Hukum Haji Konsep Haji 1. Pengertian Haji

b. Haji tamattu’ bersenang-senang, yaitu melakukan umroh terlebih dahulu pada bulan-bulan haji dan setelah selesai baru melakukan haji. Adapun pelaksaannya adalah : melakukan ihram dari miqaat untuk umroh dikerjakan setelah masuk bulan haji kemudian melaksanakan haji setelah meyelesaikan semua pekerjaan rumah, keduamya dikerjakan pada musim haji tahun yang bersangkutan juga. Orang yang mengerjakan haji dengan cara ini wajib membayar hadyu atau denda dam, yakni dengan menyembelih seekor kambing, jika tidak mampu dapat diganti dengan puasa selama sepuluh hari yaitu : tiga hari ketika masih ditanah suci dan tujuh hari setelah ditanah airnya. 36 c. Haji qiran bersama-sama yaitu : melaksanakan ibadah haji dan umroh secara bersamaan. Adapun mengenai pelaksanaannya adalah melakukan ihram dari miqaat dengan niat untuk haji serta umroh sekaligus dan melakukan semua pekerjaan haji. 37 Seseorang yang melakukan haji qiran ini wajib membayar dam dengan menyembelih seekor kambing, jika tidak sanggup membayar dam tersebut dapat diganti dengan berpuasa tiga hari di tanah suci dan tujuh hari setelah kembali dengan keluarganya. 36 Departemen Agama RI, Bimbingan Ibadah Haji, umrah, dan ziarah, Jakarta : 2000, H. 51 37 Ensiklopedi islam 3 Fas-kal, Jakarta : PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1999, cet. Ke-5 h. 63 37

BAB III GAMBARAN UMUM KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN

BOGOR

A. Sejarah Kementerian Agama Kabupaten Bogor

Departemen Agama adalah sebuah lembaga Negara yang memiliki peran dan fungsi pelayanan dan bimbingan di bidang agama. Keberadaan lembaga Negara ini dilatarbelakangi kondisi bangsa Indonesia yang religius. Hal tersebut tercermin baik dalam kehidupan bermasyarakat maupun dalam kehidupan bernegara. Di lingkungan masyarakat terlihat terus meningkat kesemarakan dan kekhidmatan kegiatan keagamaan, baik dalam bentuk ritual, maupun dalam bentuk sosial keagamaan. Semangat keagamaan tersebut, tercemin pula dalam kehidupan bernegara yang dapat dijumpai dalam falsafah Negara pancasila, UUD 1945, GBHN dan memberi jiwa dan warna pada pidato-pidato kenegaraan. Pembentukan Departemen Agama adalah suatu bukti bahwa agama merupakan elemen yang amat penting dan terkait secara fungsional dengan kehidupan bernegara. Para founding fathers negara pada waktu itu menyadari perlunya pengaturan dan kebijakan negara yang berkaitan dengan urusan agama melalui lembaga Departemen Agama. Departemen Agama dibentuk dalam rangka memenuhi kewajiban Pemerintah untuk melaksanakan isi