Permintaan Beras untuk Konsumsi di Indonesia

meningkatkan jumlah permintaan beras untuk konsumsi di Indonesia masing- masing sebesar 1.0094 persen pada jangka pendek dan 1.5027 persen pada jangka panjang. Atau dengan kata lain peningkatan jumlah permintaan beras akan lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan jumlah penduduk Indonesia. Selain itu parameter bedakala juga berpengaruh nyata terhadap permintaan beras, hal ini menunjukkan bahwa permintaan beras untuk konsumsi memerlukan tenggang waktu yang relatif lambat untuk menyesuaikan diri kembali pada tingkat keseimbangan. Persamaan dari pendugaan parameter harga beras eceran dapat dilihat pada Tabel 15. Pada Tabel 15 dapat diketahui bahwa koefisien harga gabah tingkat petani berpengaruh nyata terhadap harga beras eceran. Harga beras eceran tidak responsif terhadap harga gabah tingkat petani dengan elastisitas jangka pendek sebesar 0.3617 dan elastisitas jangka panjang sebesar 0.6294. Artinya apabila terjadi peningkatan harga gabah tingkat petani sebesar satu persen, maka akan meningkatkan harga beras eceran sebesar 0.3617 persen pada jangka pendek dan 0.6294 persen pada jangka panjang. Harga beras eceran dipengaruhi secara nyata oleh produksi beras Indonesia secara negatif. Dan responnya elastis baik jangka pendek 1.2495 maupun jangka panjang 2.1748, artinya perubahan peningkatan produksi beras Indonesia sebesar satu persen akan menurunkan harga beras eceran sebesar 1.2495 persen pada jangka pendek dan 2.1748 persen pada jangka panjang. Hal ini membuktikan bahwa semakin banyak produksi beras akan semakin menurunkan harga beras. Maka diperlukan peran serta Bulog, dimana apabila produksi beras meningkat maka Bulog seharusnya membeli gabahberas dari petani untuk menjaga kestabilan harga. Kecenderungan waktu menunjukkan adanya peningkatan harga beras eceran sekitar Rp 62.599 kgtahun. Selanjutnya harga eceran juga berpengaruh nyata terhadap peubah bedakala, hal ini menunjukkan bahwa adanya tenggang waktu yang relatif lambat bagi harga eceran beras itu kembali pada tingkat keseimbangannya. Dalam hal ini harga beras eceran relatif tidak stabil. Tabel 15. Hasil Pendugaan Parameter Variabel Harga Beras Eceran di Indonesia Elastisitas Peubah Parameter Dugaan t hitung E SR E LR Nama Peubah INTERCEPT 878.247040 0.836 Intercep HGTPR 0.716513 2.795 0.3617 0.6294 Harga gabah tingkat petani PBI -0.00000005 -1.127 -1.2495 -2.1743 Produksi beras Indonesia TW 62.598934 2.061 0.7172 1.2480 Trend waktu LHBER 0.425310 2.750 Lag harga beras eceran R 2 = 0.91, F hitung = 48.954, D w = 1.109, D h = 3.513

5.2.3. Marjin Pemasaran Beras Indonesia

Marjin pemasaran beras dalam penelitian ini hanya diduga dengan suatu persamaan identitas, harga gabah tingkat petani dikonversi dalam harga setara beras dengan cara mengalikan harga gabah tingkat petani dengan nilai konversi gabah menjadi beras. Persamaan marjin pemasaran adalah sebagai berikut : MPBI t = HBER t - HGTPR t K t Dari persamaan tersebut menunjukkan bahwa dalam marjin pemasaran beras tidak termasuk pengolahan gabah menjadi beras, yang dalam tataniaga disebut dengan fungsi perubahan bentuk. Dan yang dimaksud marjin pemasaran dalam penelitian ini adalah biaya penyimpanan, transportasi dan biaya lainnya yang terkait dengan penyaluran beras dari produsen ke konsumen, serta keuntungan yang diterima lembaga pemasaran yang terlibat di dalam tataniaga beras.

5.2.4. Pendapatan Usahatani Petani Indonesia

Pendapatan usahatani petani padi dalam penelitian ini diduga dengan persamaan identitas, dimana rata-rata pendapatan petani per hektarnya diperoleh dari selisih antara penerimaan dan biaya produksi. Persamaan pendapatan petani adalah sebagai berikut. PUPP t = HGTPR t YPP t – HPUR t JPU t – HTSPR t JTSP t – HPSR t JPS t – UTKR t – BPKR t – BPIR t – SHAR t – BPLNR t Dari persamaan tersebut dapat diketahui bahwa jika terjadi perubahan kebijakan maupun non kebijakan dalam sektor perberasan yang mempengaruhi harga, produktivitas padi, harga dan penggunaan pupuk urea, harga dan penggunaan TSP, harga dan penggunaan pestisida, upah tenaga kerja, biaya pupuk kandang, biaya pengairan, biaya sewa hewan dan alat, maka akan jelas mempengaruhi sisi penerimaan dan sisi biaya usahatani dan selanjutnya akan mempengaruhi pendapatan yang diterima oleh petani. Hasil pendugaan parameter dari harga gabah tingkat petani dapat dilihat pada Tabel 16. Koefisien perubahan harga beras impor Indonesia dalam nilai rupiah berpengaruh nyata terhadap harga gabah tingkat petani secara positif. Harga gabah tingkat petani tidak responsif terhadap harga beras impor dalam nilai rupiah dengan elastisitas jangka pendek sebesar 0.5060 dan elastisitas jangka panjang sebesar 0.6216. Artinya kenaikkan harga beras impor Indonesia dalam nilai rupiah sebesar satu persen akan meningkatkan harga gabah tingkat petani masing-masing sebesar 0.5060 persen pada jangka pendek dan 0.6216 persen pada jangka panjang. Hal ini membuktikan bahwa harga beras impor hanya berdampak kecil terhadap kenaikkan harga gabah tingkat petani.