20
tersebut kenyataan atas setiap perkembangan anggota dan perjuangan didiskusikan, dinilai dan disimpulkan secara demokratis, atau di organisasi
massa sering disebut dengan Sentralisme Demokrasi SenDem. Inti dari semua kegiatan organisasi adalah jika setiap pimpinan dan
anggota memegang prinsip Garis Massa. Dimaksud dengan garis massa adalah tindakan dari setiap pimpinan dan anggota organisasi untuk
mendengarkan aspirasi massa, memperhatian keluhan massa, memahami masalah massa, mengerti masalah massa dan bersama-sama massa
memecahkan masalah massa. Karena bagi organisasi massa, setiap apa yang dilakukan oleh massa adalah pelajaran, hal ini sesuai dengan pepatah
kuno yang menyatakan “guru utama kita adalah massa. pimpinan lahir dari massa”.
Sementara menurut Undang-undang No. 17 Tahun 2013 tentang organisasi kemasyarakatan atau yang disebut ormas adalah organisasi yang
didirikan dan dibentuk masyarakat secara sukarela berdasarkan kesamaan aspirasi, kehendak, kebutuhan,kepentingan, kegiatan, dan tujuan untuk
berpartisipasi dalam pembangunan demi tercapainya tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila.
1.6.3. Pendidikan Politik
Istilah “pendidikan politik” merupakan istilah yang kerap digunakan oleh para praktisi pemberdayaan masyarakat untuk menggambarkan setiap proses yang
dilakukan dalam kerangka meningkatkan kesadaran sosial masyarakat terhadap
Universitas Sumatera Utara
21
dinamika politik yang terjadi. Dalam ranah teori politik klasik, Machiaveli menyatakan bahwan pendidikan politik perlu diberikan kepada orang-orang
“orang-orang yang belum tahu”. Pendidikan politik tersebut dimaknai bukan sebagai pendidikan politik yang negatif tentang pembenci tiran, melainkan
pendidikan positif, yaitu diberikan kepada orang-orang yang mengakui betapa pentingnya pendidikan tersebut. Pendidikan politik merupakan suatu perangkat
dengan mana kelompok sosial melajutkan keberadaannya memperbaharui diri sendiri dan mempertahankan ideal-idealnya dalam mengahadapi berbagai macam
kegiatan dalam suatu sistem politik dengan berbagai tujuannya. Sederhananya, adalah setiap upaya yang dilakukan oleh kelompok-kelompok tertentu di dalam
masyarakat untuk membebaskan manusia dari ketergantungan kemiskinan sosial untuk kemudian memilik kontribusi pada proses politik yang sedang terjadi,
terutama pada persoalan yang menyagkut langsung dengan kepentingan hidupnya. Dalam memberikan pengertian tentang pendidikan politik harus
dijelaskan terlebih dahulu mengenai sosialisasi politik. Sosialisasi politik dibagi dua yaitu pendidikan politik dan indoktrinasi politik. Pendidikan politik
merupakan suatu proses dialogik diantara pemberi dan penerima pesan. Melalui proses ini para anggota masyarakat mengenal dan mempelajari nilai-
nilai, norma-norma, dan simbol-simbol politik negaranya dari berbagai pihak dalam sistem politik seperti sekolah, pemerintah, dan partai politik
7
. Pendapat di atas secaras tersirat menyatakan bahwa pendidikan politik merupakan
7
Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Polilik. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia
,
1999, hal 117.
Universitas Sumatera Utara
22
bagian dari sosialisasi politik. Pendidikan politik mengajarkan masyarakat untuk lebih mengenal sistem politik negaranya. Dapat dikatakan bahwa
sosialisasi politik adalah proses pembentukan sikap dan orientasi politik para anggota masyarakat. Melalui proses sosialisasi politik inilah para anggota
masyarakat memperoleh sikap dan orientasi terhadap kehidupan politik yang berlangsung dalam masyarakat.
Kartini Kartono
8
, memberikan pendapatnya tentang hubungan antara pendidikan dengan politik yaitu pendidikan dilihat sebagai faktor politik dan
kekuatan politik. Sebabnya, pendidikan dan sekolah pada hakekatnya juga merupakan pencerminan dari kekuatan-kekuatan sosial-politik yang tengah
berkuasa, dan merupakan refleksi dari orde penguasa yang ada. Berdasarkan pendapat di atas, dapat kita ketahui bahwa pendidikan dan
politik adalah dua unsur yang saling mempengaruhi. Pengembangan sistem pendidikan harus selalu berada dalam kerangka sistem politik yang sedang -
dijalankan oleh pemerintahan masa itu. Oleh karena itu segala permasalahan yang terjadi di dunia pendidikan akan berubah menjadi permasalahan politik
pada saat pemerintah dilibatkan untuk memecahkannya. Rusadi Kartaprawira
9
mengartikan pendidikan politik sebagai upaya untuk meningkatkan pengetahuan politik rakyat dan agar mereka dapat
berpartisipasi secara maksimal dalam sistem politiknya. Berdasarkan
8
Kartini Kartono. Wawasan Politik Mengenai Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Penerbit CV Mandar Maju, 1990,
vii
9
Rusadi Kantaprawira,. Sistem Polilik Indonesia: Suatu Model Pengantar Bandung: Sinar Baru Algensindo. 2004, hal 54.
