beberapa publikasi seperti FAO Food Agricultural Organization, IRRI International Rice Research Institute dan IMF International Monetary Fund
serta publikasi-publikasi lainnya. Hal yang perlu diperhatikan dalam penelitian ini adalah harga yang
digunakan merupakan hasil deflasi dengan indeks harga konsumen tahun dasar 2000=100 dengan tujuan untuk menghilangkan atau menghindari pengaruh
inflasi. Sehingga harga nominal yang diperoleh secara langsung dapat menjadi harga riil.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
Seperti yang telah dijelaskan pada Bab IV, model yang dirumuskan adalah model linear persamaan simultan, dengan metode pendugaan two stage least
squares method 2SLS. Pada bagian ini akan dijelaskan hasil penelitian yang
telah diperoleh dimulai dengan penyajian persamaan perilakunya struktural behavior
berdasarkan tanda dan besarannya magnitude and sign, koefisien determinasi R
2
, statistik t dan F dan selanjutnya uji serial korelasi autocorrelations.
5.1. Hasil Pendugaan Model
Hasil pendugaan ekonomi beras dalam penelitian ini cukup baik sebagaimana terlihat dari nilai koefisien determinasinya R
2
dari masing-masing persamaan perilakunya yaitu berkisar antara 0.38 sampai 0.97. Hal ini
menunjukkan bahwa secara umum peubah-peubah penjelas exogenous variable yang ada dalam persamaan perilaku mampu menjelaskan dengan baik peubah
endogen endogenous variable. Besaran nilai statistik F umumnya tinggi, yaitu berkisar antara 2.388 sampai
263.713, yang berarti variasi peubah-peubah penjelas dalam setiap persamaan perilaku secara bersama-sama mampu menjelaskan dengan baik variasi peubah
endogennya, pada taraf α = 0.0001 dan 0.0768, disamping itu setiap persamaan
struktural mempunyai besaran parameter dan tandanya sesuai dengan harapan serta cukup logis dari sudut pandang ekonomi.
Nilai statistik t digunakan untuk menguji apakah masing-masing peubah penjelas berpengaruh nyata terhadap peubah endogennya. Hasil statistik t yang
diperoleh menunjukkan bahwa ada beberapa peubah penjelas yang tidak signifikan atau tidak berpengaruh nyata terhadap peubah endogennya pada taraf
α=0.05. dalam penelitian ini taraf α yang digunakan cukup fleksibel berlaku seterusnya untuk setiap persamaan struktural dengan masing-masing simbol
sebagai berikut : a.
berarti berbeda nyata dengan nol pada taraf α = 0.05
b. berarti berbeda nyata dengan nol pada taraf
α = 0.10 c.
berarti berbeda nyata dengan nol pada taraf α = 0.15
d. berarti berbeda nyata dengan nol pada taraf
α = 0.20 Berdasarkan uji statistik durbin-h, ada enam persamaan yang mempunyai
masalah serial korelasi yaitu persamaan jumlah pengunaan pupuk urea JPU, jumlah penggunaan TSP JTSP, stok beras akhir tahun SBAT, jumlah beras
impor JIB, permintaan beras untuk konsumsi Indonesia DBIN dan harga beras eceran HBER, sedangkan terdapat dua persamaan yang tidak terdeteksi serial
korelasi, yaitu luas areal panen LAP dan jumlah pelepasan beras Bulog JLGB. Menurut Pyndick dan Rubinfeld 1991, masalah serial korelasi hanya
mengurangi efisiensi pendugaan parameter dan serial korelasi tidak menimbulkan bias parameter regresi. Maka hasil dalam pendugaan model dalam penelitian ini
dapat dinyatakan cukup refresentatif dalam menggambarkan fenomena ekonomi beras di Indonesia.
5.2. Pembahasan Model Dugaan
Setelah dicoba beberapa alternatif spesifikasi model maka akhirnya diperoleh model penawaran dan permintaan beras di Indonesia yang terdiri dari
beberapa persamaan struktural sebagai berikut :