Sistem Kepemilikan Tanah 5 Lainnya

57

2.1.5. Sistem Kepemilikan Tanah

Berdasarkan sejarah yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, Desa Padang Halaban merupakan lahan garapan masyarakat sebelumnya. Lahan yang dahulunya dimanfaatkan kolonial Belanda sebagai lahan perkebunan kelapa sawit mulai dimanfaatkan dan digarap masyarakat setelah revolusi 1945. Penggarapan berlangsung setalah adanya anjuran dari pemerintah pada saat itu, bahwa untuk menghargai kerja keras masyarakat Indonesia, dan untuk menciptakan masyarakat yang sejahtera, maka masyarakat bebas untuk menggarap lahan-lahan perkebunan maupun lahan kosong untuk dimanfaatkan dalam memenuhi kebutuhan mereka. Sejak diusirnya kolonial Belanda dan pendudukan Fasis Jepang di tahun 1945, para lascar-laskar rakyat dan masyarakat disekitar perkebunan Padang Halaban mengambil alih tanah. Usaha rakyat ini diperkuat oleh seruan dari Ir. Soekarno sebagai Presiden Republik Indonesia pertama. Dalam seruannya menyampaikan “perintah langsung kepada seluruh rakyat Indonesia dan para laskar rakyat rakyat agar areal-areal atau tanah bekas perkebunan asing yang ditinggalkan pengelolanya supaya diberikan atau dibagikan kepada rakyat Indonesia termasuk bekas kuli bangsa Jepang untuk ditanami dengan tanaman upangan guna membantu keperluan logitik lascar rakyat, disamping juga sebagai tanda bangsa yang sudah merdeka”. Penggarapan lahan tidak dibatasi, tergantung kepada kemampuan seseorang berapa bisa digarap dan dikelolanya. Kemudian, pada Universitas Sumatera Utara 58 perkembangannya selanjutnya lahan-lahan garapan ini diwariskan kepada keturunannya ketika usia itu sudah uzur. Pada saat itu, belum ada surat tanah sebagai alas hukum kepemilikan lahan tersebut. Yang adanya hanyalah surat bahwa lahan yang dikuasai adalah lahan garapan orang tuanya yang diwariskan. Beberapa surat atau sertifikat memang sudah ada, tapi tidak terlepas dari tingkat pendidikan petani yang sudah mulai sadar akan pentingya surat tanah. Surat tanah ini ditandatangani oleh kepala desa, camat dan badan pertanahan.

2.1.6. Hubungan Penduduk Asli dan Pendatang

Dokumen yang terkait

Konflik Agraria Dalam Perspektif Ham (Studi Kasus: Konflik antara masyarakat Desa Padang Halaban, Kecamatan Aek Kuo, Kabupaten Labuhan Batu Utara dengan PT. SMART)

4 50 123

Konflik Agraria Dalam Perspektif Ham (Studi Kasus: Konflik antara masyarakat Desa Padang Halaban, Kecamatan Aek Kuo, Kabupaten Labuhan Batu Utara dengan PT. SMART)

0 2 9

Konflik Agraria Dalam Perspektif Ham (Studi Kasus: Konflik antara masyarakat Desa Padang Halaban, Kecamatan Aek Kuo, Kabupaten Labuhan Batu Utara dengan PT. SMART)

0 0 2

Konflik Agraria Dalam Perspektif Ham (Studi Kasus: Konflik antara masyarakat Desa Padang Halaban, Kecamatan Aek Kuo, Kabupaten Labuhan Batu Utara dengan PT. SMART)

0 2 34

Konflik Agraria Dalam Perspektif Ham (Studi Kasus: Konflik antara masyarakat Desa Padang Halaban, Kecamatan Aek Kuo, Kabupaten Labuhan Batu Utara dengan PT. SMART)

0 1 18

Konflik Agraria Dalam Perspektif Ham (Studi Kasus: Konflik antara masyarakat Desa Padang Halaban, Kecamatan Aek Kuo, Kabupaten Labuhan Batu Utara dengan PT. SMART)

0 2 5

Peranan Organisasi Massa Petani Dalam Pendidikan Politik Kaum Tani di Indonesia (Studi Kasus : Organisasi Massa Petani STPHL-AGRA, Padang Halaban, Kecamatan Aek Kuo, Kabupaten Labuhan Batu Utara)

0 0 21

BAB II PROFIL LOKASI PENELITIAN 2.1 Gambaran Umum Desa Padang Halaban 2.1.1 Letak Lokasi dan Batas-batas Wilayah - Peranan Organisasi Massa Petani Dalam Pendidikan Politik Kaum Tani di Indonesia (Studi Kasus : Organisasi Massa Petani STPHL-AGRA, Padang Ha

0 0 38

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG - Peranan Organisasi Massa Petani Dalam Pendidikan Politik Kaum Tani di Indonesia (Studi Kasus : Organisasi Massa Petani STPHL-AGRA, Padang Halaban, Kecamatan Aek Kuo, Kabupaten Labuhan Batu Utara)

0 0 36

Peranan Organisasi Massa Petani Dalam Pendidikan Politik Kaum Tani di Indonesia (Studi Kasus : Organisasi Massa Petani STPHL-AGRA, Padang Halaban, Kecamatan Aek Kuo, Kabupaten Labuhan Batu Utara)

0 0 12