Universitas Sumatera Utara
23
pendapat tersebut, maka pendidikan politik perlu dilaksanakan secara berkesinambungan agar masyarakat dapat terus meningkatkan pemahamannya
terhadap dunia politik yang selalu mengalami perkembangan. Pembelajaran pendidikan politik yang berkesinambungan diperlukan mengingat masalah-
masalah di bidang politik sangat kompleks, bersegi banyak, dan berubah-ubah. Pendidikan merupakan salah satu fungsi dari struktur politik dalam masyarakat.
Dengan “menyamartakan” pendidikan politik dengan sosialisasi politik, Kantaprawira mendefenisikan pendidikan politik sebagai upaya untuk
meningkatkan pengetahuan politik rakyat, yang pada akhirnya rakyat dapat berpartisipasi secara maksimal dalam sistem politik tersebut. Pendidikan politik
tersebut dapat diselenggarakan antara lain melalui : 1.
Bahan-bahan yang dapat dibaca readable, legible seperti surat kabar, majalah, dan lain-lain yang bersifat publikasi massa dan yang bisa
membentuk pendapat umum.
2. Siaran yang dapat didengar audible dan televisi yang dapat dilihat
dan di dengar
3. Lembaga-lembaga, asosiasi-asosiasi dalam masyarakat dan juga
melalui pendidikan formil ataupun non-formil.
10
Merujuk pada semua pengertian pendidikan politik yang disampaikan oleh beberapa ahli di atas, pada akhirnya telah membawa penulis sampai pada
kesimpulan yang menyeluruh. Bahwa yang dimaksud dengan pendidikan
10
Ibid, hal 56.
Universitas Sumatera Utara
24
politik adalah suatu upaya sadar yang dilakukan antara pemerintah dan para anugota masyarakat secara terencana, sistematis, dan dialogis dalam rangka
untuk mempelajari dan menurunkan berbagai konsep, simbol, hal-hal dan norma-norma politik dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Fungsi
pendidikan politik sangat penting sebab pendidikan politik meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang kehidupan politik yang pada
gilirannya akan mendorong timbulnya kesadaran politik secara maksimal dalam suatu sistem politik.
Dari beberapa pengertian pendidikan politik yang telah disebutkan sebelumnya, maka pendidikan politik mempunyai dua tujuan utama. Pertama,
fungsi pendidikan politik adalah untuk mengubah dan membentuk tata perilaku seseorang agar sesuai dengan tujuan politik yang dapat menjadikan setiap
individu sebagai partisipan politik yang bertanggung jawab. Kedua, fungsi pendidikan politik dalam arti yang lebih luas untuk membentuk suatu tatanan
masyarakat yang sesuai dengan tuntutan politik yang ingin diterapkan. Inti dari pendidikan politik adalah mengenai bagaimana rakyat direkrut
dan disosialisasikan. Jadi, fungsi dari pendidikan politik adalah untuk menjelaskan proses perekrutan dan upaya sosialisasi kepada rakyat untuk
mengerti mengenai peranannya dalam sistem politik serta agar dapat memiliki orientasi kepada sistem politik. Fungsi yang disampaikan di atas lebih
menonjolkan fungsi pendidikan politik dalam mengubah tatanan masyarakat yang ada menjadi lebih baik dan lebih mendukung tercapainya proses
Universitas Sumatera Utara
25
demokrasi. Sedangkan fungsi pendidikan politik bagi individu antara lain adalah:
1 peningkatan kemampuan individual supaya setiap orang mampu
berpacu dalam lalu lintas kemasyarakatan yang menjadi semakin padat penuh sesak dan terpolusi oleh dampak bermacam-macam penyakit
sosial. 2
di samping mengenai kekuasaan, memahami mekanismenya, ikut mengendalikan dan mengontrol pelaksanaan kekuasaan di tengah
masyarakat. Fungsi pendidikan politik bagi individu yang tertera di atas tidak hanya
mengubah individu tapi juga membentuk individu yang baru. Dalam artian bahwa seseorang individu dengan melalui pendidikan politik tidak hanya
memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang politik tapi juga mempunyai kesadaran dan sensitifitas dalam berpolitik yang direalisasikan dalam bentuk
perbuatan yaitu dengan ikut berpartisipasi atau ditunjukkan dengan sikap dan perilaku politif yang lebih luas dalam usahanya untuk mencapai tujuan politik.
