Dari model dihasilkan nilai koefisien determinasi sebesar 0,966. Hal ini menunjukkan bahwa 96,6 variasi variabel produksi daun teh kering telah dapat
dijelaskan oleh variabel tenaga kerja tanaman, tenaga kerja olah, pupuk urea, pupuk KCl, obat kleen up, obat repcord, obat Nordox, cangkang dan Listik, ,
sedangkan sisanya 3,4 dipengaruhi oleh faktor lain. Sementara itu, tingkat signifikansi input produksi tenaga kerja tanaman 0,003 lebih kecil dari α 0,05,
sehingga tenaga kerja tanaman berpengaruh nyata terhadap produksi teh. Untuk input produksi tenaga kerja pabrik, tingkat signifikansinya 0,08 lebih kecil lebih
besar dari α 0,05, sehingga tenaga kerja pabrik berpengaruh nyata terhadap produksi teh.
5.4.1 Efisiensi Harga
Efisiensi harga adalah kemampuan untuk menggunakan input produksi secara optimal pada tingkat harga input tertentu sesuai dengan besarnya Produksi
Marjinal PM yang dihasilkan. Dari persamaan diatas, maka nilai efisiensi harga pada setiap variabel bebas dapat dihitung sebagai berikut:
Tabel 11. Efisiensi Harga Faktor-faktor Produksi Sebelum dan Setelah Mekanisasi
No. Faktor
Produksi Efisiensi Harga
Perubahan Efisiensi
Sebelum Mekanisasi
Setelah Mekanisasi
1. TK. Tanaman - 0,69
3,51 Turun
2. TK. Pabrik 0,19
1,84 Turun
3. Pupuk Urea 1,80
0,52 Naik
4. Pupuk KCl - 1,64
0,46 Naik
5. Obat Kleen Up 7,69 3,54
Naik 6. Obat Repcord
15,77 -23,23
Turun
Universitas Sumatera Utara
7. Obat Nordox - 31,59
-3,57 Naik
8. Cangkang 57.422
20,82 Naik
9. Listrik 15.548
7,37 Naik
Sumber: Data diolah dari Lampiran 22 dan 23 Dari data yang diperoleh, dapat dihitung nilai efisiensi harga dari seluruh
input produksi yang digunakan di perkebunan Sidamanik. Nilai efisiensi harga tenaga kerja tanaman sebelum mekanisasi adalah – 0,69 1. Sedangkan efisiensi
tenaga kerja tanaman setelah mekanisasi adalah 3,51 1. Penggunaan input tenaga kerja tanaman sebelum mekanisasi lebih efisisien dibanding setelah
mekanisasi sehingga perlu dilakukan penambahan input tenaga kerja tanaman agar lebih efisien.
Hal ini terjadi karena jumlah penggunaan tenaga kerja tanaman sebelum mekanisasi mengakibatkan nilai Produksi Marjinal PM menjadi -63,93 pada
tingkat harga upah rata-rata Rp. 860.020bulan. Dibutuhkan pengurangan jumlah tenaga kerja tanaman agar tercapai keuntungan maksimum yaitu saat PM adalah
0. Sedangkan setelah mekanisasi, nilai PM menjadi 222,97 pada tingkat harga upah rata-rata Rp. 928.841bulan. Dibutuhkan lebih banyak tenaga kerja yang
harus ditambahkan daripada tenaga kerja yang harus dikurangi saat sebelum mekanisasi diterapkan.
