Rangkuman Keadaan Sosial Terhadap Terbentuknya Kampung

113

6.2 Rangkuman Keadaan Sosial Terhadap Terbentuknya Kampung

Badur Pada Kampung Badur salah satu aspek yang berperan dalam membentuk permukimannya yaitu keadaan sosial. Keadaan sosial berperan dalam membentuk struktur permukiman di Kampung badur. Pada bab 5.2, peneliti telah mengkaji dan mengidentifikasi pengaruh keadaan sosial yang membentuk Kampung Badur. Adapun, hasil kajian dan identifikasi telah menghasilkan penemuan-penemuan terkait struktur Kampung Badur. Beberapa penemuan yang berkaitan dengan keadaan sosial terhadap terbentuknya Kampung Badur dapat dilihat pada tabel 6.2. Universitas Sumatera Utara 114 Tabel 6.2 Penemuan pengaruh keadaan sosial terhadap terbentuknya Kampung Badur No Kajian Sosial Bentuk Penemuan Kajian Teori 1 Alasan memilih tinggal di Kampung Badur  Para penghuni setempat miliki alasan yang berbeda-beda untuk tinggal di Kampung Badur. Alasan tersebut antara lain untuk mendapatkan pekerjaan di Kota Medan dan memilih tinggal di Kampung Badur karena dekat dengan pusat kota.  Selain itu, adanya alasan untuk ikut keluarga maupun kerabat juga menjadikan para pendatang untuk tinggal di Kampung Badur.  Adapun alasan yang mengatakan bahwa tinggal di Kampung Badur tidak memerlukan biaya yang terlalu besar.  Pada suatu permukiman yang terbentuk tentu selalu dipengaruhi beberapa faktor. Faktor tersebut kemudian akan menjadikan suatu acuan dalam proses berkembanganya suatu permukiman. Faktor-faktor tersebut juga Pengelompokkan ruang hunian terjadi oleh pengaruh aspek- aspek kehidupan. Aspek tersebut adalah aktivitas ekonomi, sistem sirkulasi, komunikasi, sistem politik, administrasi, budaya dan aktivitas sosial Sarkar, 2010. Hal 1. Alasan Penghuni Kampung Badur Untuk Tinggal Segi Ekonomi Segi Komunikasi 1. Mencari Pekerjaan di Kota Medan 2. Biaya yang diperlukan untuk rumah tinggal tidak terlalu besar 1. Mengikuti kerabat atau saudara yang berpindah ke Kota Medan Universitas Sumatera Utara 115 No Kajian Sosial Bentuk Penemuan Kajian Teori 2 Penghuni setempat yang mempunyai pekerjaan sebagai pedagang juga membuka warung di Kampung Badur  Pola dari perletakan warung yang terdapat di Kampung Badur tumbuh secara tidak teratur dan beberapa berada pada jarak yang berdekatan. Adapun warung yang terdapat di Kampung Badur menggunakan bagian depan area tempat tinggal maupun pada badan jalan  Dimensi dari warung tidak begitu besar dan umumnya tersedia tempat untuk berkumpul seperti adanya kursi.  Suatu bentuk perkotaan ataupun permukiman disatukan dengan adanya interaksi simbiosis dari pembangunan infrastruktur dan aktifitas ekonomi dengan penghuni setempat. Interaksi ini secara sistematis terjadi karena adanya kepentingan dari penghuni setempat untuk terus mengembangkan daerahnya Bessusi dkk, 2010. Rumah Tinggal Instansi Jalur sirkulasi dan perletakan warung Universitas Sumatera Utara 116 No Kajian Sosial Bentuk Penemuan Kajian Teori 3 Kepemilikan surat tanah  Sebanyak 88 penduduk Kampung Badur tidak memiliki surat kepemilikan tanah. Adapun, beberapa penduduk yang telah mengurus surat tanah tidak terlalu signifikan yaitu hanya sebesar 12. Dilihat dari tidak adanya kepemilikan tanah, maka akan terlihat bangunan- bagunan tersebut tumbuh tanpa adanya pengaturan yang tepat untuk tempat tinggal mereka.  