Komposisi produksi teh Indonesia untuk high grown tea adalah 20 dari total prduksi, medium grown 50 dan low grown sebesar 30. Untuk jenis grade
yang ditawarkan Indonesia memproduksi 56 broken grade, 40 small grade dan 4 sisanya yaitu leafy grade Lembaga Riset Perkebunan Indonesia, 2004.
2.2. Landasan teori
Produksi
a. Fungsi Produksi Teori produksi yang sederhana menggambarkan tentang perkaitan antara
tingkat produksi sesuatu barang dengan jumlah input produksi yang digunakan untuk menghasilkan berbagai tingkat produksi barang tersebut. Dalam analisis
tersebut dimisalkan bahwa 1 input produksi seperti tenaga kerja merupakan satu- satunya faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya sedangkan faktor-faktor
produksi lainnya seperti modal, tanah dan teknologi dianggap tidak mengalami perubahan Sukirno, 2000.
Hasil lebih yang semakin berkurang law of diminishing return merupakan sesuatu hasil yang tidak dapat dipisah-pisahkan dari teori produksi.
Hukum tersebut menjelaskan sifat pokok dari perkaitan antara tingkat produksi dan input produksi yang digunakan untuk mewujudkan produksi tersebut. Law of
diminishing return menyatakan apabila faktor produksi yang dapat diubah
jumlahnya terus-menerus ditambah sebanyak 1 unit, maka mulanya produksi total akan semakin banyak pertambahannya, tetapi sesudah mencapai suatu tingkat
tertentu produksi tambahan akan semakin berkurang dan akhirnya akan mencapai negatif dan ini menyebabkan pertambahan produksi total semakin lambat dan
akhirnya ia mencapai tingkat maksimum kemudian menurun Sukirno, 2000.
Universitas Sumatera Utara
Dengan demikian pada hakekatnya law of diminishing return menyatakan bahwa perkaitan antara tingkat produksi dan jumlah suatu input produksi yang
digunakan dapat dibedakan dalam tiga tahap yaitu : a.
Tahap pertama : produksi total mengalami pertambahan yang semakin cepat, b.
Tahap kedua : produksi total pertambahannya semakin lama semakin kecil c.
Tahap ketiga : produksi total semakin lama semakin berkurang Hukum law of diminishing return dapat dilihat pada kurva berikut:
TP
TP
i Total Produksi
ii
Tahap I Tahap II Tahap III MP dan AP input Produksi Input Produksi
AP Input Produksi MP
Gambar 1. Kurva Total Produksi, Produksi Rata-Rata dan Produksi Marginal
Universitas Sumatera Utara
Gambar 1 menunjukkan hubungan diantara jumlah produksi dan jumlah input produksi yang digunakan untuk menghasilkan produksi tersebut. Bentuk
total produksi cekung keatas apabila input produksi masih sedikit digunakan tahap 1. Ini berarti input produksi adalah masih kekurangan dibandingkan
dengan input produksi lainnya yang dianggap tetap jumlahnya Salvatore, 2001. Dalam keadaan seperti itu produksi marginal bertambah tinggi dan sifat ini
dapat dilihat pada kurva MP. Selanjutnya pertambahan penggunaan input produksi tidak akan menambah produksi total secepat seperti sebelumnya.
Keadaan ini digambarkan i kurva total produksi TP yang terus menurun dan ii kurva total produksi yang mulai cembung keatas. Sebelum input produksi
digunakan pada tahap kedua, MP adalah lebih tinggi daripada AP. ,maka kurva AP bertambah tinggi. Pada saat input produksi bertambah ketahap II kurva MP
memotong kurva AP. Sesudah perpotongan tersebut kurva AP menurun kebawah yang menggambarkan bahwa AP semakin bertambah sedikit. Perpotongan antara
kurva AP dan kurva MP adalah menggambarkan permulaan dari tahap kedua. Pada keadaan ini AP mencapai tingkat yang paling tinggi. Pada tahap kedua,
penggunaan input produksi dikatakan efisien karena jumlah input produksi yang digunakan sesuai dengan hasil produksi yang maksimal Sukirno, 2000.
Pada tahap ketiga dimana kurva MP memotong sumbu datar dan sesudahnya kurva tersebut dibawah sumbu datar. Keadaan ini menggambarkan
bahwa MP mencapai angka negatif. Kurva Total Produksi TP mulai menurun pada tingkat ini, yang menggambarkan bahwa produksi total semakin berkurang
apabila lebih banyak lagi input produksi yang digunakan. Keadaan pada tahap ketiga ini menggambarkan bahwa input produksi yang digunakan adalah jauh
Universitas Sumatera Utara
melebihi daripada yang diperlukan untuk menjalankan kegiatan produksi tersebut secara efisien Sukirno, 2000.
b. Pengaruh Teknlogi Terhadap Produksi Y
C
B TP’
TP
X Gambar 2. Perubahan Kurva TP Akibat Pengaruh Teknologi Terhadap
Produksi
Pada Gambar 2 diatas, sumbu X adalah skala kuantitas tenaga kerja sedangkan pada sumbu Y adalah kuantitas output. Bila teknologi berubah maka
produktivitas setiap satuan tenaga kerja akan naik sehingga produksi yang dihasilkan menjadi naik juga. Kenaikan produksi ini dapat dilihat dari pergeseran
kurva fungsi produksi dari TP menjadi TP’ seperti gambar diatas. Ada 3 hal yang dapat dilihat dari kurva diatas yaitu yang pertama, produksi rata-rata dari setiap
satuan produksi menjadi meningkat. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan lereng garis yang menuju salah satu titik kurva pada kuantitas tenaga kerja yang sama.
