadwalkan pemeliharaan
untuk setiap komponen peralatan produksi. Perencanaan persediaan suku cadang diperlukan agar pada saat suku cadang dibutuhkan, suku cadang tersebut ada.
Pada tahapan perencanaan persediaan suku cadang ini menggunakan model EOQ probabilistik, dimana persediaan pada umumnya berjumlah kecil untuk satu tahun.
Tujuan tahapan ini adalah agar pada saat dibutuhkan komponen tersebut ada dan meminimalkan biaya persediaan komponen.
Tahapan penelitian secara keseluruhan adalah mengidentifikasi pemeliharaan peralatan produksi, mengukur kinerja sistem pemeliharaan peralatan
produksi, mengidentifikasi komponen peralatan produksi yang paling kritis, melakukan penjadwalan pemeliharaan peralatan produksi dan perencanaan
persediaan suku cadang. Yang terakhir adalah validasi dan verifikasi. Semua tahapan penelitian diatas, digambarkan dalam Gambar 3.7.
3.3. Jenis dan Pengumpulan Data
Penelitian menggunakan data sekunder dan data primer. Data sekunder diperoleh dari laporan kajian terdahulu yang relevan dan jurnal ilmiah serta
berbagai sumber seperti Departemen Pertanian, data perusahaan yang menjadi objek kajian, dan pihak-pihak yang relevan.
Pengumpulan data primer dilakukan melalui: a Observasi lapangan, yakni melihat secara langsung ke tempat penelitian kegiatan-kegiatan manajemen
pemeliharaan dan proses pengolahan kelapa sawit. Data yang akan diperhatikan adalah jumlah kerusakan masing-masing komponen dari setiap peralatan, jumlah
tenaga kerja yang diperlukan. b Wawancara, dilakukan untuk memperoleh informasi dari para pengawas lapangan, kepala pemeliharaan, kepala bagian
produksi, manajer pabrik, dan staf bagian pemeliharaan.
35
Tujuan penelitian
Identifikasi komponen peralatan
yang paling kritis Perhitungan
RPN Perhitungan
MTTR, MTTF
Penjadwalan pemeliharaan
peralatan produksi Perhitungan
keandalan
Perhitungan EOQ probabilistik
Perencanaan persediaan suku cadang
Perhitungan OEE
Kinerja pemeliharaan peralatan produksi
Penjadwalan pemeliharaan peralatan produksi dan
persediaan suku cadang Validasi model
Identifikasi pemeliharaan peralatan produksi pabrik kelapa sawit
Mulai
Selesai Studi pustaka
Survei lapang, wawancara, pustaka
Valid ? Ya
Tidak
Gambar 3.7 Diagram alir tahap penelitian
36
Data sekunder yang dikumpulkan adalah kapasitas produksi pabrik, biaya pemeliharaan, jumlah kegagalan komponen, data perhitungan MTTR dan MTTF,
pelatihan tenaga kerja pemeliharaan dan data pengetahuan para ahli. Jenis pengumpulan data dapat dilihat pada tabel 3.1.
Tabel 3.1 Jenis pengumpulan data Jenis data
Data yang diperlukan Metode
Primer - Proses pengolahan kelapa sawit
- Jumlah kerusakan komponen - Lama waktu perbaikanpenggantian
komponen - Kegiatan manajemen pemeliharaan
- Wawancara - Observasi lapangan
- Deskriptif
Sekunder - Kapasitas produksi pabrik
- Biaya pemeliharaan - Jumlah kegagalan
- Data perhitungan MTTR dan MTTF - EOQ
- FMEA - Optimasi biaya
pemeliharaan
3.4. Tempat dan Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian di PTPN VIII pabrik PKS Kertajaya. Survei lapangan dilakukan selama empat bulan bulan April –Mei 2011.
