Stadion Gelora Sriwijaya AufSchalke Arena – Gelsenkirchen Schalke04

II.4.2. Stadion Gelora Sriwijaya

Data Stadion: • Kota : Palembang, Sumatera Selatan • Dibangun : Tahun 2001 • Kandang : Sriwijaya FC Super Liga • Kapasitas : 40.000 tempat duduk • Tipe Stadion : Stadion Sepakbola Lama. • Kategori : A Event Besar - PON XVI 2004 Sumatera Selatan - Piala Asia 2007 Big Match - Perebutan tempat ke 3 Piala Asia 2007 Korsel vs Jepang 0-0, Korsel menang pinalti. Sejarah Singkat Stadion Gelora Sriwijaya yang terletak di daerah jakabaring Palembang ini merupakan salah satu stadion besar di Indonesia. Dibangun dalam rangka persiapan Sumatera Selatan sebagai tuan rumah PON XVI 2004, menunjukan keseriusan daerah ini dalam menyambut dan menyukseskan event empat tahunan tersebut. Dan kini pasca PON stadion ini digunakan klub juara Copa Indonesia dan juara Liga Indonesia 2007, Sriwijaya FC sebagai kandang klub tersebut. Stadion ini juga pernah digunakan sebagai tuan rumah pertandingan kualifikasi dan perebutan tempat ke-3 Piala Asia 2007 mewakili stadion Indonesia selain Gelora Bung Karno. Gambar 2.32 Fasilitas Gelora Sriwijaya Kondisi Sekarang Tribun : A Tempat duduk : B+ Fasilitas : A Rumput : B Drainase : A Penerangan : A Papan Skor : A Kondisi : B+ Kelompok suporter yang biasanya memadati stadion ini adalah Sriwijaya Mania yang merupakan pendukung setia kesebelasan Sriwijaya FC. Galeri Foto :

II.4.3. AufSchalke Arena – Gelsenkirchen Schalke04

AufSchalke Arena resmi dibuka pada 13 dan 14 Agustus 2001. Stadion ini dengan cepat menjadi terkenal karena keindahan konstruksinya. Tempat ini memenuhi seluruh kriteria yang dibutuhkan sebuah stadion. Tiga tahun kemudian, tepatnya pada 27 Mei 2004, AufSchalke Arena diberi kehormatan menggelar partai final Liga Champion antara Porto melawan AS Monaco yang akhirnya dimenangkan Porto.Stadion yang disebut seorang mantan menteri Jerman, Wolfgang Clement, sebagai Keindahan Mahkota Sepakbola itu dapat dikatakan sebagai stadion paling moderen di Eropa saat ini. Gambar 2.34. AufSchalke Arena – Gelsenkirchen Gambar 2.33.Suasana Gelora Sriwijaya Hal tersebut berkat teknik susunan pemisahan tanah lapangan yang kemudian dijadikan standar bagi rancangan stadion sepakbola. Standar tersebut termasuk dasar lapangan yang dapat dipindahkan, layar video raksaksa, atap yang dapat dibuka tutup, dan kontrol pintu masuk elektronik. Kota : Gelsenkirchen Populasi penduduk : 278.000 Nama stadion : FIFA World Cup Gelsenkirchen AufSchalke Arena Investasi : 191 juta euro Kandang klub : Schalke 04 Kapasitas total : 53.804 Kapasitas kursi : 48.426 Pada suatu upacara peresmian dengan atmospir biru yang indah. Jerman yang yang dari sejak dulu telah membangun diri sendiri sebagai suatu markas baru, suatu markas yang dalam kaitan dengan pembaharuan, tidak hanya jika dibandingkan dengan pendahulu nya, Park Stadium. Dengan lapangan yang dapat ditarik masuk, atap dapat ditutup, serta Tribun selatan yang dapat dipindahkan posisinya dan videocube layar televisi yang terdapat ditengah stadion, Gelanggang yang dengan seketika mencuat menjadi stadion yang paling modern di Eropa. Hi-Tech yang diterapkan memastikan bahwa pertandingan sepak bola dapat digelar di depan 61,524 fanpenggemar dan lebih dari 70,000 untuk konser, 365 hari per tahun. Dalam dua tahun di awal peresmian, arena tersebut memberikan harapan yang optimis. Sedangkan klub berhadapanan dengan 1.5 juta orang per tahun pada 30 peristiwa, sekitar 4.1 juta pengunjung melintasi gerbangnya di 76 peristiwa diadakan. Keputusan untuk membangun Arena di dalam area permukiman yang terbesar di Eropa telah dibayar lunas. Total 6.4 juta orang yang tinggal di dalam 50 kilometres area stadion serbaguna tersebut, dan sebanyak 60 juta tinggal di area yang lebih luas dalam radius 250 kilometre. Gambar 2.35: Suasana Tribun AufSchalke Gambar 2.36: Suasana Perspektif AufSchalkerchen Teknologi telah ada sebelum stadion dibangun, tetapi markas baru Schalke, di 2001, akhirnya membawa teknologi bersama-sama dalam konstruksi rancangan tunggal. Dengan lapangan yang dapat ditarik masuk , atap yang bisa ditutup, tribun yang dapat dipindahkan dan serta videocube yang digantung ditengah atap stadion,, stadion ini seolah olah meniadakan kiblat sepakbola lain di manapun di dunia. Tak pernah ada suatu stadion seperti ini sebelumnya, adalah kesimpulan logis yang digambarkan oleh FIFA Presiden, Joseph S. Blatter. Bahkan pada hari-hari ketika tidak sepak bola yang dimainkan dan lain peristiwa yang dijadwalkan, stadion masih menarik banyak perhatian. Banyak peristiwa yang dipusatkan pada lapangan hijau yang mulus. Teknologi membuat segala hal menjadi mungkin seperti konser yang diadakan di dalam stadion tanpa merusak hamparan rumput. Ini berarti rumput disiapkan untuk semua kondisi cuaca. Dengan semua material ekstra dan peralatan didalamnya, 11,000 ton bidang penggerak dapat dipindahkan dari pelataran parkir kembali ke dalam stadion hanya dalam lima jam. Atap yang dapat dibuka terutama bermanfaat untuk peristiwa di luar dunia sepak bola. Dengan berat 560 ton, atap tersebut menjamin total efek yang ditimbulkan cuaca dan dapat dibuka atau tertutup kurang dari 30 menit.

