Tempat Pertunjukan Bentuk Penyajian Kesenian Dolalak

97 Kesenian Dolalak masih menggunakan kostum yang sederhana tanpa menggunakan make up mengingat kondisi ekonomi masyarakat pada saat itu masih sulit. Kesenian Dolalak masih cukup dipentaskan di pendopo atau emperan rumah penduduk, dengan posisi penari menghadap pemusik. Pertunjukannya belum menggunakan sound dan masih menggunakan penerangan seadanya yang berupa lampu neon. Pada tahun 1949 Kesenian Dolalak lambat laun mulai mengalami penurunan karena situasi perang di Indonesia diantaranya disebabkan oleh peristiwa Agresi Belanda II. Terjadi peperangan antara masyarakat Purworejo yang dahulu bergabung dengan Tentara Nasional Indonesia TNI dengan tentara Belanda. Akibat peristiwa tersebut kemudian banyak anggota dari Kesenian Dolalak yang ikut berperang dan sebagian lain memilih untuk pindah mengungsi ketempat-tempat yang dianggap aman. Kesenian Dolalak kembali bangkit kembali setelah berakhirnya perlawanan tersebut tahun 1950. Pada awal kemunculannya Kesenian Dolalak masih belum menggunakan trance. Hal itu masih dirasa kurang memuaskan grup Kesenian Dolalak di Desa Kaliharjo, sampai akhirnya Ahmad Dimejo belajar untuk mendatangkan Indang dari seorang paranormal yang bernama Mbah Somo dari Desa Sidomulyo Wawancara dengan bapak Eko Marsono pada tanggal 27 Februari 2016. Pada tahun 1960 an Kesenian Dolalak semakin berkembang di wilayah Purworejo. Hal itu ditandai dengan munculnya grup-grup kesenian dari 3 kelompok menjadi 8 kelompok kesenian di setiap kecamatan dalam kurun waktu 98 1960 hingga 1970 an Agus: 2012. Sebelum tahun 1968 Kesenian Dolalak ditarikan oleh penari laki-laki dewasa yang sudah menikah, namun sempat mengalami penurunan karena peristiwa pemberontakan G 30 SPKI. Kondisi yang demikian membuat banyak para penari dan pemain musik dalam Kesenian Dolalak yang ikut berperang memberantas PKI di wilayah Purworejo. Pada tahun 1970 an Kesenian Dolalak kembali hidup dan berkembang, hal itu ditandai dengan bertambahnya grup Kesenian Dolalak yang ada menjadi 77 kelompok ada tahun 1974 Agus: 2012. Pada dekade 1970 ketika pemerintah mulai menggalakkan kesenian daerah sebagai aset wisata dan mulai ada campur tangan dari pemerintah dan pembinaan. Maka atas prakarsa dari Bupati Soepanto 1975 yang menganjurkan kaum wanita bisa menjadi penari Kesenian Dolalak mendapat respon yang positif. Sehingga pada tahun tersebut Kesenian Dolalak mulai ditarikan oleh penari perempuan. Dengan ditarikan oleh perempuan Kesenian Dolalak dirasa lebih menarik dan lebih memiliki daya jual. Terbukti pada saat itu Kesenian Dolalak sering ditampilkan pada acara-acara khusus seperti perayaan hari besar nasional, penyambutan tamu penting, dan acara-acara formal yang diadakan di pendopo Kabupaten Purworejo. Sejak saat itu hampir setiap grup Kesenian Dolalak di Purworejo, penarinya diperankan oleh perempuan. Di wilayah Kaligesing, Kesenian Dolalak putri mulai muncul pertama kali diawali dari Dusun Tileng, Desa Kaligono, Kecamatan Kaligesing pada tahun 1974. Pada tahun 1975 Kesenian Dolalak putri dipentaskan pada acara Peresmian TMII oleh Bu Tien Suharto di Taman Mini Indonesia Indah. Hal itu dijelaskan oleh Ibu Sri Maryati, seorang penari Dolalak putri pertama kali di wilayah