Metoda Penentuan Variabel METODOLOGI PENELITIAN

36 5. Responden mampu menjelaskan pemikirannya tentang tempat tingal dan area huniannya.

3.3 Metoda Penentuan Variabel

Dalam menentukan variabel, peneliti menentukan terlebih dahulu lokasi penelitian dan responden yang akan diteliti adalah masyarakat setempat dan juga melakukan pengamatan pada permukiman. Teori yang dipilih merupakan landasan yang digunakan untuk mengkaji permasalahan pada permukiman tidak terencana di Kampung Badur. Landasan teori dilakukan berdasarkan indentifikasi permasalahan dan melakukan interpretasi atas kajian teori yang digunakan. Indikator yang diinterpretasi berbasis isu permasalahan penelitian ditentukan oleh peneliti sebagai variabel Tabel 3.1. Variabel yang ditentukan akan menjadi dasar dalam membuat metoda pengumpulan data. Universitas Sumatera Utara 37 Tabel 3.1 Penentuan Variabel Landasan Teori Indikator Variabel 2.1 Struktur Permukiman Tidak Terencana Struktur permukiman yang memberikan pengaruh dalam terbentuknya suatu ruang hunian terdiri dari beberapa aspek. Aspek tersebut dapat berupa fisik dan juga nonfisik. Aspek fisik antara lain, pola jalan, morfologi permukiman dan bentuk bangunan. Sedangkan dari struktur non fisik dapat terdiri dari keadaan sosial, aspek ekonomi dan juga aspek lain yang mempengaruhi.  Faktor yang mempengaruhi dapat terbentuk dari struktur fisik yaitu berupa pola jalan, bentuk bangunan maupun morfologi permukiman. Faktor lain yaitu non fisik terdiri dari sosial, ekonomi dan aspek lainnya.  Terbentuknya permukiman tidak terencana terdiri dari faktor fisik yang ditinjau dari pola jalan, bentuk bangunan maupun morfologi permukiman  Terbentuknya permukiman tidak terencana terdiri dari faktor non fisik yang ditinjau dari keadaan sosial, aspek ekonomi dan aspek lainnya. Permukiman tidak terencana sering kali membentuk suatu ruang hunian yang dibangun pada area terencana maupun tidak terencana yang tidak mempunyai persetujuan pada perencanaan secara formal. Ciri khas yang paling menonjol pada permukiman tidak terencana yaitu terlihat pada bangunan-bangunan hunian yang berkualitas rendah yang tidak mempunyai infrastruktur dan fasilitas sosial yang memadai Ali Sulaiman, 2006. Hal 2.  Ciri khas pada permukiman tidak terencana yaitu mempunyai bangunan rumah yang tidak sesuai standard dan fasilitas sosial serta infrastruktur yang tidak memadai  Karakteristik bangunan yang tidak sesuai standar pada permukiman tidak terencana  Kurangnya pengadaan infrastruktur dan fasislitas sosial Karakteristik pada suatu permukiman tidak terencara dapat ditinjau dengan mengamati beberapa faktor, antara lain 1. kepemilikan tanah, 2. Kondisi lingkungan, 3. Struktur dan fasilitas sosial, 4 Infrastruktur, 5 ekonomi dan finansial, serta 6 sosial-budaya Onyekachi, 2014.  Faktor yang mempengaruhi terbentuknya permukiman tidak terencana, yaitu kepemilikan tanah, kondisi lingkungan, struktur dan fasilitas sosial, infrastruktur, ekonomi dan finansial serta sosial-budaya  Terbentuknya permukiman tidak terencana ditinjau dari faktor kepemilikan tanah  Terbentuknya permukiman tidak terencana tinjau dari faktor kondisi lingkungan  Terbentuknya permukiman tidak terencana ditinjau Universitas Sumatera Utara 38 Landasan Teori Indikator Variabel dari faktor struktur dan fasilitas sosial,  Terbentuknya permukiman tidak terencana ditinjau dari faktor infrastruktur  Terbentuknya permukiman tidak terencana ditinjau dari ekonomi dan finansial  Pengaruh terbentuknya permukiman terencana ditinjau dari faktor sosial-budaya Pada permukiman tidak terencana, umumnya tidak ada bentuk yang pasti dalam mengatur arah pembangunan di area tersebut. Bentuk dari blok- blok perumahan terjadi secara tidak teratur, ukuran lahan yang berbeda-beda, orientasi bangunan yang tidak tepat, dan posisi antar rumah yang tidak jelas. Sehingga, privasi terhadap antar ruang hunian sangat ada yang membatasi Radulovic dkk, 2013.  