Validasi Model PERUMUSAN MODEL DAN PROSEDUR ANALISIS

Coefficient U Pindyck dan Rubinfield, 1991. Kriteria-kriteria dirumuskan sebagai berikut : ∑ = − = n t a t s t Y Y n RMSE 1 2 1 ∑ = ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ − = n t a t a t s t Y Y Y n RMSPE 1 2 1 ∑ ∑ ∑ = = = + − = n t n t a t s t n t a t s t Y n Y n Y Y n U 1 1 2 2 1 2 1 1 1 dimana : s t Y = Nilai hasil simulasi dasar dari variabel observasi a t Y = Nilai aktual variabel observasi n = Jumlah periode observasi Statistik RMSPE digunakan untuk mengukur seberapa jauh nilai-nilai peubah endogen hasil pendugaan menyimpang dari alur nilai-nilai aktualnya dalam ukuran relatif persen, atau seberapa dekat nilai dugaan itu mengikuti perkembangan nilai aktualnya. Sedangkan nilai statistik U bermanfaat untuk mengetahui kemampuan model untuk analisis simulasi peramalan. Nilai koefisien Theil U berkisar antara 0 dan 1. Jika U = 0 maka pendugaan model sempurna, jika U = 1 maka pendugaan model naif. Disamping itu, validasi model juga dapat dijelaskan dari nilai koefisien determinsi R 2 , semakin besar nilai tersebut semakin besar proporsi variasi perubahan peubah endogen yang dapat dijelaskan oleh variasi dalam peubah penjelas sehingga model semakin baik.

4.5. Simulasi Kebijakan

Tujuan simulasi model adalah untuk melakukan pengujian dan evaluasi terhadap model, mengevaluasi kebijakan-kebijakan pada masa lampau, membuat peramalan untuk masa yang akan datang Pyndick dan Rubinfield, 1991. Simulasi diperlukan untuk mempelajari dampak perubahan peubah-peubah eksogen terhadap peubah-peubah endogen dalam model. Periode waktu merupakan batas waktu dari model yang dihitung dengan data yang ada. Dalam penelitian ini akan digunakan data tahun 1981-2005 n = 25. Simulasi yang dibuat diantara periode tersebut disebut ex-post simulation atau historical simulation. Ex-post forecast menunjukkan jika periode dugaan tidak diperluas dari tahun kini adalah suatu hal yang tidak mungkin untuk meramalkan pada akhir periode dugaan. Sedangkan Ex-ante forecast menunjukkan simulasi dimulai pada tahun kini dan diteruskan hingga tahun-tahun berikutnya. Analisis simulasi kebijakan digunakan untuk menerangkan perilaku penawaran dan permintaan serta harga beras akibat perubahan peubah kebijakan serta untuk mengetahui perubahan dalam surplus produsen dan surplus konsumen serta kesejahteraan para pelaku ekonomi beras. Beberapa skenario simulasi alternatif kebijakan ekonomi beras yang dilakukan difokuskan pada kebijakan harga dasar pembelian pemerintah serta kombinasinya. Hal ini dikarenakan tujuan penelitian ini untuk menganalisis dampak dari harga dasar pembelian pemerintah terhadap penawaran dan permintaan beras di Indonesia. Beberapa skenario tersebut meliputi : 1. Meningkatkan harga dasar pembelian pemerintah 15 persen. Alternatif ini dilakukan untuk mengetahui dampak yang akan terjadi apabila pemerintah meningkatkan harga dasar pembelian pemerintah sebesar 15 persen yang merupakan angka pertumbuhan harga dasar pembelian pemerintah terhadap gabah setiap tahun. Peningkatan ini dimaksudkan untuk meningkatkan produksi padi serta meningkatkan kesejahteraan petani. 2. Menurunkan harga dasar pembelian pemerintah 15 persen. Alternatif ini untuk mengetahui dampak dari penurunan harga dasar pembelian pemerintah terhadap harga yang akan diterima produsen dan konsumen. 3. Menghapuskan kebijakan harga dasar pembelian pemerintah. Alternatif kebijakan ini untuk mengetahui dampak dari dihapusnya harga dasar pembelian pemerintah bagi produsen dan konsumen. 4. Meningkatkan harga dasar pembelian pemerintah dan harga pupuk urea masing-masing sebesar 15 dan 5 persen. Alternatif ini diambil karena adanya kebijakan pemerintah mengenai penghapusan subsidi pupuk. 5. Meningkatkan harga dasar pembelian pemerintah dan luas areal intensifikasi masing-masing sebesar 15 dan 5 persen. Alternatif ini untuk melihat dampak yang timbul apabila pemerintah meningkatkan harga dasar pembelian pemerintah bersamaan dengan perluasan areal intensifikasi. Peningkatan ini akan berdampak pada kesejahteraan pelakunya.