Kajian Ekonomi Terhadap Terbentuknya Kampung Badur

ekonomi yang terbatas, sehingga mereka mengganggap tidak mempunyai penghasilan lebih apabila berpindah dan mencari tempat tinggal lain 12. Sebanyak 4 penduduk juga belum ingin berpindah dikarenakan rumah yang mereka tempati merupakan peninggalan dari orang tua mereka.

5.3 Kajian Ekonomi Terhadap Terbentuknya Kampung Badur

Perubahan yang menyebabkan peningkatan jumlah pendatang terjadi akibat adanya peluang pekerjaan baru berdasarkan dua sudut pandang. Pertama, adanya lapangan pekerjaan baru memberikan kesempatan bagi para pendatang untuk mendapatkan kesempatan yang lebih baik dari segi ekonomi. Kedua, apabila diamati melalui perspektif berbeda dengan adanya para pendatang menjadikan populasi manusia di kawasan tersebut semakin meningkat. Peningkatan tersebut yang dapat memberikan pengaruh pada terciptanya ruang-ruang yang digunakan sebagai tempat tinggal para pendatang. Sehingga, dalam memenuhi kebutuhan akan tempat tinggal diwujudkan dengan cara mencari area hunian yang dirasa tepat sesuai dengan kemampuan ekonomi mereka Rani Shylendra, 2002. Dari hal tersebut diamati bahwa suatu permukiman tidak dapat dipisahkan dengan aspek ekonomi yang mempengaruhi perkembangannya. Pada Kampung Badur, aspek ekonomi juga memiliki peran penting dalam terbentuknya permukiman di daerah tersebut. Hal ini dapat dilihat dari beberapa alasan dari para pendatang yang memilih tempat tinggal di Kampung Badur berdasarkan aspek ekonomi. Sebagian penduduk yang tinggal di Kampung Badur, awalnya mengharapkan penghidupan lebih baik yang dapat Universitas Sumatera Utara diperoleh dengan mencari pekerjaan di Kota Medan. Sehingga, pada pendatang dari luar kota Medan yang ingin mendaparkan pekerjaan baru memilih untuk tinggal di Kampung Badur sebesar 16 gambar 5.14 . Gambar 5.14 Fasilitas sekitar sebagai tempat bekerja penghuni setempat Tentu, dari beberapa pertimbangan yang dilakukan penduduk dalam memilih Kampung Badur juga tidak melupakan segi ekonomi dari tempat tinggal mereka. Alasan lain yang dipilih para pendatang yang memilih tinggal di Kampung Badur yaitu biaya yang murah 24. Dengan tidak adanya pengaturan yang jelas mengenai daerah pinggiran sungai, maka para pendatang memilih Kampung Badur yang dinilai tidak memerlukan biaya terlalu banyak untuk menetap di daerah tersebut. Mereka menganggap, daerah pinggiran sungai adalah salah satu tempat yang strategis untuk ditinggali karena lahannya tidak direncanakan sebagai tempat tinggal dan juga dapat Universitas Sumatera Utara memanfaatkan sumber daya yang ada, seperti sungai. Kondisi dari permukiman Kampung Badur dapat dilihat pada gambar 5.15. Gambar 5.15 Kondisi rumah tinggal yang ada di daerah pinggiran sungai Selain itu, pada suatu bentuk perkotaan ataupun permukiman selalu disatukan dengan adanya interaksi simbiosis dari pembangunan infrastruktur dan aktifitas ekonomi dengan penghuni setempat. Interaksi ini secara sistematis terjadi karena adanya kepentingan dari penghuni setempat untuk terus mengembangkan daerahnya Bessusi dkk, 2010. Adapun, beberapa penduduk yang tinggal di Kampung Badur mendapatkan pekerjaan yang jauh dari Kampung Badur 8. Tetapi, sebagian besar LEGENDA Permukiman di pinggiran sungai Sungai Universitas Sumatera Utara penduduk umumnya bekerja tidak terlalu jauh dari Kampung Badur 68. Hal ini dikarenakan, Kampung Badur merupakan permukiman yang dinilai dekat dengan daerah-daerah di Kota Medan. Posisi Kampung Badur juga dinilai strategis karena berada di pusat Kota Medan. Sehingga, memudahkan penduduk untuk mencari pekerjaan yang dekat dengan daerahnya tempat tinggalnya. Permukiman Kampung Badur sendiri kini mulai berkembang menjadi lebih luas. Beberapa bangunan mulai dibangun secara permanen, meskipun sebagian besar masih berupa bangunan tidak permanen. Beberapa alasan penduduk dalam membangun rumah tinggal secara permanen yaitu agar mendapatkan ruang hunian yang lebih layak untuk ditempati 24. Mereka yang mempunyai penghasilan lebih merasa perlu untuk membangun tempat tinggalnya menjadi lebih baik agar terasa lebih nyaman. Adapun sebanyak 4 membangun rumah tinggal yang permanen dikarenakan penghuni tempat tersebut semakin bertambah. Sehingga, dengan membangun rumah yang lebih luas dan kokoh akan memungkinkan keluarga tinggal lebih nyaman di dalamnya. Tetapi, tidak semua penduduk turut menjadikan bangunan rumahnya menjadi permanen gambar 5.16. Terdapat 16 penduduk yang memilih tidak membangun rumah permanen dikarenakan kekhawatiran mereka terhadap penggusuran yang sewaktu-waktu dapat dilakukan. Selain itu, alasan lain berkaitan dengan keterbatasan ekonomi dari penduduk ntuk membangun rumah tinggal secara permanen 24 Universitas Sumatera Utara Gambar 5.16 Beberapa rumah yang dibangun secara permanen Walaupun sebagian besar rumah di Kampung Badur tidak dibangun sesuai standarisasi perumahan, tetapi penduduk setempat memperolehnya secara pribadi tanpa bantuan dari pihak luar maupun pemerintah 88. Dengan keterbatasan ekonomi bagi sebagian penduduk, mereka juga memilih mendapatkan bahan-bahan yang tidak terpakai lagi yang dapat digunakan untuk tempat tinggal mereka 12. LEGENDA Rumah tinggal permanen Sungai Universitas Sumatera Utara Umumnya, mereka mencari kayu bekas maupun seng yang sudah tidak terpakai untuk dijadikan bahan bangunan tempat tinggal mereka gambar 5.17 . Gambar 5.17 Kondisi rumah tinggal yang menggunakan bahan bekas Sebagian besar penduduk memilih tinggal di daerah pinggiran sungai dengan alasan ekonomi. Mereka menganggap daerah pinggiran sungai lebih murah dibandingkan daerah yang lain 68. Tetapi, beberapa penduduk lain menjawab tidak tahu karena umumnya mereka menyewa tempat tinggal maupun lahir di Kampung Badur itu sendiri 32.

5.4 Kajian Komunikasi Terhadap Terbentuknya Kampung Badur