Permukiman tidak terencana yang mempengaruhi bentuk, ukuran lahan, orientasi dan posisi antar ruang hunian.  Bentuk pada permukiman yang terjadi secara tidak terencana  Orientasi bangunan pada suatu permukiman tidak terencana  Perletakan ruang hunian pada permukiman tidak terencana 2.2 Keadaan Sosial di Permukiman Tidak Terencana Perbedaan kriteria pada suatu permukiman tidak terencana terlihat pada aspek fisik, hubungan spasial, sosial dan perilaku penghuni. Kenyataannya, pertumbuhan penghuni liar terjadi sangat pesat dengan menempati area tertentu maupun membangun bangunan permanen. Populasi yang berkembang umumnya didukung dengan keadaan sosial dan latar belakang ekonomi yang sama. Sehingga, setiap permukiman tentu  Kriteria pada permukiman tidak terencana dipengaruhi oleh aspek fisik, hubungan spasial, sosial dan perilaku.  Kriteria permukiman tidak terencana yang ditinjau dari aspek fisik  Kriteria permukiman tidak terencana yang ditinjau dari hubungan spasial  Kriteria permukiman tidak terencana yang ditinjau dari sosial dan perilaku penghuni. Universitas Sumatera Utara 39 Landasan Teori Indikator Variabel mempunyai karakteristik yang berbeda dalam membentuk area huniannya Hurskainen, 2004  Perkembangan populasi pada suatu permukiman didorong oleh keadaan sosial dan latar belakang ekonomi yang sama  Perkembangan populasi didorong keadaan sosial dan persamaan latar belakang ekonomi. Pada permukiman tentu akan ditemukan pola-pola yang berkaitan dengan ruang hunian, ruang berkumpul, pola jalan dan bentuk permukiman. Selain itu, setiap daerah juga akan akan mempunyai pola yang berbeda karena dapat dipengaruhi lingkungan, topografi lahan maupun fungsi yang berbeda. Adanya perkembangan suatu permukiman yang tidak terencana pasti terjadi secara spontan dan tidak mempunyai perencanaan maupun pengaturan terlebih dahulu. Walaupun, pada dasarnya suatu permukiman tidak terencana terjadi atas persamaan keadaan sosial, tetapi tidak akan pernah ditemukan karakteristik yang benar- benar identik pada kawasan-kawasan tersebut. Fernandez, 2011.  Setiap permukiman tidak terencana tentu akan terbentuk dengan pola yang berbeda yang dipengaruhi lingkungan, topografi lahan maupun fungsi.  Pengaruh lingkungan dalam terbentuknya suatu permukiman  Pengaruh topografi lahan dalam terbentuknya permukiman  Pengaruh perbedaan fungsi penggunaan lahan yang terbentuk di suatu permukiman Tidak semua permukiman kumuh mengakomodasi wujud kemiskinan pada perkotaan dan atau dengan kata lain semua penduduk setempat selalu miskin. Dalam menghadapi tantangan dari daerah kumuh, peraturan yang berhubungan dengan keberlanjutan kondisi permukiman harus memiliki sistem yang jelas. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara mengamati aktifitas sosial yang berjalan di daerah tersebut, melakukan pendekatan dengan penghuni  Cara yang dilakukan dalam melakukan pengaturan berkelanjutan pada permukiman kumuh yaitu, mengamati aktifitas sosial, melakukan pendekatan pada penghuni lokal dan melakukan perencanaan terkait pada ruang hunian, infrastruktur dan kondisi  Pengaturan permukiman kumuh yang ditinjau dari pengamatan aktifiitas sosial  Pengaturan permukiman kumuh yang dilakukan dengan merencanakan peningkatan ruang hunian, infrastruktur, dan kondisi