Efisiensi harga tenaga kerja pabrik sebelum mekanisasi adalah sebesar 0,19 1. Sedangkan efisiensi tenaga kerja pabrik setelah mekanisasi adalah
sebesar 1,84 1. Penggunaan input tenaga kerja pabrik sebelum mekanisasi lebih efisien daripada setelah adanya mekanisasi. Agar lebih efisien lagi, maka input
tenaga kerja pabrik masih perlu ditambah untuk mencapai nilai efisien. Dalam hal
Universitas Sumatera Utara
ini perkebunan sudah melakukan penambahan tenaga kerja pabrik dengan menggunakan tenaga kerja harian lepas. Tenaga kerja harian lepas tersebut
ditempatkan dibagian-bagian yang sistem kerjanya tidak membutuhkan tanggung jawab yang besar seperti pada proses pelayuan daun teh dan juga pada proses
pengangkutan teh basah ke pabrik. Penurunan efisiensi tenaga kerja pabrik terjadi karena jumlah penggunaan
tenaga kerja pabrik sebelum mekanisasi mengakibatkan nilai PM menjadi 11,07 pada tingkat harga upah rata-rata Rp. 536.485bulan. Dibutuhkan pengurangan
jumlah tenaga kerja tanaman agar tercapai keuntungan maksimum yaitu saat MP adalah 0. Sedangkan setelah mekanisasi, nilai PM menjadi 277,44 pada tingkat
harga upah rata-rata Rp. 1.776.989bulan. Dibutuhkan lebih banyak tenaga kerja yang harus ditambahkan daripada tenaga kerja yang harus dikurangi saat sebelum
mekanisasi diterapkan. Penggunaan input produksi pupuk juga tidak efisien. Efisiensi harga
pupuk Urea sebelum mekanisasi adalah sebesar 1,8 1. Sedangkan efisiensi setelah mekanisasi adalah sebesar 0,52 .1. Dengan demikian, penggunaan input
pupuk urea setelah mekanisasi menjadi lebih efisien daripada sebelum mekanisasi. Maka penggunaan input pupuk urea perlu untuk dikurangi.Efisiensi harga pupuk
KCl sebelu mekanisasi adalah sebesar -1,64 1, sedangkan efisiensi harga pupuk KCl setelah mekanisasi adalah sebesar 0,47. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
penggunaan input pupuk KCl semakin efisien setelah mekanisasi. Tetapi penggunaannya perlu untuk dikurangi. Pupuk urea dan pupuk KCl yang dipakai
selama ini berlebih karena tanaman teh yang ada di perkebunan adalah tanaman yang sudah tua dimana kebutuhannya untuk pupuk semakin bertambah. Dengan
Universitas Sumatera Utara
demikian perlu dilakukan tanam ulang untuk mendapatkan tanaman muda dan mengurangi jumlah pemakaian pupuk secara berangsur-angsur.
Penggunaan input obat-obatan belum efisien. Efisiensi harga input obat Kleen Up sebelum mekanisasi adalah sebesar 7,69 1. Sedangkan efisiensi harga
obat Kleen Up setelah mekanisasi adalah sebesar 3,54. Penggunaan input obat Keen Up semakin efisien setelah mekanisasi. Perlu ditambahi agar mencapai nilai
yang lebih efisien. Fungsi obat Kleen Up adalah untuk memberantas gulma dan alang-alang berdaun sempit. Penggunaan obat tergantung dengan kondisi di
lapangan. Penggunaan obat Repcord dan obat Nordox 86 WG tidak efisien. Efisiensi harga obat Repcord sebelum mekanisasi adalah sebesar 15,77 1.
Sedangkan efisiensi harga obat Repcord setelah mekanisasi adalah sebesar -23,23. Penggunaan input obat Repcord sebelum mekanisasi lebih efisien daripada
penggunaan obat Repcord setelah mekanisasi. Penggunaannya perlu untuk dikurangi agar mencapai nilai efisien. Fungsi dari obat Repcord adalah mencegah
penyakit tanaman, khususnya pada penyakit daun teh. Efisiensi harga obat Nordox 86 WG sebelum mekanisasi adalah -31,59 1. Sedangkan efisiensi harga setelah
mekanisasi panen adalah sebesar -3,57. Penggunaan input obat Nordox 86 WG sebelum mekanisasi lebih efisien daripada setelah mekanisasi dan penggunaannya
juga perlu untuk dikurangi agar mencapai nialai efisien. Obat Nordox 86 WG adalah fungisida yang berfungsi untuk mencegah penyakit tanaman.
Efisiensi harga cangkang sebelum mekanisasi adalah sebesar 57.422 1. Sedangkan efisiensi haga cangkang setelah mekanisasi adalah sebesar 20,82.
Penggunaan input cangkang semakin efisien setelah mekanisasi. Perlu mengurangi penggunaan cangkang untuk mencapai nilai efisien. Cangkang
Universitas Sumatera Utara
dimanfaatkan sebagai sumber panas saat proses pelayuan teh basah. Efisiensi harga listrik sebelu mekanisasi adalah sebesar 15.548 1. Sedangkan efisiensi
harga listrik setelah mekanisasi adalah sebesar 7,37 1. Penggunaan input listrik semakin efisien setelah mekanisasi tetapi penggunaan input listrik harus dikurangi
untuk mencapai nilai efisien. Perkebunan sendiri memiliki kebijakan penghematan terhadap penggunaan listrik yaitu dengan memiliki pembangkit
tenaga listrik sendieidalam menjalankan proses produksi.
5.4.2 Efisiensi Teknik