49
Di bidang seni, para seniman renaissans mencoba untuk melakukan imitasi terhadap alam di dalam karya-karya mereka. Gerakan seni yang mereka usung disebut
dengan naturalisme, yaitu gerakan seni yang mencoba untuk mencitrakan kembali apa yang ada di alam seperti aslinya. Semakin persis karya mereka dengan apa yang ada di
alam maka mereka menganggap karya mereka semakin berhasil. Pada saat yang sama, suatu standar artistik yang baru mencerminkan suatu sikap pemikiran yang juga baru
dimana manusia ditempatkan sebagai pusat perhatian atau “pusat dari segala hal dan ukuran”. Gaya renaissans di bidang seni rupa dikembangkan oleh para pelukis Fiorentina
abad 15. Ada dua hal penting yang mereka kembangkan di bidang seni rupa. Yang pertama adalah teknik melukis yang didasarkan pada pemahaman terhadap perspektif, aspek
geometris dari ruang, dan teknik pencahayaan. Yang kedua, perhatian tergadap gerak dan struktur anatomi. Lukisan realistis dari manusia yang tidak mengenakan pakaian menjadi
ciri utama dari karya-karya seniman Italia pada masa renaissans.
Pada akhir abad ke-15, para seniman dan ilmuwan Italia telah menguasai teknik baru untuk melakukan penelitian keilmuan terhadap dunia yang ada di sekitar mereka dan
telah siap untuk mencapai bentuk-bentuk baru dalam ekspresi kreatif. Kondisi ini menandai masa kejayaan renaissans yang ditandai oleh karya tiga seniman sekaligus
ilmuwan terkemuka, yaitu leonardo da Vinci 1452-1519, Raphael 1483-1520, dan Michaelangelo 1475-1564. Leonardo da Vinci menjadi contoh ideal dari ilmuwan
renaissans. Sebagai ilmuwan ia adalah seorang generalis yang mempelajari segala hal, termasuk juga tubuh manusia. Tujuannya dalam mempelajari segala hal adalah untuk
mengetahui bagaimana cara alam bekerja. Raphael di usia dua puluh lima tahun telah dikenal sebagai salah satu pelukis Italia yang terbaik. Kehebatannya sebagai seniman
diakui melalui karya-karyanya tentang Madonna. Di dalam karya-karya itu ia berusaha melampaui standard manusia di jamannya tentang keindahan. Sedangkan Michaelangelo
dikenal sebagai seorang pelukis, pematung, dan arsitek. Michaleangelo dipengaruhi oleh neoplatonisme, yang melihat keindahan tubuh manusia sebagai refleksi keindahan
keilahian.
IV. REFORMASI GEREJA
Sepanjang paruh kedua abad ke-15 gagasan renaissans yang muncul di Italia menyebar ke negara-negara Eropa lainnya. Di Eropa utara gagasan renaissans mulai menyentuh agama
Kristen dan disebut dengan Kristen humanisme. Tujuan utama dari Kristen humanisme ialah melakukan reformasi terhadap agama Kristen. Para humanis Kristen meyakini
kemampuan manusia untuk berpikir secara rasional dan memperbaiki kehidupan mereka sendiri melalui pendidikan. Menurut mereka untuk mengubah masyarakat pertama-tama
mereka harus mengubah manusia yang membentuk masyarakat tersebut.
Tokoh humanis Kristen yang paling terkemuka adalah seorang cendikiawan Belanda yang bernama Desiderius Erasmus 1466-1536. Tokoh ini ialah orang yang
merumuskan dan mempopulerkan program reformasi kaum humanis Kristen. Erasmus menyebut konsepsinya tentang agama sebagai Filsafat Kristen. Dalam konsepsinya ia
menyatakan bahwa kekristenan hendaknya menjadi panduan kehidupan sehari-hari dan bukannya sistem kepercayaan dan praktek keagamaan dogmatis yang diterapkan oleh
gereja pada abad pertengahan. Dengan konsepsinya itu Erasmus dianggap oleh para sejarawan sebagai seorang yang menyiapkan jalan menuju ke arah reformasi gereja.
Masalah utama yang melanda gereja di akhir abad pertengahan dan berpuncak di abad ke-15 adalah korupsi. Antara tahun 1450 sampai 1520, beberapa orang paus yang
menjadi pimpinan gereja gagal untuk memenuhi harapan umat Kristen yang telah
50
menerima oleh gagasan-gagasan renaissans. Para paus seharusnya merupakan pemimpin spiritual gereja Katolik, tetapi sebagai pemimin tertinggi gereja mereka terlalu banyak
terlibat dalam urusan-urusan duniawi. Para petinggi gereja terlalu banyak mengurusi masalah uang dan menggunakan kedudukan mereka di gereja untuk mencapai kedudukan
yang mereka inginkan dan mengakumulasi kekayaan. Lebih jauh lagi, banyak diantara para pendeta yang mengabaikan urusan keagamaan.
Sementara para pemimpin gereja gagal untuk menjalankan kewajiban mereka, masyarakat mulai mempertanyakan peran dan makna gereja dalam kehidupan mereka.
Gereja meminta bukan hanya kepatuhan spritual namun juga kepatuhan sosial, ekonomi, politik atau secara ringkas kepatuhan total. Pajak yang dipungut sendiri secara langsung
dari masyarakat menyebabkan gereja menjadi semakin kaya. Salah satu sumber kekayaan gereja yang kemudian menyebabkan terjadinya sengketa besar dengan masyrakat adalah
indulgensi. Apa yang dimaksud dengan indulgensi adalah peniadaan hukuman akibat dosa. Indulgensi dapat dilakukan oleh gereja dan sebagai imbalannya orang yang bertobat
memberikan sumbangan uang tunai kepada gereja.
Dalam agama Kristen pengampunan Tuhan terhadap dosa tergantung pada pengakuan, penyesalan, dan denda dosa. Pada abad pertengahan bentuk dari denda dosa
sangat berat. Bentuk-bentuk dari denda dosa itu antara lain seperti: berpuasa selama tujuh tahun dengan hanya makan roti dan minum air atau melakukan perjalanan ziarah yang jauh
serta berat. Seiring dengan perjalanan waktu indulgensi telah berkembang menjadi alat pengganti, yaitu dengan menyerahkan sejumlah uang sebagai pengganti pelaksanaan
perbuatan yang seharusnya menjadi denda dosa. Gagasan yang mendasari indulgensi berasal dari gagasan hukum masyarakat Jermania yang menyatakan bahwa hukumman
badan bagi tindak kejahatan dapat diganti dengan bayaran uang. Namun karena uang dan indulgensi kemudian tercampur baur maka mulai terjadi penyelewengan. Masyarakat biasa
beranggapan bahwa dosa-dosa mereka bisa diampuni dengan cara membayar dengan uang. Akibat dari penyelahgunaan indulgensi lembaga gereja menjadi semakin kaya. Para
pimpinnan dan petinggi gereja terdorong untuk melakukan korupsi. Kekayan gereja dan para pengurusnya menyebabkan masyarakat beranggapan intitusi gereja sebagai lembaga
yang membiarkan tindak korupsi.
Martin Luther adalah searang pendeta dan profesor di Universitas Wittenberg di Jerman. Sebagai profesor ia memberi kuliah tentang Alkitab. Kemungkinan suatu ketika
diantara tahun 1513 dan 1516, melalui kajiannya terhadap Alkitab, ia sampai kepada jawaban terhadap permasalahan “jaminan keselamatan” yang telah menjadi bahan
pemikirannya sejak ia memutuskan diri untuk mejadi pendeta. Ajaran agama Katolik menyatakan bahwa keimanan dan amal ibadah diperlukan oleh seorang kristiani untuk
mendapat penyelamatan individu. Dalam pemikiran Martin Luther, manusia adalah mahluk yang lemah dan tidak memiliki kekuatan di hadapan Tuhan yang maha kuasa.
Manusia tidak akan pernah dapat melakukan amal ibadah yang cukup untuk mendapat penyelamatan. Melalui kajiannya terhadap Alkitab, Luther sampai pada kesimpulan bahwa
manusia tidak akan mendapat penyelamatan melalui amal ibadah tetapi penyelamatan akan diperoleh justru melalui keimanan terhadap janji Tuhan yang menjadi mungkin karena
pengorbanan Yesus ketika ia disalib. Doktrin penyelamatan melalui keimanan menjadi doktrin utama dalam gerakan reformasi gereja. Karena Luther sampai kepada doktrin ini
melalui kajiannya terhadap Alkitab, maka Alkitab bagi Luther, sebagaimana umat Protestan lainnya, menjadi panduan utama menuju kebenaran relijius.
Dalam pandangan Martin Luther, dirinya bukanlah seorang pemberontak gereja Katolik. Namun ia sangat kecewa dengan meluasnya praktek jual beli indulgensi. Apa
51
yang menyebabkannya menjadi sangat marah adalah tindakan Pendeta Johan Tetzel yang memaksakan indulgensi dengan slogan “Segera begitu koin yang dimasukkan ke kotak
uang bergemerincing, maka jiwa akan bangkit dari neraka”. Kemarahan yang begitu besar menyebabkan Martin Luther pada tahun 1517 mengumumkan 95 tesis mengenai
indulgensi. Tesis-tesis Luther ditulis pada selembar poster yang kemudian ditempelkan dengan paku ke pintu utara gereja istana Frederik di Wittenberg. Kejadian ini terjadi pada
tanggal 31 Oktober 1517 dan menandai dimulainya gerakan reformasi gereja.
Beberapa bagian dari tesis tersebut berisikan pernyataan dan beberapa lainnya adalah pertanyaan. Menurut Luther dalam tesis-tesinya; orang yang bertobat tidak akan
mengemis untuk meminta hukuman dosanya dihapus, tetapi akan menyambutnya dengan senang hati sperti yang dilakukan oleh Kristus dahulu. Masih menurut Luther, baik Paus
ataupun siapapun tidaklah berwenang untuk melakukan poenghapusan dosa. Karena itu menurutnya para penjaja indulgensi telah menipu banyak orang. Masyarakat umum yang
tidak berminat kepada perdebatan teologi sangat tertarik kepada argumen-argumen Martin Luther yang membumi. Bagi mereka Luther telah menyentuh masalah yang peka dengan
cara yang sangat telak dan tepat sasaran. Apa yang dikemukakan Luther di dalam tesis- tesisnya dengan tepat mewakili segala keluhan masyarakat yang selama ini terpendam
terhadap gereja. Segera setelah pengumuman 95 tesis Luther, ribuan salinan dari tesis-tesis tersebut tersebar ke seluruh Eropa. Meskipun aslinya ditulis dalam bahasa latin, tetapi
tesis-tesis Luther segera diterjemahkan ke bahasa Jerman.
Pendapat Luther melalui pamfletnya mendapat reaksi keras dari gereja. Pada bulan Januari 1521 gereja menghukum Luther dengan melakukan ekskomuni atau melakukan
pengucilan terhadapnya. Dalam beberapa tahun kemudian gerakan keagamaan yang dicetuskan oleh Luther menjelma menjadi revolusi. Luther mendapatkan dukungan dari
banyak pemimpin Jerman. Para pemimpin pendukung Luther ini segera mengambil alih kepemimpinan gereja yang ada di wilayah kekuasaan mereka. Gereja Lutheran di Jerman
dan kemudian juga di Skandinavia kemudian menjadi gereja negara dimana negara menjalankan fungsi sebagai pengawas kegiatan gereja. Sebagai bagian dari perkembangan
gereja yang diawasi oleh negara, Luther memperkenalkan pelayanan keagamaan untuk menggantikan pelayanan yang diberikan oleh gereja Katolik. Pelayanan keagamaan yang
diperkenalkan oleh Luther terfokus pada pembacaan Alkitab, penyampaian firman-firman tuhan, dan lagu-lagu.
Gerakan keagamaan yang dipelopori oleh Luther dikenal dengan sebutan reformasi gereja. Gerakan ini memunculkan agama Kristen Protestan. Sejak awal regormasi gereja
telah terkait dengan masalah-masalah politik. Pada tahun 1519 Charles I, raja Spanyol, terpilih menjadi kaisar kekaisaran Romawi Suci
The Holly Roman Empire
dengan gelar Charles V. Secara politik kaisar baru menginginkan seluruh wilayah kekaisarannya tetap
berada di bawah kekuasaannya. Secara keagamaan ia berharap untuk dapat menjaga kesatuan di kekaisarannya dengan agama Katolik. Namun sayangnya situasi politik dan
keagamaan di kekaisaran Romawi Suci tidak sepenuhnya berada di bawah kendali Charles. Meskipun seluruh negara-negara di Jerman loyal kepada kaisar, namun sejak abad
pertengahan negara-negara kecil ini secara relatif telah menikmati independensi dari kekuasaan kekaisaran.
Pada tahun 1546 Kaisar Charles V membawa pasukan memasuki Jerman untuk menertibkan kondisi di sana. Pada saat itu gerakan Martin Luther telah diterima luas di
Jerman dan para penguasa Jerman telah siap menghadapi pasukan kekaisaran Romawi Suci. Para penguasa Jerman pada akhirnya mampu mempertahankan independensinya dari
kekaisaran. Perang keagamaan di Jerman berakhir pada tahun 1555 dengan
52
ditandatanginya perjanjian Augsburg. Melalui perjanjian itu, pembagian agama Kristen secara formal diakui. Negara-negara penganut Lutheran memiliki hak-hak yang sama
dengan negara-negara Katolik. Dengan adanya perjanjian Augsburg, apa yang pernah dikuatirkan oleh orang-orang Kristen Eropa sekarang benar-benar terjadi. Sejak itu
kesatuan agama Kristen yang ideal telah hilang untuk selamanya. Perkembangan yang cepat dari agama Kristen Protestan membuat hal ini menjadi suatu kepastian.
V. PENJELAJAHAN SAMUDRA DAN MERKANTILISME