Tujuan Penelitian Ruang Lingkup Penelitian Pengertian Pemeliharaan

8 b. Distribusi Lognormal ft =               − − 2 2 ln 2 1 exp 2 1 med t t s st π t ≥ 0 2.7 Rt =       Φ − med t t s ln 1 1 2.8 MTTF = 2 2 s med e t 2.9 MTTR = 2 2 s medR e t 2.10 c. Distribusi Weibull ft = dt t dR − = β θ β θ θ β 1 t e t − −       2.11 Rt =               − ∫ − exp 1 dt t t β θ θ β = β θ t e − 2.12 MTTF =       + Γ β θ 1 1 2.13 MTTR =       + Γ β θ 1 1 R 2.14 d. Distribusi Eksponensial Rt =    − ∫ t dt exp λ = t e λ − , t ≥ 0 2.15 Ft = 1 - t e λ − 2.16 MTTF = λ 1 2.17 MTTR = R λ 1 2.18

2.2.4. Index of Fit

Penentuan jenis distribusi yang mewakili penyebaran suatu data kerusakan dapat dilakukan dengan menggunakan metode least squares curve fitting. Proses yang harus dilakukan adalah mencari nilai index of fit untuk masing-masing 9 distribusi sehingga didapatkan nilai index of fit terbesar yang kemudian akan diuji lagi menurut hipotesa distribusinya. Index of fit dihitung dengan mencari nilai r koefisien korelasi yang menunjukkan kekuatan hubungan linear antara variabel waktu kegagalan dan probabilitas fungsi kepadatan.

2.2.5. Pengujian Goodness of Fit

Setelah perhitungan index of fit dilakukan, maka tahap selanjutnya adalah pengujian goodness of fit untuk nilai index of fit terbesar. Pengujian goodness of fit dilakukan dengan membandingkan hipotesa nol H yang menyatakan bahwa data kerusakan mengikuti distribusi pilihan dan hipotesa alternatif H 1 yang menyatakan bahwa data kerusakan tidak mengikuti distribusi pilihan. Pengujian yang dilakukan dalam goodness of fit ada tiga macam yaitu Mann’s test untuk distribusi Weibull, Bartlett’s test untuk distribusi Eksponensial dan Kolmogorov- Smirnov untuk distribusi Normal dan Lognormal Ebeling 1997.

2.3. Pengertian Overall Equipment Effectiveness OEE

Overall equipment effectiveness OEE adalah sebuah metrik yang berfokus pada seberapa efektif suatu operasi produksi dijalankan. OEE digunakan untuk mengukur total performance dari suatu peralatan dan bagaimana tingkat dukungan dalam suatu proses produksi. Pengukuran OEE juga bisa digunakan sebagai indikator kinerja utama key performance indicator KPI untuk memberikan indikator keberhasilan. Batas penentuan nilai-nilai OEE yang ideal menurut Nakajima 1989 adalah sebagai berikut : Tabel 2.1 Nilai ideal perhitungan OEE Deskripsi Nilai Availability 90 Performance 95 Quality 99 OEE 85 Sumber: Nakajima 1989 Nilai OEE dihitung dengan menggunakan rumus Nakajima 1989 : OEE = availability × performance × quality 2.19 10 Untuk lebih jelasnya perhitungan nilai OEE ini maka dapat dilihat pada gambar berikut : Equipment Big losses Computation of OEE Total time Non scheduled time Scheduled maintenance time Unscheduled maintenance time R D Usage Engineering time Setup adjustment time Actual available time Availability losses WIP starvation time Availability efficiency = actual available time total time Idle without operator Other time Speed loss Net production time Performance losses Quality loss Valuable production time Quality losses Performance efficiency = net production timeactual available time Quality efficiency = valuable production timenet production time Gambar 2.3 Perhitungan OEE dengan sepuluh big losses Jeong and Phillips 2001

2.4. Failure Mode and Effect Analysis FMEA

Menurut Manzini et al. 2010, failure mode and effect analyis adalah teknik induktif sistematis yang dirancang untuk mengidentifikasi mode kegagalan potensial untuk produk atau proses, menilai risiko yang terkait dengan mode kegagalannya, merangking dan mengidentifikasi suatu masalah. FMEA memprioritaskan mode kegagalan produk atau proses dengan indeks yang disebut risk priority number RPN dengan mengalikan tiga faktor input yaitu tingkat severity, occurrence, dan detection. Tingkat severity merupakan penilaian dari pengaruh modus kegagalan potensial untuk komponen berikutnya, sub sistem atau pelanggan. Occurrence didefinisikan sebagai kemungkinan bahwa penyebab spesifik mekanisme akan terjadi. Detection adalah penilaian terhadap kemampuan kontrol desain saat ini untuk mendeteksi penyebab potensialmekanisme. 11 Ben Daya et al. 2009 menggunakan skala numerik mulai dari 1 sampai 10 untuk menentukan peringkat tingkat severity dari kegagalan, kemungkinan terjadinya modus kegagalan dan kemungkinan kegagalan terdeteksi. Skala yang digunakan mulai dari rentang 1 sampai 10, dimana skala 1 menyatakan sangat rendah dan skala 10 menyatakan sangat tinggi. Nilai RPN yang lebih tinggi diberikan prioritas yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai RPN yang lebih rendah. RPN dihitung dengan mengalikan tingkat severity kegagalan S, kemungkinan terjadinya kegagalan O = Occurrence dan probabilitas kegagalan terdeteksi D = Detection untuk menentukan tingkat risiko dari suatu proses, sebagai berikut : RPN = S x O x D 2.20 Menurut Sharma dan Sharma 2010, severity adalah efek kerusakan komponen yang terkait rata-rata waktu antar perbaikan MTTR dari masing- masing komponen. Occurrence adalah tingkat terjadinya kegagalan yang diperoleh dari rata-rata waktu antar kerusakan MTTF masing-masing komponen. Detection adalah kuantifikasi dari kontrol yang membuat suatu kegagalan dapat dideteksi dan didapatkan dari hasil wawancara terhadap kepala teknik bagian pemeliharaan.

2.5. Pemeliharaan Pencegahan

Peningkatan keandalan dapat ditempuh dengan cara pemeliharaan pencegahan. Dengan menerapkan pemeliharaan pencegahan maka dapat mengurangi pengaruh umur atau wearout mesin atau komponen dan memberikan hasil yang signifikan terhadap umur sistem. Model keandalan berikut mengasumsikan bahwa sistem kembali ke kondisi baru setelah dilakukannya tindakan pemeliharaan pencegahan Ebeling 1997 : R m t = RT n dimana : x Rt-nT 2.21 R m n : jumlah pemeliharaan yang telah dilakukan sampai kurun waktu t t : probabilitas keandalan setelah diterapkannya usulan pemeliharaan pencegahan T : interval waktu pemeliharaan penggantian pencegahan