Suatu permukiman akan tumbuh dan mengalami perubahan di daerahnya. Perubahan tidak hanya terjadi pada area huniannya saja. Umunya, karakteristik pada suatu permukiman tidak terencara dapat ditinjau dengan mengamati beberapa faktor, antara lain 1. kepemilikan tanah, 2. Struktur dan fasilitas sosial, 3 Infrastruktur, 4 ekonomi dan finansial, serta 5 sosial- budaya Onyekachi, 2014. 4 Fasilitas sosial Keterangan : Atas-kebawah Posyandu yang menggunakan rumah warga, Sanggar anak dan musholla • Selain itu, Adapun fasilitas sosial yang terdapat di Kampung Badur tidak terlalu banyak. Salah satu fasilitas sosial yaitu yang diterima dari program pemerintah. Selain itu, terdapat sanggar anak yang berasal dari bantuan mahasiswa yang perduli dengan pendidikan anak-anak di Kampung Badur  Suatu permukiman akan tumbuh dan mengalami perubahan di daerahnya. Perubahan tidak hanya terjadi pada area huniannya saja. Umunya, karakteristik pada suatu permukiman tidak terencara dapat ditinjau dengan mengamati beberapa faktor, antara lain 1. kepemilikan tanah, 2. Struktur dan fasilitas sosial, 3 Infrastruktur, 4 ekonomi dan finansial, serta 5 sosial- budaya Onyekachi, 2014. Daerah pinggiran sungai Sekitar Jalan Badur Tidak direncanakan sebagai permukiman Kampung Badur Sebagian direncanakan sebagai permukiman 12 memiliki surat tanah 88 tidak memiliki surat tanah Universitas Sumatera Utara 117 No Kajian Sosial Bentuk Penemuan Kajian Teori 5 Struktur Keterangan : a Badur Atas, b Badur Bawah • Pada Badur Atas, terlihat bangunan mempunyai GSB kira-kira 1 meter dari badan jalan. Sedangkan pada Badur Bawah, rumah dibangun tidak menggunakan GSB, sehingga beberapa rumah langsung berada diatas jalan. Pada Badur Atas beberapa rumah kini telah memiliki surat kepemilikan tanah, sehingga terlihat perletakan dari bangunan sudah lebih baik apabila dibandingkan dengan kondisi rumah di Badur Bawah. Pada Badur Bawah sendiri, tidak mempunyai pengaturan yang jelas mengenai perletakan rumah dan garis sempadan bangunan. Sehingga, bangunan tersebut mempunyai posisi yang berbeda- beda dengan rumah yang berada disampingnya.  Suatu permukiman akan tumbuh dan mengalami perubahan di daerahnya. Perubahan tidak hanya terjadi pada area huniannya saja. Umunya, karakteristik pada suatu permukiman tidak terencara dapat ditinjau dengan mengamati beberapa faktor, antara lain 1. kepemilikan tanah, 2. Struktur dan fasilitas sosial, 3 Infrastruktur, 4 ekonomi dan finansial, serta 5 sosial- budaya Onyekachi, 2014. Universitas Sumatera Utara 118 No Kajian Sosial Bentuk Penemuan Kajian Teori 6 Infrastruktur Keterangan : Kiri-kanan Jalan Badur Atas, Jalan Badur Bawah  Pada Badur Bawah terlihat sirkulasi yang ada tidak sebaik Badur Atas, tetapi material yang digunakan sudah lebih baik yaitu dengan menggunakan paving blok. Selain itu, jalan di Badur Bawah juga sering kali digunakan untuk meletakkan kendaraan penghuni setempat. Keterbatasan lahan yang terdapat di Badur Bawah menjadikan para penghuni setempat meneletakkan kendaraan mereka pada sirkulasi yang juga digunakan untuk akses sehari-hari.  