PENJELAJAHAN SAMUDRA DAN MERKANTILISME

52 ditandatanginya perjanjian Augsburg. Melalui perjanjian itu, pembagian agama Kristen secara formal diakui. Negara-negara penganut Lutheran memiliki hak-hak yang sama dengan negara-negara Katolik. Dengan adanya perjanjian Augsburg, apa yang pernah dikuatirkan oleh orang-orang Kristen Eropa sekarang benar-benar terjadi. Sejak itu kesatuan agama Kristen yang ideal telah hilang untuk selamanya. Perkembangan yang cepat dari agama Kristen Protestan membuat hal ini menjadi suatu kepastian.

V. PENJELAJAHAN SAMUDRA DAN MERKANTILISME

Bangsa Eropa mulai melakukan penjelajahan samudra di masa renaissans. Penjelajahan samudra yang dilakukan oleh bangsa Eropa merupakan peristiwa sejarah yang sangat penting bila dilihat dari dampaknya bagi dunia modern. Selama sekitar dua abad 1420- 1620 dorongan untuk menemukan daerah baru di luar Eropa telah menyebabkan peningkatan yang luar biasa dalam bidang ilmu pengetahuan tentang bumi dan manusia- manusia yang mendiaminya. Penemuan-penemuan wilayah baru yang diikuti oleh kolonisasi, peperangan, perjanjian dagang, dan persaingan telah menyebabkan munculnya negara-negara Eropa yang menguasai wilayah yang lusa di seberang samudra. Penjelajahan samudra telah memunculkan kekayaan, kesempatan, dan cara berpikir baru. Salah satu hasil paling nyata dari jaman penjelajahan samudra adalag terciptanya negara- negara baru seperti: Amerika Serikat, Brazil, dan Australia. Negara-negara di eropa yang tadinya hanya negara biasa, sekarang mulai muncul sebagai negara-negara adidaya di dunia. Negara-negara Eropa yang menjadi besar pada era penjelajahan Samudra antara lain adalah; Portugis, Spanyol, Belanda, dan Inggris. Sampai seribu tahun lebih sejak awal abad masehi, bangsa-bangsa Eropa tidak pernah meluaskan pengaruhnya ke luar dari benua mereka. Meski demikian, Eropa tidak pernah benar-benar terisolasi dari dunia luar. Berbagai komoditi dari Asia dan Afrika mencapai benua ini, dan karya-karya para ilmuwan Islam dipelajari oleh kaum cendikiawan di Eropa. Adanya berbagai kisah yang menarik tentang Asia telah menyebabkan orang-orang Eropa bahkan sejak jaman sebelum masehi telah tertarik kepada dunia timur. Selama abad pertengahan berbagai mitos dan legenda tentang dunia timur berkembang dengan luas di Eropa. Marco Polo dari venesia adalah pengelana terkemuka dari abad pertengahan yang melakukan perjalanan ke Asia dengan menempuh jalur sutra dan kemudian menuliskan pengalaman perjalannya. Bangsa Portugis menjadi pelopor dari ekspansi Eropa ke Asia. Portugis mengawali ekspansinya dengan melakukan pelayaran menyusuri Pantai Afrika hingga mencapai ke Senegal. Pelayaran tersebut 1441 disponsori oleh Pangeran henry “Sang σavigator” dengan tujuan utama mencari sekutu untuk melawan kekuatan Islam dan peluang-peluang dagang yang bisa mendatangkan keuntungan. Pada tahun 1487, Bartolomeus Diaz memimpin armada Portugis hingga mencapai Tanjung Harapan di Afrika Selatan. Sebelas tahun kemudian, armada Portugis lainnya di bawah pimpinan Vasco da Gama berlayar hingga ke Kalikut di sebelah barat pantai India. Kerajaan Portugis mensponsori pelayaran da Gama dengan tujuan menghancurkan monopoli Islam terhadap perdagangan