5.2.4. Pendapatan Usahatani Petani Indonesia
Pendapatan usahatani petani padi dalam penelitian ini diduga dengan persamaan identitas, dimana rata-rata pendapatan petani per hektarnya diperoleh
dari selisih antara penerimaan dan biaya produksi. Persamaan pendapatan petani adalah sebagai berikut.
PUPP
t
= HGTPR
t
YPP
t
– HPUR
t
JPU
t
– HTSPR
t
JTSP
t
– HPSR
t
JPS
t
– UTKR
t
– BPKR
t
– BPIR
t
– SHAR
t
– BPLNR
t
Dari persamaan tersebut dapat diketahui bahwa jika terjadi perubahan kebijakan maupun non kebijakan dalam sektor perberasan yang mempengaruhi
harga, produktivitas padi, harga dan penggunaan pupuk urea, harga dan penggunaan TSP, harga dan penggunaan pestisida, upah tenaga kerja, biaya pupuk
kandang, biaya pengairan, biaya sewa hewan dan alat, maka akan jelas mempengaruhi sisi penerimaan dan sisi biaya usahatani dan selanjutnya akan
mempengaruhi pendapatan yang diterima oleh petani. Hasil pendugaan parameter dari harga gabah tingkat petani dapat dilihat
pada Tabel 16. Koefisien perubahan harga beras impor Indonesia dalam nilai rupiah berpengaruh nyata terhadap harga gabah tingkat petani secara positif.
Harga gabah tingkat petani tidak responsif terhadap harga beras impor dalam nilai rupiah dengan elastisitas jangka pendek sebesar 0.5060 dan elastisitas jangka
panjang sebesar 0.6216. Artinya kenaikkan harga beras impor Indonesia dalam nilai rupiah sebesar satu persen akan meningkatkan harga gabah tingkat petani
masing-masing sebesar 0.5060 persen pada jangka pendek dan 0.6216 persen pada jangka panjang. Hal ini membuktikan bahwa harga beras impor hanya berdampak
kecil terhadap kenaikkan harga gabah tingkat petani.
Kebijakan harga dasar untuk output berorientasi kepada pelindungan terhadap petani atau produsen, penetapan harga dasar gabah ini sudah dilakukan
sejak tahun19691970 yang bertujuan untuk merangsang produksi Amang, B dan Sawit, 2001 dan kemudian diperbarui dengan penetapan harga dasar pembelian
pemerintah sejak tahun 2002 Krisnamurthi, 2004. Dampak positif ini terlihat
pada hasil penelitian ini, bahwa harga gabah tingkat petani berpengaruh nyata terhadap kebijakan harga dasar yang dilakukan pemerintah dan responnya elastis
baik jangka pendek 1.0507 maupun jangka panjang 1.2906. Artinya perubahan kenaikkan kebijakan harga dasar yang dilakukan pemerintah sebesar satu persen
akan meningkatkan harga gabah tingkat petani masing-masing 1.0507 persen pada jangka pendek dan 1.2906 persen pada jangka panjang. Hal ini menunjukkan
bahwa kenaikkan kebijakan harga dasar yang dilakukan pemerintah mempunyai dampak yang cukup besar bagi peningkatan harga gabah tingkat petani di
Indonesia. Tabel 16. Hasil Pendugaan Parameter Variabel Harga Gabah Tingkat Petani
Elastisitas Peubah
Parameter Dugaan
t
hitung
E
SR
E
LR
Nama Peubah
INTERCEPT 568.653451 2.008
Intercep HIBIR ER
0.294742 4.068
0.5060 0.6216
Harga beras
impor dalam rupiah
HPPR 0.957381 3.203
1.0507 1.2906
Harga pembelian
pemerintah MPBI -0.627381
-2.840 -0.8475
-1.0410 Marjin
pemasaran beras Indonesia
PPI -0.000000009 -1.581
-0.7440 -0.9139
Produksi padi
Indonesia LHGTPR 0.185887
1.087 Lag harga gabah
tingkat petani
R
2
= 0.77, F
hitung
= 12.930, D
w
= 1.767, D
h
= 1.124 Harga gabah tingkat petani tidak responsif terhadap marjin pemasaran beras
Indonesia pada jangka pendek 0.8475, tetapi pada jangka panjang harga gabah