Pengertian Belajar Pengertian Belajar dan Prestasi Belajar

BAB II LANDASAN TEORITIS, KERANGKA BERFIKIR

DAN PENGAJUAN HIPOTESA

A. Pengertian Belajar dan Prestasi Belajar

1. Pengertian Belajar

Menurut pandangan Slamet, belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengamalannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya 8 . Sementara Muhibbin Syah memberi batasan belajar sebagai berikut: belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisasi manusia dan hewan disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisasi tersebut. 9 Berdasarkan pengertian di atas penulis menggarisbawahi bahwa belajar merupakan proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman atau latihan. Definisi belajar menurut psikologi adalah bermacam-macam tidak ada satu rumusan definisi yang diterima atau yang memuaskan semua pakar dan teoritisi. Namun diantara para ahli psikologi dan pendidikan bisa dikenali titik temu mengenai pengertian umum dari apa yang dimaksud dengan istilah belajar. Pengertian umum belajar itu menganut ke terjadinya perubahan dalam 8 Slamet, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Jakarta : Rineka Cipta, 1995 h.2 9 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, Bandung :Remaja Rosda Karya, 2003, h.90 diri seseorang yaitu perubahan tingkah laku melalui pengalaman. Perubahan itu terjadi dari titik sebelum sebelum belajar ke titik setelah setelah pembelajaran, dan perubahan itu tidak sesaat atau sementara sifatnya tetap perubahan yang tetap atau yang berjangka relatif panjang. Beberapa definisi belajar dari para ahli diberikan sebagai berikut : a. Perubahan yang relatif tetap dalam potensi merespons yang terjadi sebagai hasil kegiatan yang memperoleh penguatan Hilgard, Marguis, Kimble, 1961. b. Perubahan dalam disposisi insani atau kompabilitas yang dapat diretens disimpan, dan yang bukan semata-mata karena hasil proses pertumbuhan Gagne, 1918. c. Lebih dari apa pengetahuan yang dipelajari siswa, siswa memperluas dimensi pengetahuan itu sampai mencakup lingkungannya, memberikan makna pada pengetahuan itu, menghasilkan merumuskan pengetahuan yang bersifat generatif. Perihal “Knowing Your Way Around. Brent Wilson, 1996. Definisi-definisi contoh a dan b merujuk pada apa yang terjadi di dalam diri pelajar. Pelajar menjadi obyek yang statis, tidak terperana, dan hasil belajar terbatas pada topik pengetahuan pelajaran. Definisi c mengerahkan bahwa siswa aktif, tidak saja dalam dirinya “didalam otaknya”tetapi juga aktif keluar menyentuh lingkungan topik dan diri dibawa atau dijadikan bagian dari lingkungan. Lingkungan pun dapat dilihat dari banyak konteks maka belajar adalah menghasilkan maka, sifatnya generatif dan membangun mengkontruksi dan pengajaran sendiri adalah hasil karya. Ini pandangan kaum kontruksionisme yang nyata implikasinya bagi maksud perancangan pembelajaran. Menurut pandangan ini mengajar bukan kegiatan guru yang menyampaikan informasi dan kegiatan murid yang menerima informasi itu secara proses cepat hasilnya, dari guru, atau dari buku saja, untuk disimpan murid untuk menghadapi ujian. Tingkah laku yang dimaksud dalam definisi belajar tersebut di atas adalah tingkah laku dalam pengertian umum. Tingkah laku bisa yang kasat mata tampak, bisa juga yang tidak kasat mata. Perubahan dalam diri si belajar, misalnya perubahan sikap yang berarti terjadinya reorganisasi internal pada waktunya mengejewantah dalam bentuk tingkah laku tampak juga. Selanjutnya definisi umum belajar ini mengandung arti bahwa perubahan tingkah laku itu bisa positif ke arah baik, bisa pula ke arah negatif. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam konteks pendidikan yang dimaksud adalah perubahan ke arah positif selaras dengan tujuan pendidikan, dan tujuan ini selaras dengan tata nilai yang berlaku dan dijunjung, nilai itu sendiri disesuaikan dengan keadaan masyarakat. 10 Salah satu teori belajar yang berkenaan dengan proses belajar yaitu teori Koneksionisme yang ditemukan dan dikembangkan oleh Edward L. Thorndike 10 Prof. Dr H. Muranda, MA, , Ensiklopedia Pendidikan, Malang : UM Press, 2001, cet 1 h. 20-22 18741949 berdasarkan eksperimen yang dilakukannya pada tahun 1890-an eksperimen ini menggunakan hewan-hewan terutama kucing untuk mengetahui fenomena belajar. Seekor kucing yang lapar ditempatkan dalam sangkar berbentuk kotak berjeruji yang dilengkapi dengan peralatan, seperti pengungkit, gerendel pintu, dan tali yang menghubungkan pengungkit dengan gerendel tersebut. Peralatan ini ditata sedemikian rupa sehingga memungkinkan kucing tersebut memperoleh makanan yang tersedia di depan sangkar tadi. 11 Keadaan bagian dalam sangkar yang disebut puzzle box peti teka-teki itu merupakan situasi stimulus yang merangsang kucing untuk bereaksi, mencoba- coba melepaskan diri dan memperoleh makanan yang ada di muka pintu. Mula- mula kucing tersebut mengeong, mencakar, melompat,dan berlari-larian, namun gagal membuka pintu untuk memperoleh makanan yang ada didepannya. Akhirnya entah bagaimana, secara kebetulan kucing itu berhasil menekan pengungkit dan terbukalah pintu sangkar tersebut. eksperimen puzzle box ini kemudian dikenal dengan nama instrumental conditioning. Artinya, tingkah laku yang dipelajari berfungsi sebagai instrumental penolong untuk mencapai hasil atau ganjaran yang dikehendaki. 12 Kemudian, dikatakan dalam bukunya Ngalim Purwanto bahwa percobaan tersebut diulang lagi. Tingkah laku kucing itupun pada mulanya sama seperti pada percobaan pertama. Hanya waktu yang diperlukan untuk bergerak kesana-kemari sampai dapat menekan pengungkit itu, menjadi makin singkat. Setelah diadakan tetapi langsung menyetuh pengungkit pintu dan langsung keluar untuk mendapatkan makanan. Jadi proses belajar menurut Thorndike melalui proses: 1 Trial and error mencoba-coba dan mengalami kegagalan, dan 12 Muhibin Syah, Op.Cit., h. 104 2 Law of effect, yang berarti bahwa segala tingkah laku yang berakibatkan suatu keadaan yang memuaskan cocok dengan tuntutan situasi akan diingat dan dipelajari dengan sebaik-baiknya. 13 Sehubungan dengan pendapat Thorndike mengenai proses belajar di atas penulis juga berpendapat selaras dengan hal itu bila dikaitkan dengan manusia, yakni ketika seseorang tidak dapat memecahkan suatu masalah, baru setelah individu yang belajar itu harus mengadakan percobaan-percobaan berulang kali baru seseorang tersebut dapat menemukan berbagai unsur dalam problem itu, sehingga akhirnya menemukan insight, dan belajar tersebut dapat lebih terbantu bila ia memperoleh suatu kepuasan disertai suatu perasaan senang dengan kegiatannya. Misalnya dalam kehidupan sehari-hari low of effect itu dapat terlihat dalam hal memberi penghargaanganjaran dan juga dalam hal memberi hukuman dalam pendidikan akan tetapi yang lebih memegang peranan dalam pendidikan adalah hal memberi penghargaanganjaran dan itulah yang dianjurkan.

2. Pengertian Prestasi