30
hunian yang terbentuk pada permukiman tidak terencana juga akan mempunyai perbedaan fungsi. Sebagai contoh, para permukiman formal area hunian hanya
digunakan untuk tempat tinggal, tetapi pada permukiman tidak terencana dapat digunakan sebagai hunian dan juga ruang berkumpul. Selain itu, tentu pada
permukiman tidak terencana aspek sosial-ekonomi akan terlihat jelas apabila dibandingkan dengan permukiman formal. Pada umumnya, kondisi ekonomi yang
rendah menjadi faktor utama yang membentuk suatu permukiman tidak terencana. Sehingga, pada ruang hunian di kedua permukiman tersebut juga akan mudah terlihat
perbedaannya. Sebagai contoh pada permukiman tidak terencana, bangunan yang terdapat cenderung dibangun tidak permanen dan juga berada pada lokasi yang tidak
direncanakan sebagai area perumahan.
2.4 Aspek Lainnya Dalam Membentuk Permukiman Tidak Terencana
Suatu permukiman yang tumbuh secara tidak terencana tentu tidak hanya didorong oleh salah satu aspek tertentu saja. Permukiman tersebut akan terbentuk
melalui aspek yang saling berkaitan dengan kondisi maupun situasi yang berbeda yang dapat timbul dari lingkungan maupun penghuni lokal. Sehingga, dalam
terbentuknya suatu permukiman akan tercipta pengelompokkan ruang hunian, ruang berkumpul, pola jalan maupun bentuk permukiman yang berbeda-beda di setiap
tempat. Pengelompokkan ruang hunian terjadi oleh pengaruh aspek-aspek kehidupan. Aspek tersebut adalah aktivitas ekonomi, sistem sirkulasi, komunikasi, sistem politik,
administrasi, budaya dan aktifitas sosial Sarkar, 2010. Hal 1. Aspek kehidupan
Universitas Sumatera Utara
31
selalu mempengaruhi aktifitas maupun perilaku manusia. Sebagai contoh, aktifitas ekonomi akan mendorong seseorang untuk terus memenuhi kebutuhan dengan cara
meningkatkan mata pencahariannya yang secara finansial dapat memenuhi setiap keperluannya sehari-hari. Selain itu, aspek ekonomi sering sekali menjadi tolak ukur
seseorang dalam menciptakan hubungan spasial yang terjadi di lingkungannya. Pada suatu permukiman yang tidak terencana, sering sekali dilatarbelakangi oleh penghuni
dengan tingkat ekonomi yang rendah. Sehingga, terbentuk suatu ruang yang dihuni oleh penghuni dengan persamaan keadaan sosial. Pengelompokkan ruang hunian,
juga dapat terbentuk dari sistem sirkulasi di permukiman tersebut. Selain itu, suatu perumahan atau permukiman pada umumnya memerlukan sistem pengaturan secara
luas seperti, pengaturan pada zona hunian, lingkungan atau ruang terbuka serta pengaturan jaringan jalan atau jangkauan atau akses ke daerah lain Rapoport, 2006.
Hubungan spasial tentu terjadi dengan adanya komunikasi antar penghuni setempat. Komunikasi yang terjalin tentu dapat terjadi dengan adanya interaksi yang terjadi
secara spontan maupun saat direncanakan. Adanya komunikasi yang terjadi sering sekali menciptakan ruang sosial baru di suatu kawasan. Sebagai contoh, dengan
adanya sirkulasi yang tidak terlalu besar di suatu permukiman tidak terencana, maka memungkinkan beberapa penghuni akan bertemu saat mengakses jalan tersebut.
Dengan adanya pergerakan tersebut, tentu akan menciptakan komunikasi diantara mereka. Komunikasi yang terjadi pada area sirkulasi tersebut tentu sudah tercipta
ruang sosial secara tidak langsung karena adanya interaksi antar penghuni. Maka dari
Universitas Sumatera Utara
32
itu, komunikasi sangat berperan dalam membentuk hubungan spasial pada permukiman tidak terencana.
Pengaturan-pengaturan yang baik pada suatu permukiman tidak terencana tentunya juga akan membentikan manfaat apabila daerah tersebut dikembangkan
menjadi kawasan permukiman yang resmi. Adanya pengembangan perumahan maupun permukiman secara besar-besaran di area perkotaan, memerlukan konsep
yang tepat untuk mencapai tujuan. Konsep tersebut dilakukan untuk mendukung pengembangan berkelanjutan, integrasi antar lingkungan sekitar dengan kota,
kawasan maupun desa. Sehingga, apabila direncanakan dengan tepat maka akan tercipta suatu konsep yang dapat menghubungkan pengaturan pada modal sosial dan
pemberdayaan penghuni ilegal di suatu kawasan Babei, Ahmad Gill, 2012.. Sehingga, sangat diperlukan bantuan dari pemerintah tidak hanya dari segi
perencanaan suatu akwasan. Tetapi, juga dapat memberikan suatu bimbingan maupun pengaturan bagi para penghuni permukiman tidak terencana. Hal in penting, agar
dalam menyelesaikan permasalahan yang terjadi di daerahnya, mereka tetap berada pada kebijakan-kebijakan pemerintah. Sehingga, ketika kawasan tersebut sudah mulai
berkembang, tidak akan menimbulkan permasalahan baru dan juga dapat memberi kesempatan untuk mengembangkan daerahnya.
Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN