57 keimanan agama Islam. Prihartini 2007, menjelaskan bahwa Islam Kejawen
lebih cenderung ke arah mistik, yang bercampur dan diakui sebagai agama Islam. Pengaruh Islam Kejawen masih sangat kental, hal itu ditandai dengan
adanya kepercayaan mistik yang timbul melalui kesenian Dolalak di Desa Kaliharjo. Mereka mempercayai bahwa dengan memasukkan bumbu mistik dalam
kesenian tersebut akan mendekatkan hubungan alam semesta dengan pribadi manusia. Hal ini sependapat dengan Koentjaraningrat 1995, bahwa manusia
hidup tidak lepas dengan apapun yang ada di alam jagad ini. Kesenian Dolalak merupakan kesenian yang sudah sejak tahun 1915 ada
dan berkembang di Desa Kaliharjo. Oleh karena itu, kesenian Dolalak tidak terlepas dari leluhur-leluhur yang ada di Desa Kaliharjo. Masyarakat Desa
Kaliharjo menganggap keberadaan roh leluhur tersebut memang ada. Namun demikian, warga Desa Kaliharjo tetap menjalankan perintah agama dan
menganggap bahwa keberadaan roh leluhur tidak merupakan perbuatan musrik. Oleh sebagian orang atau pelaku-pelaku kesenian tertentu, kesenian
Dolalak bisa dijadikan untuk laku spiritual, akan tetapi tidak semua orang beranggapan bahwa kesenian Dolalak seperti itu. Menurut kepercayaan masing-
masing orang, roh leluhur tersebut dapat mendatangkan kesuksesan, kebahagiaan, ketentraman, keselamatan, dan kesehatan. Masyarakat Desa Kaliharjo menyebut
roh leluhur itu dengan sebutan Indang. Kesenian Dolalak dipercaya sebagai perantara atau media untuk mendatangkan Indang guna menyampaikan pesan-
pesan yang positif bagi masyarakat melalui penari yang sedang trance.
58
e. Adat Istiadat
Dalam masyarakat Jawa, adat merupakan sebuah ketetapan atau tradisi dari nenek moyang yang sudah ada dan sangat sulit jika diubah keberadaannya
Koentjaraningrat, 1995. Masyarakat Desa Kaliharjo masih menghargai dan mempertahankan adat istiadat yang sejak dulu diwariskan oleh leluhur mereka.
Mereka percaya bahwa jika warga masyarakat ingin hidup tentram tidak ada gangguan, maka harus melakukan sesuatu untuk mempengaruhi alam semesta
seperti berprihatin, berpuasa, berpantang melakukan perbuatan serta makan- makanan tertentu, berselamatan, dan bersaji Koentjaraningrat: 1995.
Berselamatan dan bersaji kerap kali dilakukan oleh masyarakat Desa Kaliharjo di waktu-waktu tertentu dalam peristiwa kehidupan sehari-hari. Masyarakat Desa
Kaliharjo masih mempertahankan adat istiadat seperti Saparan, Suranan, Kliwonan, Muludan, Selikuran, Punggahan, Pudunan, Rejeban, dan lain-lain.
1 Saparan
Tradisi saparan biasanya dilakukan oleh masyarakat Desa Kaliharjo untuk mengadakan selamatan kepada orang yang lahir pada bulan Sapar. Selamatan itu
dilakukan selama orang tersebut belum berkeluarga. Alasan dilakukannya tradisi tersebut adalah untuk memohon kesehatan dan keselamatan bagi orang yang lahir
pada bulan Sapar. Tidak semua masyarakat Desa Kaliharjo mengadakan selamatan tersebut,
namun hanya orang tertentu saja yang lahir pada bulan Sapar. Setiap bulan Sapar pada malam kelahirannya keluarga dari orang tersebut membuat besekan yang
59 berisi nasi sayur lengkap dengan lauk pauk, kemudian mengumpulkan tetangga
dan sanak saudara untuk mengadakan kenduri dan doa bersama dirumah orang yang mengadakan selamatan tersebut.
2 Kliwonan
Kliwonan selalu dilaksanakan setiap bulan pada malam Jum’at Kliwon.
Warga desa Kaliharjo yang terdiri dari 4 dusun mengadakan acara kenduri bersama yang dilakukan di balai desa. Pada pagi hari sebelum acara kenduri,
semua masyarakat desa Kaliharjo datang ke makam sesepuh mereka untuk membersihkannya dan berdoa. Tradisi Kliwonan tersebut biasanya disertai dengan
pembacaan surat Yasin untuk mengirim doa kepada keluarga mereka yang sudah menginggal.
Koentjaranigrat 1995 mengatakan bahwa orang Jawa sangat menghormati arwah orang meninggal dunia, terutama kalau orang itu
keluarganya. Tradisi Kliwonan tersebut dilakukan guna untuk menolong keselamatan roh nenek moyang di alam akhirat dengan mendoakannya. Selain itu
kita yang masih diberi umur panjang agar senantiasa bersyukur dan selalu berbuat kebaikan.
3 Suranan
Tradisi Suranan dilakukan masyarakat desa Kaliharjo saat bulan Sura pada tanggal 27 menurut penganggalan Jawa. Semua warga Desa Kaliharjo akan
membuat kenduri menggunakan cething yang berisi nasi sayur dan lauk pauk. Selain nasi sayur dan lauk pauk, setiap warga juga diwajibkan untuk membuat
60 pelas tawon yang nantinya akan disertakan dalam cething tersebut. Kenduri
dilakukan oleh kepala keluarga. Semua kepala keluarga berkumpul di musholla Desa Kaliharjo mengadakan kenduri yang nantinya akan dibacakan doa. Setelah
acara syukuran selesai, cething yang telah dibawa tersebut ditukar-tukarkan dengan warga yang lain. Hal semacam ini dimaksudkan agar saling berbagi antar
warga.
4 Muludan
Muludan dilaksanakan setiap tanggal 12 Mulud yang dimaksudkan untuk memperingati Hari Maulud Nabi Muhammad SAW. Muludan diperingati di balai
desa Kaliharjo yang akan diikuti oleh seluruh kepala keluarga di Desa Kaliharjo. Desa Kaliharjo terdiri dari 4 Dusun, namun hanya 3 dusun saja yang mengikuti
acara Muludan di balai desa yaitu Dusun Tengahan, Dusun Krajan, dan Dusun Jeruk Purut. Sedangkan Dusun Kedungrejo tidak melakukan acara Muludan di
balai desa dengan alasan letaknya yang agak jauh dengan balai desa. Pada acara Muludan, semua warga masyarakat di Desa Kaliharjo membuat
kenduri. Pada saat kenduri, bapak-bapak diwajibkan membawa cethingan yang berisi nasi sayur dan lauk pauk. Hal yang wajib dalam kenduri Muludan ini yaitu
seluruh kepala keluarga diharuskan membuat sapet. Sapet yaitu ayam yang dijapit dengan bambu. Setiap kepala keluarga diwajibkan membuat 4 sapet, yang
nantinya akan dikumpulkan pada saat acara kenduri. Sapet yang telah didoakan akan dibagikan kepada perangkat Desa Kaliharjo mulai dari Kepala Desa hingga
Ketua RT.