23 berkembang, sampai saat ini menjadi warisan budaya yang hadir secara turun
temurun. Kesenian Dolalak mampu memberikan berbagai manfaat pada masyarakat serta mempunyai beberapa pengaruh dalam kehidupan masyarakat
Kabupaten Purworejo.
4. Kesenian Dolalak
Seni adalah produk sosial Setiadi: 2006, artinya hampir disetiap penjuru kota mempunyai kesenian yang dijadikan identitas daerahnya masing-masing. Hal
tersebut terjadi karena seni berangkat dari suatu keadaan dimana seni tersebut tumbuh dalam lingkungan etnik yang berbeda satu sama lain Sedyawati: 1981.
Dolalak merupakan salah satu kesenian yang menjadi produk sosial pemerintah Purworejo. Menurut Bastomi 1988: 6
bahwa “seni menunjukkan gambaran tentang keadaan penciptanya, masyarakatnya, dan bangsanya”. Mengacu pada
pendapat tersebut, disimpulkan bahwa, hasil dari penciptaan sebuah karya seni tidak dapat lepas dari komunitas kehidupan masyarakat yang memiliki berbagai
aktivitas. Selain itu kesenian juga merupakan hasil ekspresi dari kehidupan masyarakat yang menghasilkan karya terdiri dari berbagai bentuk yang dapat
memberikan perasaan suka maupun duka pada seseorang. Mengacu dari pendapat Setiadi bahwa kesenian merupakan hasil ekspresi
dari kehidupan masyarakat. Setiap masyarakat di daerah satu dengan yang lain memiliki kesenian masing-masing. Pada masyarakat desa Kaliharjo, kabupaten
Purworejo terdapat sebuah kesenian yang tumbuh dan berkembang dari tahun 1915 sampai sekarang kemudian diberi nama kesenian Dolalak. Kesenian Dolalak
merupakan salah satu kesenian yang berasal dari Kabupaten Purworejo sebagai
24 sebuah akulturasi budaya Barat Belanda dan Timur Jawa. Menurut
Moelyohadiwinoto 1993, bahwa Dolalak merupakan kesenian yang diilhami dari kegiatan para serdadu Belanda saat berbaris atau berlatih kemiliteran maupun saat
beristirahat yaitu berdansa dan menyanyi yang kemudian ditirukan oleh masyarakat setempat.
Diawali oleh ketiga orang santri yang menjadi kreator kesenian tersebut kemudian menirukan gerak dansa serdadu Belanda dengan proses eksternalisasi
Mahsun: 2012 . Ketiga orang santri tersebut berasal dari Sejiwan, Kecamatan Loano, Kabupaten Purworejo, yaitu Rejotaruno, Duliyat, dan Ronodimejo.
Bastomi 1986, berpendapat bahwa seni tradisi rakyat berasal dari improvisasi dan spontanitas sekelompok orang, lahir di tengah masyarakat, tidak diketahui
penciptanya yang kemudian dilakukan berulang-ulang sehingga menjadi suatu kebiasaan. Gerak dansa dan pencak silat para serdadu Belanda diamati dan
ditirukan oleh ketiga orang santri tersebut sehingga menjadi suatu bentuk kesenian yang utuh. Akhirnya, kesenian Dolalak diciptakan oleh ketiga orang santri
tersebut dengan mengadopsi gerakan dari tentara Belanda, yaitu dansa, pencak silat, dan bernyanyi Siswoyo: 2006.
Penamaan Dolalak diambil dari tangga nada lagu yang dinyanyikan untuk mengiringi geraknya yaitu do-la-la Siswoyo: 2006. Ucapan do-la-la, yaitu lagu
1-6-6 oleh masyarakat Purworejo ditirukan menjadi Ndolalak lidah Jawa, termasuk juga meniru gerak-gerak serdadu Belanda dan bentuk atau motif
busananya Depdikbud: 19921993. Masyarakat setempat sering menyebut kesenian Dolalak dengan nama lain yaitu Jidhur Agus: 2012. Nama Jidhur