Kelemahan Analisis Aspek Lingkungan

e. Salah satu sumber penghasilan yang besar Lak dapat dijadikan salah satu komoditi eksport dan sumber devisa dari hasil hutan non kayu. Kebutuhan lak dari dalam dan luar negeri cukup tinggi, hal ini dikarenakan produsen lak masih kurang dan belum ada produk sintesis pengganti lak. Harga lak butiran juga cukup tinggi yaitu sebesar Rp 20 640.00 per kg. Bila kita membudidayakan lak dalam luasan satu hektar maka akan diperoleh lak butiran sebanyak 162 kg, berarti dalam satu hektar dapat diperoleh penghasilan sebesar Rp 3 343 680.00. f. Input modal yang rendah Dalam membudidayakan lak dibutuhkan lahan, tanaman inang dan kutu lak. Perum Perhutani memiliki modal awal berupa lahan yang bisa digarap, sehingga modal yang diperlukan tidak terlalu besar. Namun, tidak demikian halnya bila kita akan mengusahakannya dari awal. Hal ini membutuhkan modal yang cukup besar.

2. Kelemahan

Peubah-peubah bersifat strategis unsur kelemahan yang berpengaruh dalam budidaya kutu lak dan nilai pengaruhnya ditunjukkan pada Tabel 20. Peubah- peubah strategis unsur kelemahan ini perlu diperbaiki dan dilakukan penangan sehingga diharapkan dapat meningkatkan pengembangan usaha budidaya kutu lak. Tabel 20 Peubah-peubah unsur kelemahan dan nilai pengaruhnya No. Peubah Nilai Pengaruh 1 Kuantitas lak butiran yang rendah 0.350 2 Kuantitas lak cabang yang rendah 0.322 3 Keterbatasan modal 0.253 4 Tingkat pendidikan dan keterampilan SDM 0.239 5 Kualitas lak cabang yang rendah 0.227 6 Kualitas lak butiran yang rendah 0.219 7 Kurangnya publikasi usaha lak butiran melalui iklan 0.214 8 Teknologi pascapanen lak cabang menjadi lak butiran yang kurang 0.207 Jumlah 2.031 PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com Peubah-peubah strategi unsur kelemahan diuraikan secara rinci sebagai berikut : a. Kuantitas lak butiran yang rendah Pengelolaan lak batang menjadi lak butiran masih menghasilkan rendemen yang rendah yakni hanya sebesar 18 . Kuantitas lak butiran dipengaruhi oleh lak batang karena lak batang merupakan salah satu faktor penentu hasil akhir lak butiran. Bila semua lak batang yang dipanen memiliki mutu Klas I maka kuantitas lak butiran yang dihasilkan juga tinggi. Kuantitas lak butiran harus lebih dipehatikan karena sangat menetukan hasil akhir suatu produksi, semakin besar lak butiran yang dapat dihasilkan maka semakin besar pula keuntungan yang didapatkan. b. Kuantitas lak cabang yang rendah Kuantitas lak cabang sangat berhubungan dengan kuantitas bibit lak dan kuantitas lak butiran yang dihasilkan. Lak batang yang memiliki mutu Klas I sebelum diolah, terlebih dahulu akan dijadikan bibit untuk menulari tanaman kesambi lainnya. Bila lak batang yang dipanen sedikit maka kebutuhan bibit juga akan berkurang. c. Keterbatasan modal Walaupun sampai dengan saat ini modal bukan merupakan suatu kelemahan besar yang dimiliki oleh Perum Perhutani, namun bagi pengusaha yang baru akan memulai membudidayakan kutu lak membutuhkan modal yang besar walaupun keuntungan akhir yang akan diperoleh jauh lebih besar. d. Tingkat pendidikan dan keterampilan SDM Sampai dengan saat ini, Perum Perhutani masih terus mengusahakan peningkatan ketrampilan sumberdaya manusia yang ada. Salah satu caranya adalah dengan melakukan pelatihan untuk menambah keterampilan para pekerja. Sumberdaya manusia merupakan salah satu modal dalam pelaksanakan budidaya kutu lak ini. e. Kualitas lak cabang yang rendah Kualitas lak cabang yang rendah sangat berpengaruh terhadap kualitas bibit dan kualitas lak butiran. Bila kualitas lak cabang rendah, mungkin saja akan terjadi kekurangan lak batang yang dapat dijadikan bibit. Begitu pula PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com halnya dengan lak butiran, bila kualitas lak cabangnya rendah maka lak butiran yang dihasilkan juga akan rendah. f. Kualitas lak butiran yang rendah Ada dua tipe kualitas lak butiran yaitu kualitas dengan mutu P dan D. Selama ini, Perhutani menghasilkan lak dengan kualitas P, bahkan negara India yang juga merupakan salah satu pengahasil lak masih mengimpor lak dari Indonesia karena lak yang dihasilkan oleh Perum Perhutani mempunyai warna yang lebih menarik. g. Kurangnya publikasi usaha lak butiran melalui iklan Publikasi dalam penjualan atau promosi lak butiran melalui iklan belum dilakukan, namun Perum Perhutani sering mengikuti pameran dengan tujuan untuk mempromosikan produk-produk yang dihasilkan oleh Perum Perhutani. Namun, walaupun promosi dengan cara iklan belum dilakukan, Perum Perhutani masih kewalahan untuk memenuhi permintaan konsumen akan lak butiran. h. Teknologi pascapanen lak cabang menjadi lak butiran yang kurang Pemanenan lak cabang yang selama ini dilakukan masih terbilang sangat sederhana. Hanya memerlukan parang dan keranjang sebagai alat dalam memanen lak cabang sehingga belum diperlukan teknologi yang sangat canggih dalam pemanenan ini. Proses pengelolaan lak cabang menjadi lak butiran, juga masih sederhana. Secara umum hingga kini, teknologi yang digunakan untuk budidaya lak masih sangat sederhana. Namun perlu ditemukan teknologi yang dapat menjadikan lak batang menjadi lak butiran dengan rendemen yang lebih besar dari rendemen yang sekarang dihasilkan.

3. Peluang