Yang kedua, produksi marjinal setiap satuan tenaga kerja juga naik. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan lereng kedua kurva pada titik penggunaan tenaga kerja
yang sama dan yang ketiga adalah letak puncak kurva TP’ lebih tinggi daripada kurva TP Salvatore, 2001.
Universitas Sumatera Utara
c. Hubungan Fungsi Produksi Dengan Fungsi Biaya
Y TP’
TP
X Y
MP AP X Rp
MC AC
AVC
MC’
Gambar 3. Hubungan Antara Fungsi Produksi Dengan Fungsi Biaya
Universitas Sumatera Utara
Dari kurva diatas dapat dilihat bahwa kurva AVC mula-mula menurun sampai mencapai titik minimum pada saat AP maksimum, kemudian
naik mendekati kurva AC namun tidak pernak bersentuhan karena kurva AFC terus menurun. Kemudian AC terus menurun sampai mencapai
titik minimum, setelah itu naik terus. Kurva MC pada awalnya juga menurun hingga mencapai titik minimum. Kurva MC berbanding terbalik dengan
kurva MP. Saat MC turun hingga titik minimum maka MP mencapai titik puncak dan kemudian berangsur menurun dan kurva MC semakin naik. Selanjutnya
kurva MC naik dan memotong kurva AVC dan AC pada saat keduanyaminimum dan setelah itu nilai MC lebih besar dari AC dan AVC. Saat kurva AP maksimum,
maka kurva AVC akan turun hingga mencapai nilai minimum dan sebaliknya, bila AP menurun maka AVC akan naik. Hubungan yang sama juga berlaku antara
kurva MP dengan kurva MC Salvatore, 2001.
Efisiensi
Efisiensi merupakan suatu cara yang digunakan dalam proses produksi dengan menghasilkan output yang maksimal dengan menekan
pengeluaran produksi serendah-rendahnya terutama bahan baku atau dapat menghasilkan output produksi dengan sumberdaya yang terbatas.
Dalam kaitannya dengan efisiensi ini, dikenal adanya konsep efisiensi teknik technical efficiency, efisiensi harga price efficiency dan efisiensi ekonomi
economic efficiency Doll, 1984. Efisiensi teknik technical efficiency adalah rasio penggunaan input pada
tingkat output tertentu. Efisiensi harga price efficiency adalah kemampuan untuk menggunakan input secara optimal dan proporsi pada tingkat harga input tertentu.
Universitas Sumatera Utara
efisiensi ekonomi economic efficiency adalah besaran yang menunjukkan perbandingan antara keuntungan yang sebenarnya dengan keuntungan
maksimum. Secara matematik, hubungan antara efisiensi teknik, efisiensi harga dan efisiensi ekonomi adalah efisiensi ekonomi EE = efisiensi teknik ET
x efisiensi harga EH Soekartawi, 1994. Y
S P
A R Q
Q’ Ś Á
O X Gambar 4. Kurva Efisiensi Unit Isoquant
SŚ adalah kurva isoquant yang menunjukkan kombinasi penggunaan jumlah input untuk tingkat output tertentu. Apabila ditarik garis OP yang
menunjukkan jumlah penggunaan input persatuan output, maka akan memotong kurva SŚ di titik Q. QP adalah kelebihan penggunaan faktor produksi. Dengan
demikian tingkat efisiensi teknik ditunjukkan dari perbandingan OQ dengan OP. Saat ditarik garis AÁ yang menunjukkan harga input, maka akan memotong garis
P di titik R dan kurva SŚ dititik Q’ yang menunjukkan titik penggunaaan input untuk mendapatkan output pada biaya paling rendah. Dengan demikian, efisiensi
harga ditunjukkan dari perbandingan OR dengan OQ. Maka efisiensi ekonomi adalah OQOP.OROQ yaitu OROP Soekartawi, 1994.
Universitas Sumatera Utara
Dalam pencapaian efisiensi teknik, harus dapat mengalokasikan faktor produksi sedemikian rupa sehingga produksi yang tinggi dapat dicapai.
Bila petani atau perusahaan mendapatkan keuntungan yang besar dari usaha taninya, maka hal ini dapat dikatakan mengalokasikan faktor produksinya
secara efisiensi harga. Efisiensi harga dan efisiensi teknik dapat dilakukan secara bersamaan dengan cara jika perusahaan atau petani mampu meningkatkan
produksinya dengan tinggi dengan harga faktor produksi yang dapat ditekan tapi mampu menjual produksinya dengan harga tinggi. Situasi demikian sering
disebut dengan efisiensi ekonomi. Dengan kata lain, petani atau perusahaan mampu menjalankan efisiensi teknik, efisiensi harga dan efisiensi ekonomi
secara bersamaan Soekartawi, 1994.
2.3 Kerangka Pemikiran