Jalan pada Kampung Badur sendiri kini sudah dibangun lebih baik dari sebelumnya karena jalan di Badur atas yaitu Jalan Badur merupakan jalan kota. Lebar dari Jalan Badur sendiri adalah 3 meter. Jalan di Badur Atas juga sering digunakan apabila diadakan acara peringatan seperti 17 Agustus maupun acara lainnya.  Terdapat hubungan positif yang secara signifikan antara pola pergerakan pada pejalan kaki dan akses spasial yang dipengaruhi interaksi sosial pada suatu grup maupun penghuni pada permukiman. Adanya pengaruh keadaan sosial juga dapat terlihat pada pola jalan yang terbentuk. Sebagai contoh, terdapat perbandingan pada permukiman tidak terencana dan permukiman terencana di Cairo. Ezbet bezkhit adalah permukiman tumbuh pada area yang tidak direncanakan pada area gurun. Pada permukiman tidak terencana tersebut, interaksi yang terjadi terdapat pada ruang hunian di sekitarnya menuju ke area kota yang lebih besar. Sedangkan pada Abu Qatada yang merupakan permukiman resmi yang dibangun pada lahan pertanian, pergerakan pejalan kaki hanya terlihat lebih banyak menju ke kota. Selain itu, pada pergerakan yang terjadi turut dipengaruhi oleh perbedaan gender, sosial dan budaya Mohamed Mohareb, 2012. Universitas Sumatera Utara 119 No Kajian Sosial Bentuk Penemuan Kajian Teori 8 Ruang Berkumpul  Beberapa tempat yang sering dijadikan tempat berkumpul yaitu di warung.Warung-warung yang terdapat di Kampung Badur sering sekali dijadikan ruang berbincang, bercengkrama maupun hanya duduk bersantai.  Selain itu, sanggar anak juga dijadikan sebagai tempat berkumpul yang digunakan oleh penduduk setempat juga pihak dari luar kampung yang datang. Sanggar anak biasanya digunakan beberapa mahasiswa yang ikut dalam aksi sosial untuk memajukan anak-anak di Kampung badur. Sehingga, beberapa kegiatan sosial bersama anak-anak dilakukan di sanggar anak.  Adapun tempat-tempat lain yang digunakan sebagai tempat berkumpul yaitu musholla dan rumah tetangga .  Apabila diadakan acara yang tidak membutuhkan ruang yang terlalu besar maka dapat digunakan lapangan atau ruang terbuka yang ada di Badur Bawah  Pada permukiman tentu akan ditemukan pola-pola yang berkaitan dengan ruang hunian, ruang berkumpul, pola jalan dan bentuk permukiman. Selain itu, setiap daerah juga akan akan mempunyai pola yang berbeda karena dapat dipengaruhi lingkungan, topografi lahan maupun fungsi yang berbeda. Adanya perkembangan suatu permukiman yang tidak terencana pasti terjadi secara spontan dan tidak mempunyai perencanaan maupun pengaturan terlebih dahulu. Walaupun, pada dasarnya suatu permukiman tidak terencana terjadi atas persamaan keadaan sosial, tetapi tidak akan pernah ditemukan karakteristik yang benar- benar identik pada kawasan-kawasan tersebut. Fernandez, 2011. Sanggar anak Warung Teras rumah Universitas Sumatera Utara 120 No Kajian Sosial Bentuk Penemuan Kajian Teori  Pada hari-hari tertentu atau dalam memperingati hari penting, tentu penduduk setempat akan mengadakan acara di Kampung Badur. Acara ataupun hajatan yang dilakukan pasti memerlukan tempat yang dapat dijadikan ruang berkumpul bagi penduduk setempat. Saat akan diadakan acara, seperti hari kemerdekaan atau acara keagamaaan biasanya tempat yang digunakan adalah badan jalan. Universitas Sumatera Utara 121

6.3 Aspek Ekonomi Terhadap Terbentuknya Kampung Badur