BAB V KAJIAN TERBENTUKNYA KAMPUNG BADUR DI MEDAN
5.1. Kajian Sejarah Terbentuknya Kampung Badur
Kampung Badur adalah suatu permukiman yang terdapat di Kota Medan. Sebutan Kampung Badur sendiri diperoleh dari nama korban kekejaman G30SPKI
yaitu Badur. Nama korban G30SPKI dan nama pahlawan memang cenderung digunakan di kawasan tersebut seperti Jalan Ade Irma Suryani dan Jalan Letnan
Jendral Suprapto. Permukiman yang berada di sekitar kawasan Jalan Badur kemudian sering disebut Kampung Badur. Kampung Badur sendiri terbagi menjadi 2 kawasan
yaitu, Badur Atas dan Badur Bawah. Permukiman pertama kali tumbuh disekitar Badur Atas yaitu Jalan Badur dan Jalan Saidah. Pada tahun 1950an gambar 5.1,
kawasan Jalan Letjend. Suprapto dikenal sebagai daerah Kantor Kepolisian Daerah Sumatera Utara. Pada daerah sekitar seperti pinggiran sungai sendiri masih hutan.
Adapun beberapa bangunan terdapat dibelakang bangunan Kapolda merupakan rumah tinggal yang sudah ada dari jaman penjajahan. Selain beberapa ruang hunian
yang sudah terdapat di sekitar daerah tersebut, masih terdapat banyak tanah kosong. Menurut hasil wawancara dengan penghuni yang telah tinggal sejak lahir yaitu tahun
1960-an, kepemilikan kantor Kapolda berpindah tangan menjadi milik Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara PTPN.
PTPN IV adalah perusahaan perkebunan kelapa sawit, tetapi kantor tersebut hanya dijadikan sebagai Kantor pusat yang
mengatur bidang admistrasi, pemasaran dan lainnya. Sedangkan untuk pabriknya
Universitas Sumatera Utara
sendiri berada di daerah Lubuk Pakam atau lebih dikenal dengan Kantor Kelapa Sawit Adolina.
Gambar 5.1 Ilustrasi kawasan Kampung Badur tahun 1950-an.
Pada tahun 1960an, tanah yang berada di sekitar kawasan juga dibeli oleh perusahaan PTPN IV, sebagian tanah di pinggiran sungai masih berupa hutan. Tanah
yang ada disekitar kawasan kantor juga masih berupa tanah kosong. Adapun beberapa
Legenda
Permukiman Instansi KAPOLDA
Hutan Sungai
Tahun 1950-an
Universitas Sumatera Utara
bangunan yang mulai tumbuh disekitar kawasan Kampung Badur belum terlalu signifikan pertumbuhannya, dapat dilihat pada gambar 5.2.
Gambar 5.2 Kenyataan bentuk Kampung Badur pada tahun1950an dan 1960-an
Kemudian, pada tahun 1970-1980an terjadi migrasi para pendatang dari luar kota Medan. Para imigran yang mulai bermigrasi tersebut mencoba mencara tempat
yang mudah diakses di tengah Kota Medan dan tidak memerlukan biaya yang terlalu
Tahun 1960-an Tahun 1950-an
Legenda
Permukiman Instansi KAPOLDA
Instansi PTPN IV Hutan
Sungai
Universitas Sumatera Utara
banyak. Sehingga, beberapa pendatang pada saat itu memilih bantaran sungai sebagai tempat tinggalnya. Pada saat ini, tidak ada ketetapan yang ditetapkan terkait
pembangunan pada tepi sungai. Para pendatang lainnya mulai datang pada tahun 1970an namun perubahan yang terjadi tidak terlalu signifikan. Hanya beberapa
pendatang yang membangun tempat tinggal di pinggiran Sungai Deli. Bangunan lain disekitar kawasan tersebut juga sudah mulai berkembang gambar 5.3.
Gambar 5.3 Perubahan yang terjadi di Kawasan Kampung Badur pada tahun 1970an.
Legenda
Permukiman Instansi PTPN IV
Hutan Sungai
Tahun 1970-an Tahun 1960-an
Universitas Sumatera Utara
Pada tahun 1980an-sekarang, pertumbuhan imigran semakin pesat di sekitar kawasan tersebut gambar 5.4. Para pendatang yang berasal dari daerah yang
berbeda mempunyai alasan yang berbeda dalam memilih tempat tinggal di Kampung Badur. Sehingga, sampai saat ini para pendatang semakin memadati permukiman dan
juga masih terus tinggal di Kampung Badur.
Gambar 5.4 Pertumbuhan Kampung Badur tahun 1980-sekarang
Legenda
Permukiman Instansi PTPN IV
Hutan Fasilitas sosial
Komersil Sungai
Tahun 1980an Tahun 2016
Universitas Sumatera Utara
5.2 Kajian Sosial Terhadap Terbentuknya Permukiman Kampung Badur