BAB III ELABORASI TEMA

III.1. LATAR BELAKANG TEMA Kebutuhan akan ruang yang lebar untuk stadion membutuhkan suatu teknik membangun dan bahan bangunan yang diproduksi pada masa kini seperti bahan bangunan yang terbuat dari material modern seperti kaca, baja, alcobon, solar panel, dan sebagainya. Dengan memperhatikan unsure-unsur ini maka banguanan stadion ini merupakan bangunan bentang lebar dengan tema yang juga terkait dengan material yang modern yaitu arsitektur High-Tech. III.2. DEFENISI TEMA III.2.1. Pengertian Arsitektur High-Tech Penggunaan istilah arsitektur high tech pertama kali muncul pada tahun 70-an dan 80- an yang digunakan para arsitek untuk menyatakan teknologi alternatif, melalui kerja dari arsitek Richard Rogers, Renzo Piano da Norman Foster. Awalnya arsitektur high tech dimulai pada abad ke-19 ketika teknik industri dan materialnya Cuma dipakai untuk proyek seperti jembatan. Sejalan dengan waktu istilah tersebut semakin umum digunakan, namun arsitek- arsitek High Tech sendiri lebih memilih untuk menggunakan istilah “teknologi tepat guna”. Sejalan dengan waktu istilah tersebut semakin lazim digunakan, namun arsitek-arsitek sendiri lebih memilih untuk menggunakan istilah teknologi tepat guna, sebuah istilah yang ambisius. Arsitektur high tech mempunyai makna yang berbeda dari industri high tech. Dimana dalam industri bermakna alat elektronik, komputer, silicon ship, robot, dan sejenisnya, sedangkan dalam arsitektur bermakna lambang bangunan. 2 Di Amerika Serikat, istilah high tech memang merujuk kepada pengertian langgam, langgam arsitektur high tech lebih kepada penggunaan materialnya, efisien ruang, dan tatanan ruang. Sedangkan di Inggris maknanya lebih dalam, dimana high tech tidak ada hubungannya dengan high technology, sebagaimana gotic tidak ada hubungannya dengan goths saah satu suku bangsa Jerman yang mempunyai wilayah terbentang dari Batic sampai ke Laut Hitam dan abad ke-3 Masehi menyerang kekaisaran Romawi. High tech disosialisasikan setelah Post modern, karena high tech merupakan kelanjutan dari Post modernisme. Tema dan ide high tech banyak juga dipakai pada post 2 Farmer, Ben dan Hentie Louw, Companion to Contemporary Architectural Thougt.