Kebijakan Menaikkan Harga Dasar Pembelian Pemerintah Sebesar 15 Persen
berdampak pada peningkatan harga beras eceran. Peningkatan harga beras eceran ini yang berdampak pada peningkatan jumlah impor beras.
Tabel 22. Dampak Alternatif Kebijakan Menaikkan Harga Dasar Pembelian Pemerintah terhadap Perubahan Nilai Rata-Rata Variabel Endogen
Periode Tahun 1981 sampai 2001 dan Tahun 2002 sampai 2005
Nilai Dasar Perubahan Simulasi
1981-2001 2002-2005 1981-2001
2002-2005 Nama
Peubah Satuan
HDG HDPP HDG
HDPP LAP
Ha 10 630 262
11 744 506 0.082
0.135 YPP
KgHa 4 187
4 508 0.096
0.133 PPI
Ton 44 700 000
52 952 000 0.170
0.281 PBI
Ton 28 160 800
33 359 000 0.171
0.282 JBB
Ton 2 816 080
3 335 950 0.172
0.282 JPU KgHa 181.4723
202.297 0.354 0.575
JTSP KgHa 87.5912
118.9127 0.701 0.934
JPS KgHa 2.644
3.9687 1.607 1.678
SBAT Ton
1 730 130 1 621 610
-0.030 -0.048
JIB Ton
1 599 970 1 826 900
11.391 17.984
HIBIR USKg 0.5943
0.1575 0.000 0.000
QSBI Ton
25 123 000 30 227 000
0.900 1.370
DBIN Ton
23 172 000 30 187 000
-1.282 -1.772
JPGB Ton
2 035 590 2 149 910
3.713 6.396
JLGB Ton
2 461 830 2 818 020
-0.114 -0.684
MPBI RpKg 786.4745
1 715
0.709 0.583 HBER
RpKg 1 525
2 534 4.197
4.617 HGTPR
RpKg 1 172
1 300 7.935
13.000 HPPR RpKg
658.3305 1
309 15.000 15.000
PUPP RpHa
4 346 869 5 329 604
9.148 14.500
PPMR Rp 2.2484E+11
5.7034E+11 16.158 17.342
DEVISA US
800 221 323 285 389 898
11.498 18.102
Surplus Produsen Rp
miliar 2 621.21
5 645.61 Surplus
Konsumen Rp miliar
-1 492.51 -3 563.18
Penerimaan Pemerintah
Rp miliar 14.25
141.28 Net Surplus Rp miliar
1 142.94 2 223.71
Pada Tabel 22 terlihat bahwa peningkatan peningkatan harga beras eceran lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan produksi beras Indonesia pada
masing-masing periode. Hal ini juga yang menjadi pertimbangan ditingkatkannya jumlah impor beras Indonesia. Alternatif simulasi ini tidak mempengaruhi harga
impor beras, artinya jumlah impor beras tidak berpengaruh terhadap harga beras dunia pada periode pengamatan.
Kebijakan ini akan meningkatkan produksi beras dan jumlah impor beras Indonesia yang berdampak pada peningkatan penawaran beras Indonesia,
sedangkan permintaan beras untuk konsumsi Indonesia menurun akibat adanya peningkatan harga beras eceran. Peningkatan harga beras eceran sebesar 4.197
persen periode harga dasar gabah dan 4.617 persen periode harga dasar pembelian pemerintah menyebabkan penurunan permintaan beras untuk
konsumsi sebesar 1.282 persen periode harga dasar gabah dan 1.772 persen periode harga dasar pembelian pemerintah. Dari data tersebut terlihat bahwa
penurunan permintaan beras untuk konsumsi lebih kecil dibandingkan dengan peningkatan harga beras eceran. Hal ini membuktikan bahwa beras masih
merupakan makanan pokok sebagian besar penduduk Indonesia. Peningkatan marjin pemasaran beras Indonesia pada periode harga dasar
gabah lebih besar dibandingkan periode harga dasar pembelian pemerintah. Artinya selisih harga antara produsen dan pengecer pada periode harga dasar
gabah lebih besar dibandingkan periode harga dasar pembelian pemerintah. Peningkatan jumlah impor juga akan meningkatkan penerimaan pemerintah
dari impor. Peningkatan penerimaan pemerintah tersebut dapat dialokasikan untuk kompensasi kerugian yang diterima oleh konsumen akibat diberlakukannya
kebijakan menaikkan harga dasar. Kompensasi yang diberikan dapat berupa beras miskin atau operasi pasar beras.
Kebijakan meningkatkan harga dasar bersifat bias ke produsen, dimana produsen diuntungkan dengan peningkatan surplus produsen sedangkan
konsumen dirugikan dengan kehilangan surplus konsumen. Kebijakan ini juga akan meningkatkan penerimaan pemerintah dari impor, sehingga net surplus
meningkat sebesar Rp 1 142.94 miliar pada periode harga dasar gabah dan Rp 2 223.71 miliar pada periode harga dasar pembelian pemerintah.