lingkungan Universitas Sumatera Utara 40 Landasan Teori Indikator Variabel lokal dan merencanakan peningkatan dari ruang hunian, infrastruktur dan kondisi lingkungan. Onyekachi, 2014. Hal 424 lingkungan. Para penduduk suatu permukiman tentu tidak dapat terus menggantungkan setiap kebutuhan pada pemerintah maupun otoritas lokal. Penduduk juga diharuskan memiliki pengetahuan akan permasalahan, penyebab dan solusi yang memungkinkan untuk daerah huniannya. Penduduk tentu mempunyai kesempatan dalam memanfaatkan dan mengolah ruang hunian mereka. Penduduk juga tetap memerlukan pengawasan, pelatihan maupun bimbingan dari pihak berwenang. Hal tersebut dilakukan, agar penduduk suatu permukiman dapat mengambil langkah dan cara sendiri untuk memperbaiki daerahnya, tetapi masih tetap berada pada peraturan yang telah disepakati Hurskainen, 2004  Penduduk suatu permukiman dapat menyelesaikan permasalahan yang terjadi di daerahnya dan menggunakan cara dan solusi mereka sendiri dengan tetap berada pada peraturan pemerintah yang telah disepakati.  Pemahaman penduduk akan suatu masalah dan solusi yang digunakan sesuai dengan peraturan pemerintah 2.3 Pengaruh Aspek Ekonomi Terhadap Terbentuknya Permukiman Tidak Terencana Perubahan yang menyebabkan peningkatan migrasi terjadi akibat adanya peluang pekerjaan baru berdasarkan dua sudut pandang. Pertama, adanya lapangan pekerjaan baru memberikan kesempatan bagi para pendatang untuk mendapatkan kesempatan yang lebih baik dari segi ekonomi. Kedua, adanya para pendatang menjadikan populasi manusia di kawasan tersebut semakin meningkat. Peningkatan tersebut yang dapat  Terjadinya migrasi dipengaruhi adanya peluang pekerjaan pada kawasan yang sedang berkembang dan memberikan pengaruh pada pertumbuhan permukiman.  Pertumbuhan permukiman tidak terencana dipengaruhi oleh peningkatan migrasi oleh para pendatang Universitas Sumatera Utara 41 Landasan Teori Indikator Variabel memberikan pengaruh pada terciptanya ruang- ruang yang digunakan sebagai tempat tinggal para pendatang. Sehingga, dalam memenuhi kebutuhan akan tempat tinggal diwujudkan dengan cara mencari area hunian yang dirasa tepat sesuai dengan kemampuan ekonomi mereka Rani Shylendra, 2002 Dalam pengembangan permukiman terdapat pengaruh dalam membentuk ruang yang terkait dengan sistem budaya, politik, sosial dan ekonomi yang berbeda-beda di dunia. Dengan demikian, tentu setiap permukiman mempunyai pola yang berbeda dari satu daerah ke daerah lain, tempat ke tempat lain maupun waktu ke waktu. Oleh karena itu, sangat penting penghuni suatu permukiman dalam mengatur hubungan spasial antar area hunian dengan area hunian lainnya berdasarkan aspek jarak, perbedaan fungsi, aspek sosial, ekonomi dan pengaturan lainnya Sarkar, 2010. Hal 1  Pengaruh pada suatu permukiman yang terkait hubungan spasial antar area hunian  Adanya pola permukiman yang dipengaruhi oleh hubungan spasial antar area hunian  Pengaruh hubungan spasial yang membentuk area hunian  Pola hunian yang terbentuk dari hubungan spasial Suatu bentuk perkotaan ataupun permukiman disatukan dengan adanya interaksi simbiosis dari pembangunan infrastruktur dan aktifitas ekonomi dengan penghuni setempat. Interaksi ini secara sistematis terjadi karena adanya kepentingan dari penghuni setempat untuk terus mengembangkan daerahnya Bessusi dkk, 2010.  Adanya interaksi penghuni setempat dalam mengembangkan daerahnya didorong akan kepentingan pembangunan infrastruktur dan aktifitas ekonomi.  