IV. ANALISIS SITUASIONAL
Minyak sawit mentah atau crude palm oil CPO mempunyai kontribusi penting terhadap ekspor Indonesia. Pada tahun 2010, nilai ekspor kelapa sawit
sebesar 23,18 dari nilai ekspor hasil industri lainnya Kemenperin 2010. Luas kebun kelapa sawit di Indonesia sebesar 8.385.394 Ha dengan jumlah pabrik
pengolahan kelapa sawit sebanyak 608 PKS di Indonesia Deptan 2012. PT Perkebunan Nusantara VIII merupakan BUMN yang bergerak pada
sektor perkebunan dengan kegiatan usaha meliputi pembudidayaan tanaman, pengelola penjualan komoditi perkebunan seperti teh, karet, dan sawit sebagai
komoditi utamanya, serta kakao dan kina sebagai komoditi pendukungnya. PT Perkebunan Nusantara VIII mengembangkan budidaya kelapa sawit di Kabupaten
Lebak dan Bogor, yaitu perkebunan Bojong Datar, Cikasungka, Tambaksari, Cisalaak Baru, dan Kertajaya dengan luas sekitar 18.843,63 Ha. Kelapa sawit ini
dijual dalam bentuk CPO dan kernel untuk kepentingan dalam negeri. Untuk mengolah tandan buah segar menjadi CPO dan kernel, PT
Perkebunan Nusantara VIII memiliki satu pabrik, yaitu PKS PT. Kertajaya yang berlokasi di Jalan Raya Saketi – Malimping, Desa Leuwiipuh, Kecamatan
Banjarsari, Kabupaten Lebak, Banten Selatan. Secara geografis Kebun Inti dan PKS Kertajaya terletak pada 6
°-6,55° LS dan 105,05° - 106,05° BT dan 60-80 m di atas permukaan laut dengan kemiringan sudut 60
°. Jarak dari ibukota kabupaten kurang lebih 80 km, sedangkan dari Jakarta terletak di sebelah barat daya,
berjarak 175 km. PKS Kertajaya dibangun oleh PT. Berca Indonesia pada tanggal 28 Juli
1983 dan tanggal 28 Maret 1985 pabrik sudah mulai beroperasi dengan kapasitas pengolahan 30 ton tandan buah segar TBS tiap jam. Dalam mengolah TBS,
pabrik ini telah mengalami beberapa kali rehabilitasi dan pengembangan ke arah kesempurnaan, sehingga semakin lama efisiensi proses produksinya mengalami
peningkatan. Pada tahun 2012, PT Perkebunan Nusantara VIII menargetkan produksi TBS sebanyak 266.000 ton yaitu naik 3,25 dibandingkan tahun lalu
sebanyak 257.614 ton. Rendemen minyak sawit di PKS Kertajaya sebesar
38 21,55, rendemen ini berada disekitar rendemen standar nasional yaitu 20-24
Naibaho 1996. Penggunaan mesin-mesin produksi menjadi meningkat seiring dengan
meningkatnya produksi tandan buah segar. Mesin-mesin produksi tersebut tidak bisa dibiarkan begitu saja tanpa adanya pemeliharaan dan perawatan. Mesin-
mesin produksi semakin lama akan mengalami penurunan kinerja dan apabila dibiarkan terus menerus akan mengalami kerusakan breakdown yang pada
akhirnya akan menyebabkan kerugian waktu operasi downtime. Permasalahan yang muncul akibat downtime ini misalnya keterlambatan produksi, pekerja yang
menganggur, hilangnya waktu efektif untuk berproduksi sehingga mempengaruhi produktivitas pabrik. Selain itu, kerusakan juga menyebabkan biaya yang
dikeluarkan oleh pabrik menjadi meningkat akibat adanya biaya perbaikan mesin ataupun juga biaya untuk pembelian mesin baru. Pabrik akan mengalami kerugian
yang dapat menghilangkan keuntungan yang seharusnya dapat diperoleh pabrik. Rata-rata persentase biaya yang dikeluarkan untuk pemeliharaan pabrik di PKS
Kertajaya adalah sebesar 46,04 dari biaya pengolahan kelapa sawit pada tahun 2010. Biaya pemeliharaan pabrik ini mencakup biaya pemeliharaan peralatan
produksi, biaya pemeliharaan bangunan, dan lain-lain.
Gambar 4.1 Persentase biaya produksi rata-rata di PKS Kertajaya pada tahun 2010 PKS Kertajaya 2011
Persentase biaya produksi rata-rata terlihat pada Gambar 4.1. Persentase biaya pemeliharaan pabrik terhadap biaya pengolahan kelapa sawit di PKS Kertajaya
dari tahun ke tahun mengalami keadaan yang tidak stabil seperti terlihat pada Gambar 4.2.
39
43 44
45 46
47 48
49 50
51
2006 2007
2008 2009
2010 Tahun
P er
se nt
as e
biaya pengolahan biaya pemeliharaan pabrik
Gambar 4.2 Persentase biaya pemeliharaan pabrik terhadap biaya pengolahan kelapa sawit di PKS Kertajaya tahun 2006-2010 PKS Kertajaya
2011
4.1. Peralatan Produksi
Proses pengolahan TBS pada PKS Kertajaya melalui beberapa stasiun, dalam satu stasiun terdapat satu atau lebih peralatan yang digunakan. Pada stasiun
penerimaan terdapat beberapa peralatan seperti lori, dua buah transfer carriage yaitu transfer carriage I tahun pembuatan 20012002 dan transfer carriage II
tahun pembuatan 20082009. Masing-masing transfer carriage berukuran 1,9
×9,35 m
2
Stasiun sterilizer terdapat empat buah sterilizer yang berfungsi merebus tandan buah segar untuk memudahkan lepasnya buah dari tandannya, melunakkan
daging buah dan mengurangi kadar air. Keempat buah sterilizer ini dibuat tahun 2002 dengan ukuran 2,10
×30 m , modelnya hydrolic gear dan mempunyai kapasitas tiga lori atau 24
lorijam. Peralatan lainnya pada stasiun penerimaan adalah capstan dan guide bollard.
2
Stasiun penebah terdapat beberapa peralatan seperti tiga buah hoisting crane untuk mengangkat lori yang berisi TBS hasil rebusan ke automatic feeder
yang masing-masing berkapasitas 5 ton, tiga buah automatic feeder untuk menggerakkan dan mengatur kecepatan pada mesin polishing drum bantingan,
. Satu buah sterilizer bisa memuat sepuluh lori dalam satu kali perebusan tandan buah segar. Satu buah sterilizer yang standby
akan dioperasikan apabila ada salah satu perebusan mengalami kerusakan. Tetapi apabila TBS banyak yang harus diolah maka semua sterilizer digunakan.