Representasi Ragam Dialek Bahasa Sigulai Dalam Kehidupan Masyarakat Simeulue Di Kota Medan

93 Mengutip pendapat Malinowksi dalam Duranti, 1997:216 yang mengatakan bahwa : “the main function of language is not to express thought, not to duplicate mental processes, but rather to play an active pragmatic part in human behaviour” Secara sederhana pendapat Malinowksi tersebut menekankan pada fungsi utama dari bahasa, yakni sebagai bagian yang memegang peran penting sebagai bagian dari perilaku manusia, sehingga keberagaman dialek dan penggunaan dialek Sigulai oleh masyarakat Simeulue di perantauan Kota Medan merupakan bagian dari perilaku kehidupan yang di bentuk oleh masyarakat itu sendiri sebagai ekspresi, strategi dan adaptasi kehidupan di tengah keberagaman masyarakat lainnya.

4.3 Representasi Ragam Dialek Bahasa Sigulai Dalam Kehidupan Masyarakat Simeulue Di Kota Medan

Lebih jauh lagi sebenarnya fungsi bahasa Sigulai bukan hanya sebagai simbol yang menandakan asal dari si penutur bahasa. Tetapi, bahasa Sigulai yang dipakai juga dapat berfungsi sebagai perekat hubungan dan juga pelepas rasa rindu akan kampung halaman bagi warga Simeulue. Ketika kita mengambil contoh dari aktifitas masyarakat Jawa yang pergi merantau ke daerah-daerah lain seperti Pulau Sumatera, sebenarnya di samping mereka memiliki misi ekonomi mereka juga memiliki misi kebudayaan di sana. Menurut Universitas Sumatera Utara 94 Budhisantoso Ahmad, 1997:7 sebagai makhluk teritorial terikat oleh kewilayahan dia cenderung untuk mengembangkan kesadaran wilayah. Ketika hanya terdapat dirinya sendiri yang beridentitas Jawa di daerah tersebut, maka secara otomatis dirinya akan lemah secara sosial, namun ketika dia telah menemukan teman yang satu daerah dengannya, maka dia cenderung akan mengumpulkan lebih banyak lagi teman yang sama untuk memperkuat komunitasnya dengan membawa identitas etnik dari daerahnya tidak tekecuali bahasa. Dalam konteks mahasiswa, mahasiswa Simeulue juga mengalami hal yang sama seperti masyarakat Jawa perantauan tadi. Ketika ada seorang mahasiswa yang berasal dari Simeulue bertemu dalam suatu tempat maka secara otomatis mereka akan berkomunikasi dengan bahasa daerah mereka untuk melepas rasa rindu. Seperti yang dikatakan oleh informan yang bernama M. Riski 23 tahun, Simeulue Barat, yang mengatakan bahwa: Biasanya jika mereka berjumpa dengan sesama bahasa, mereka akan menganggap orang yang memakai bahasa Sigulai adalah saudara mereka, sebab mereka langsung menggunakan bahasa Sigulai agar lebih merasa nyaman dan mereka terasa berada dikampungnya sendiri. wawancara tanggal 30 September 2014. Hal ini menunjukan bahwa budaya lisan dari masyarakat Simeulue masih ada dalam generasi mudanya, walaupun di daerah perantauan. Dalam antropologi, seperti yang dikatakan Geertz 1992:6 bahwa bagaimanapun antropologi sosial apa yang dikerjakan oleh para praktisi di lapangan adalah etnografi. Maka sesungguhnya kegiatan penuturan bahasa yang dilakukan oleh masyarakat Simeulue ini juga benar adanya sebagai sebentuk laporan etnografi. Universitas Sumatera Utara 95 Secara luas, ragam dialek Sigulai dalam kehidupan masyarakat Simeulue di Kota Medan adalah bentuk dari bagian kehidupan masyarakat Indonesia yang memiliki latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda, pada satu sisi hal ini memberikan dampak positif pada inventarisasi kebudayaan di Indonesia dan menambah keragaman kehidupan kebudayaan yang ada sedangkan pada sisi lain keberagaman dialek Sigulai juga memberikan pemahaman mengenai suatu kebudayaan juga memiliki beragam varian terkecil lainnya bahasa yang dapat menjadi kekayaan bahasa di Indonesia.

4.4 Bahasa Sigulai Dibandingkan Dengan Bahasa Batak Sebagai Bahasa Pergaulan Di Kota Medan