Pengembangan ruang hunian yang ditinjau dari interaksi penghuni lokal dengan pembangunan infrastruktur  Pengembangan ruang hunian yang ditinjau dari interaksi penghuni lokal dengan aktifitas ekonomi. Universitas Sumatera Utara 42 Landasan Teori Indikator Variabel Terdapat hubungan positif yang secara signifikan antara pola pergerakan pada pejalan kaki dan akses spasial yang dipengaruhi interaksi sosial pada suatu grup maupun penghuni pada permukiman. Adanya pengaruh keadaan sosial juga dapat terlihat pada pola jalan yang terbentuk. Sebagai contoh, terdapat perbandingan pada permukiman tidak terencana dan permukiman terencana di Cairo. Ezbet bezkhit adalah permukiman tumbuh pada area yang tidak direncanakan pada area gurun. Pada permukiman tidak terencana tersebut, interaksi yang terjadi terdapat pada ruang hunian di sekitarnya menuju ke area kota yang lebih besar. Sedangkan pada Abu Qatada yang merupakan permukiman resmi yang dibangun pada lahan pertanian, pergerakan pejalan kaki hanya terlihat lebih banyak menju ke kota. Selain itu, pada pergerakan yang terjadi turut dipengaruhi oleh perbedaan gender, sosial dan budaya Mohamed Mohareb, 2012.  Adanya hubungan antara pola pergerakan penghuni pada akses sirkulasi yang dipegaruhi oleh interaksi sosial antar penghuni  Terbentuknya pola jalan di suatu permukiman  Adanya interaksi dalam membentuk ruang berkumpul di permukiman 2.4 Aspek Lainnya Dalam Membentuk Permukiman Tidak Terencana Pengelompokkan ruang hunian terjadi oleh pengaruh aspek-aspek kehidupan. Aspek tersebut adalah aktivitas ekonomi, sistem sirkulasi, komunikasi, sistem politik, administrasi, budaya dan aktivitas social Sarkar, 2010. Hal 1  engelompokkan suatu area hunian terbentuk oleh aspek yang terdiri dari aktivitas ekonomi, sistem transportasi, komunikasi, sistem politik, adminitrasi, budaya dan aktivitas rekreasi  Terbentuknya ruang hunian yang ditinjau dari aspek aktivitas ekonomi  Terbentuknya ruang hunian yang ditinjau dari aspek sistem sirkulasi  Terbentuknya ruang hunian yang ditinjau dari aspek komunikasi  Terbentuknya ruang hunian yang ditinjau dari aspek Universitas Sumatera Utara 43 Landasan Teori Indikator Variabel politik  Terbentuknya ruang hunian yang ditinjau dari aspek administrasi  Terbentuknya ruang hunian yang ditinjau dari aspek budaya  Terbentuknya ruang hunian yang ditinjau dari aspek aktivitas sosial Suatu perumahan atau permukiman pada umumnya memerlukan sistem pengaturan secara luas seperti, pengaturan pada zona hunian, lingkungan atau ruang terbuka serta pengaturan jaringan jalan atau jangkauan atau akses ke daerah lain Rapoport, 2006  Sistem pengaturan yang diperlukan pada suatu permukiman yaitu adanya pengaturan pada zona hunian, pengaturan pada ruang terbuka dan pengaturan jaringan jalan.  Pengaturan terkait ruang hunian pada permukiman  Pengaturan terkait ruang terbuka pada permukiman  Pengaturan terkait jaringan jalan pada permukiman Adanya pengembangan perumahan maupun permukiman secara besar-besaran di area perkotaan, memerlukan konsep yang tepat untuk mencapai tujuan. Konsep tersebut dilakukan untuk mendukung pengembangan berkelanjutan, integrasi antar lingkungan sekitar dengan kota, kawasan maupun desa. Sehingga, apabila direncanakan dengan tepat maka akan tercipta suatu konsep yang dapat menghubungkan pengaturan pada modal sosial dan pemberdayaan penghuni ilegal di suatu kawasan Babei, Ahmad Gill, 2012. Hal  Terciptanya suatu ruang hunian sangat dipengaruhi pengaturan yang menhubungkan keadaan sosial dengan pemberdayaan penghuni lokal.  Pengaruh keadaan sosial terhadap terciptanya ruang hunian  Pengaruh pemberdayaan penghuni terhadap terbentuknya ruang hunian Universitas Sumatera Utara 44

3.4 Metoda Pengumpula Data