Pendidikan politik merupakan bagian tak terpisahkan dari sosialisasi politik, baik secara konseptual maupun dalam prakteknya, karena unsur-unsur
tersebut dapat diasumsikan sama dengan unsur-unsu yang terdapat dalam sosialiasi politik. Unsur-unsur tersebut mencakup :
1. Nilai-nilai politik yang didefenisikan Frans Bona Sihombing
sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
26
a. Seperangkat taksiran atau perhitungan yang diberikan atas
kebijakan-kebijakan politik. b.
Kebijakan-kebijakan yang telah ditaksirkan tersebut dihadapkan dengan kenyataan-kenyataan politik, sehingga menimbulkan
pertanyaan, tindakan-tindakan politik apa saja yang seharusnya terlaksana?
c. Tindakan-tindakan politk yang seharusnya terlaksana tersebut
ditingkatkan menjadi keharusan politik. Keharusan politik dalam arti mempertimbangkan melalui apa yang baik dan apa
yang benar itu berakhir dengan suatu keputusan bahwa keharusan politik tersebut harus terlaksana karena memang
itulah sebaiknya. d.
Yang sebaiknya harus terlaksana itu bersifat memajukan. e.
Yang sebaiknya harus terlaksana dan memajukan itu harus dapat diterapkan dalam bentuk tingkah laku yang ditentukan oleh sifat
kebudayaan dari suatu bangsa. f.
Penerapan dalam bentuk tingkah laku itu menimbulkan tingkatan perubahan yang berfaedah.
g. Perubahan yang berfaedah itu meliputi apa saja yang mungkin
terpenting dari suatu kepentingan kemungkinan politik.
Universitas Sumatera Utara
27
2. Pengetahuan politik
Pengetahuan politik memiliki tiga variabel, yaitu; pengetahuan tentang pemerintahan, pengetahuan tentang aturan main politik, dan
pengetahuan tentang lingkungan masyarakat. 3.
Sikap politik Sikap politik adalah kesiapan untuk bereaksi terhadap objek tertentu
yang bersifat politik, sebagai hasil penghayatan terahadap objek tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan aktivitas, akan
tetapi baru merupakan kecendeungan dari suatu sikap tertentu, dan dapat diperkirakan tindakan apa yang akan dilakukan dengan objek-
objek yang dimaksud.
11
Pendidikan politik juga berkaitan erat dengan pembangunan budaya politik yang tinggi. Budaya politik yang dimaksud sebagaimana yang
dikatakan oleh Gabriel A. Almond dan Sidney Verba, merupakan suatu sikap orientasi yang khas dari warga negara terhadap sistem politik dan aneka ragam
bagiannya dan sikap terhadap peranan warga negara didalam sistem itu. Sikap individu dan masyarakat dalam sistem politik, jelas Almond dan Verba, dapat
diukur dengan menggunakan ketiga komponen, yaitu kognitif, afektif, dan evaluatif. Komponen kongnitif misalnya tingkat pengetahun seseorang
mengenai perkembangan sistem politik, para elite birokrasi, kebijakan- kebijakan yang diambil, dan simbol-simbol yang dimiliki oleh sistem politik.
11
Frans Bona Sihombing, Demokrasi Pancasila dalam nilai-nilai politik, Erlangga, Jakarta, 1984, hal. 27.
Universitas Sumatera Utara
28
Komponen afektif berbicara mengenai aspek perasaan seorang warga negara yang khas terhadap aspek-aspek sistem politik tertentu, yang membuatnya
menerima atau menolak sistem politik tersebut. Sedangkan dalam komponen evaluatif, orientasi warga negara ditentukan oleh evaluasi moral yang memang
telah dimilikinya. Pendidikan politik adalah bagaimana sebuah bangsa mentransfer budaya politik dari generasi ke generasi berikutnya. Dalam hal ini,
yang dimaksud dengan pendidikan politik adalah keseluruhan dari nilai, keyakinan empirik, dan lambang ekspresif yang menentukan terciptanya situasi
dalam mana kegiatan politik terselenggara. Azas-azas
yang melandasi
dilaksanakannya pendidikan politik adalah:
1. Edukatif kultural, berupa pembinaan berdasarkan nilai-nilai
budaya yang dianut masyarakat setempat 2.
Demokratis dalam penyelenggaraannya 3.
Integralistik dengan program-program di bidang lain 4.
Membawa manfaat bagi kesejahteraan 5.
Dilakukan secara bertahap, berjenjang dan berkelanjutan 6.
Tidak mengganggu keamanan dan stabilitas politik
12
1.6.4. Gerakan Sosial Karl Marx