104
4.7.1 Identitas dan ekspresi diri
Mengutip pendapat Torres dalam Chavez, 1999:42 yang mengatakan bahwa identitas etnik merupakan :
Pendapat tersebut berpandangan bahwa identitas etnik dibangun dari proses berbagi kebudayaan, agama, batas-batas geografis dan bahasa dari
seorang individu yang selalu terhubung secara keturunan dan juga sikap loyal sebagai bentuk keterkaitan. Identitas etnik melalui penggunaan bahasa Sigulai
dalam konteks penelitian ini merupakan suatu bentuk keterkaitan individu Simeulue dengan adat, budaya dan daerah asal yang diterjemahkan melalui
penggunaan bahasa Simeulue dalam kehidupan di Kota Medan. Penggunaan bahasa Sigulai di Kota Medan oleh anggota masyarakat
Simeulue tidak hanya sebagai simbol keberadaan diri mereka di Kota Medan melainkan sebagai bagian dari perwujudan rasa kebanggaan terhadap
kebudayaan, dalam hal ini bahasa Sigulai.
4.7.2 Adaptasi Bahasa
Adaptasi bahasa secara sederhana dapat diartikan sebagai proses penyesuaian terhadap lingkungan berbahasa; sedangkan lingkungan bahasa baru
adalah suatu lingkungan bahasa yang berbeda dengan lingkungan bahasa sebelumnya yang digunakan oleh masyarakat etnik dalam berbahasa.
Kehidupan masyarakat Simeulue di Kota Medan sebagai bagian dari komposisi masyarakat secara umum turut membawa proses adaptasi terhadap
Universitas Sumatera Utara
105 penggunaan bahasa Sigulai, hal ini diwujudkan sebagai bentuk penyesuaian
bahasa Sigulai terhadap kondisi ruang dan waktu. Kehidupan masyarakat Simeuleu dengan penggunaan bahasa Sigulai
pada dasarnya adalah pertemuan antara sesama penutur bahasa Sigulai dengan corak ragam dialek Alafan, Teluk Dalam, Simeulue Barat, dan Salang yang
dikategorikan sebagai adaptasi bahasa secara internal, hal ini didasari oleh satu akar budaya yang sama, yakni Simeulue.
Proses adaptasi bahasa secara internal pada masyarakat Simeulue berjalan sesuai dengan perkembangan waktu, di mana pada proses interaksi di
antara individu masyarakat Simeulue dengan beragam dialek telah terjadi kesepahaman dan penerimaan yang kemudian diadopsi secara bersama-sama
untuk kemudian dipergunakan sebagai sarana interaksi di antara masyarakat tersebut.
Dialek bahasa Sigulai pada bentuk kehidupan telah menjadi ciri khas dari masing-masing masyarakat pengguna ragam bahasa Sigulai, sehingga dalam
proses interaksi di antara mereka dapat saling mengerti dan mempergunakannya sesuai dengan lawan bicara serta memperhatikan konteks wilayah penggunaan.
Proses adaptasi bahasa Sigulai secara internal dilakukan dalam ruang-ruang interaksi budaya, seperti : dalam kehidupan sehari-hari, keluarga, lingkungan,
ritual atau upacara dan pemanfaatan ruang interaksi bahasa lainnya. Secara eksternal adalah ketika penggunaan bahasa Sigulai bersinggungan
dengan kehidupan etnik serta bahasa lain yang berada diluar wilayah budaya Simeulue, dalam hal ini kehidupan di Kota Medan.
Universitas Sumatera Utara
106 Penggunaan bahasa Sigulai secara internal dengan ragam dialek telah
menciptakan suatu kemampuan yang mencakup atas bermacam dialek bahasa Sigulai, kemampuan ini kemudian dikembangkan secara eksternal dengan
mengadaptasi bahasa diluar bahasa Sigulai. Kondisi ini dimanfaatkan sebagai suatu bentuk perkembangan bahasa
Sigulai, yang tidak hanya memperkaya khasanah ragam dialek bahasa Sigulai namun juga mengikutsertakan ragam dialek bahasa Sigulai pada tingkat dan
lingkungan yang berbeda. Masyarakat Simeulue di Kota Medan mempraktikkan adaptasi bahasa
Sigulai secara internal melalui memasukkan, menggabungkan dan mempergunakan idiom-idiom yang terdapat dalam kehidupan Kota Medan,
misalnya interaksi dalam bahasa Sigulai yang mempergunakan logat yang berlaku dalam kehidupan, dan juga memasukkan idiom-idiom bahasa yang
berlaku di masyarakat secara umum. Lebih lanjut, adaptasi bahasa Sigulai secara eksternal di Kota Medan
tampak pada contoh penggunaan bahasa berikut ini : Adaptasi Bahasa Sigulai
Secara Eksternal Arti
Bahasa Indonesia Tujuan
Ageu Mei, Lae ? Mau Kemana, Lae ?
Pada penggunaan bahasa Sigulai dikenal
penggunaan kata tunjuk pada akhir kalimat
sebagai sikap kepada siapa kalimat itu
ditujukan. Dalam konteks ini dipergunakan idiom
dan logat Batak yang secara umum berlaku
dalam kehidupan di Kota
Universitas Sumatera Utara
107 Ageu Mei, Mas ?
Ae, ateiyalah eye? Mau Kemana, Mas ?
Cemanalah ini ? Medan, penggunaan kata
“lae” adalah bagian adaptasi dan memperkaya
khasanah bahasa Sigulai secara umum.
Secara umum, kata tunjuk pada akhir kalimat dalam
penggunaan bahasa Sigulai memiliki kosakata
tersendiri misalnya kepada orang tua, sebaya,
lebih muda dan lain sebagainya, namun
dalam konteks interaksi kehidupan perkotaan dan
juga sebagai sarana berbagi
kebudayaan, bahasa Sigulai
dipasangkan dengan kata tunjuk sesuai dengan
idiom yang berlaku dalam suatu etnis di luar etnis
Simeulue, yang dalam hal ini masyarakat
Jawa ataupun masyarakat
Simeulue yang memiliki garis keturunan
percampuran Jawa. Idiom “cemanalah ini”
adalah bahasa sehari-hari yang lumrah diketemukan
dalam kehidupan di Kota Medan, idiom ini
kemudian diadaptasi kedalam penggunaan
bahasa Sigulai, baik dalam bentuk kalimat
maupun logat ketika mengucapkannya.
Universitas Sumatera Utara
108
4.7.3 Integrasi bahasa