81 menunjukkan sebagian siswa belum memiliki
ketertarikan yang kuat
terhadap pembelajaran matematika.
C. Perbandingan Efektivitas Model Pembelajaran Generatif dengan Model
Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Pembelajaran Matematika Materi Prisma dan Limas Ditinjau dari Prestasi Belajar Siswa
Penerapan model pembelajaran generatif lebih efektif dalam meningkatkan prestasi belajar pada materi prisma dan limas dibandingkan dengan model
pembelajaran berbasis masalah. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata skor posttest kelas eksperimen pertama yang menggunakan model pembelajaran generatif
mencapai 7,97 melebihi KKM, sedangkan rata-rata nilai posttest kelas eksperimen kedua yang yang hanya mencapai 6,2 di bawah nilai KKM.
Model generatif lebih efektif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi prisma dan limas karena model ini mengakomodasikan dan
mengasimilasikan antara pengalaman ataupun pengetahuan yang dimiliki dengan informasi baru yang diperoleh, sehingga akan semakin mendukung proses
konstruksi pengetahuan siswa. Pada proses asimilasi, apabila siswa menerima informasi atau pengalaman baru maka informasi tersebut akan dimodifikasi
sehingga cocok dengan struktur kognitif yang telah dimilikinya. Sebaliknya, pada proses akomodasi struktur kognitif yang sudah dimiliki siswa harus disesuaikan
dengan informasi yang diterima. Langkah-langkah pada model pembelajaran generatif akan mempermudah
siswa dalam memecahkan permasalahan matematika karena siswa tidak langsung
82 dihadapkan dengan permasalahan nyata, namun siswa mengenal konsep terlebih
dahulu sebelum mengaplikasikan konsep. Berdasarkan amatan yang dilakukan peneliti bersama rekan peneliti
terhadap keseluruhan aktivitas yang terjadi selama proses belajar mengajar dengan model pembelajaran berbasisis masalah, terdapat beberapa hal yang menyebabkan
model pembelajaran berbasis masalah tidak efektif, antara lain:
a. Beberapa kelompok berdiskusi tanpa melibatkan seluruh anggota kelompoknya,
karena saat diskusi kelompok berjalan masih ada beberapa siswa yang mengobrol dengan temannya dimana topic pembicaraan bukanlah materi dalam LKS.
b. Komunikasi antar anggota dalam kelompok belum maksimal, ini ditunjukkan dengan
adanya siswa yang menyelesaikan LKS secara individu dan jika mengalami kesulitan bukan berusaha mendiskusikan dengan kelompoknya tetapi malah bertanya
kepada kelompok lain. Hal tersebut diakibatkan karena siswa belum terbiasa menyelesaikan suatu permasalahan melalui diskusi.
c. Siswa masih takut dan malu untuk maju menuliskan hasil diskusi untuk selanjutnya
dipresentasikan di depan kelas. Sehingga peneliti harus menunjuk perwakilan kelompok untuk maju. Siswa merasa takut jika hasil penyelesaian LKS salah atau
kurang tepat dan merasa malu jika harus berbicara di depan teman-temannya.
83
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut:
1. Penerapan model
pembelajaran generatif
efektif digunakan
dalam pembelajaran matematika materi prisma dan limas ditinjau dari prestasi belajar
siswa. Hal ini ditunjukkan dengan nilai rata-rata posttest yang mencapai 7.9 lebih besar dari 7,5KKM.
2. Penerapan model pembelajaran berbasis masalah dinyatakan tidak efektif digunakan dalam pembelajaran matematika materi prisma dan limas ditinjau
dari prestasi belajar siswa. Hal ini ditunjukkan oleh hasil rata-rata posttest sebesar 6,2 yang lebih kecil dari 7,5 KKM.
3. Model pembelajaran generatif lebih efektif dibandingkan dengan model pembelajaran berbasis masalah pada pembelajaran matematika materi prisma
dan limas ditinjau dari prestasi belajar siswa.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, penulis memberikan beberapa saran sebagai berikut:
1. Bagi Sekolah Sekolah hendaknya memberikan dukungan dan memfasilitasi guru dalam hal
penggunaan model pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika.
2. Bagi Guru a. Guru hendaknya melakukan berbagai persiapan yang dibutuhkan dalam
proses pembelajaran, seperti bahan ajar, media pembelajaran, dan