rempah- rempah. Kalikut adalah salah satu emporium dalam jalur perdagangan rempah-rempah di Samudra hindia, tetapi saat itu Portugis mengira Kalikut adalah daerah penghasil utama rempah-rempah. Meski kehilangan dua kapal, armada da Gama berhasil kembali ke Eropa dengan membawa keuntungan lebih dari seribu persen dari modal yang ditanam. Tokoh penting yang menjadi pelopor ekspedisi laut Spanyol ke luar benua Eropa adalah seorang Itali yang berasal dari Genoa, yaitu Christopher Columbus 1451-1506. Setelah ditolak oleh raja Portugis, Columbus berhasil mendapat dukungan dari ratu 53 Isabella dari Spanyol untuk membiayai pelayaran ekspedisinya. Pada tahun 1492 Columbus berhasil mencapai benua Amerika. Ia tidak menyadari bahwa dia mencapai benua baru dan mengira ia telah sampai ke Asia. Daratan Amerika Selatan ditemukan secara tidak sengaja pada tahun 1500 oleh armada Portugis di bawah pimpinan Pedro Cabral. Namun demikian, nama benua Amerika berasal dari nama seorang pelaut dari kota Fiorentina yang bernama Amerigo Vespuci. Orang terakhir ini menerbitkan serangkaian karangan tentang kondisi geografis benua baru yang menyebabkan benua baru tersebut kemudian diberi nama Amerika. Untuk menghindari terjadinya konflik terbuka antara dua negara Eropa yang mempelopori penjelajahan Samudra, yaitu Portugis dan Spanyol, maka pada tahun 1494 diadakan perjanjian Tordesillas. Perjanjian ini diadakan di kota Tordesillas yang terlatak di Spanyol. Perjanjian Tordesillas membagi dunia menjadi dua. Menurut perjanjian ini, wilayah dari Tanjung Harapan ke timur menjadi milik Portugis. Sedangkan wilayah Samudra Atlantik ke barat menjadi milik Spanyol. Perjanjian Tordesillas berlaku dengan pengesahan dari Paus di Roma. Setelah dimulainya reformasi gereja di dekade ke dua abad ke-16, negara-negara Eropa non-Katolik Roma seperti Belanda, Inggris, dan Swedia merasa tidak terikat dengan perjanjian Tordesilass. Menurut mereka dunia adalah wilayah yang terbuka yang boleh dijelajahi oleh siapa saja. Penaklukan Spanyol di benua Amerika dimulai pada tahun 1519. Pada tahun itu pasukan Spanyol di bawah pimpinan Hernando Cortez, setelah melakukan peperangan selama tiga tahun, berhasil mengalahkan kerajaan Aztec di Mexico. Antara tahun 1531- 1536, ekspedisi militer di bawah pimpinan Fransisco Pizarro berhasil menundukkan Kerajaan Inka yang terletak di Peru. Setelah itu diperlukan waktu sekitar tiga puluh tahun sebelum bagian barat Amerika Selatan berhasil sepenuhnya dikuasai oleh Spanyol. Ada beberapa faktor yang menunjang dominasi Eropa di benua Amerika. Pertama, bangsa Eropa memiliki keunggulan di bidang teknologi persenjataan, yaitu dengan menggunakan senjata api dan meriam. Kedua, orang Eropa mempunyai perekonomian yang maju dibandingkan penduduk asli Amerika yang memungkinkan mereka untuk mengakumulasi modal untuk keperluan penaklukkan daerah baru. Ketiga, orang Eropa memiliki sistem administrasi yang modern sehingga memudahkan mereka dalam menciptakan pemerintahan yang terorganisir di daerah yang dikuasainya. Bangsa Belanda memulai penjelajahan samudra dengan mencari daerah sumber penghasil rempah-rempah. Armada Belanda pertama yang mencapai kepulauan Indonensia adalah armada yang dipimpin oleh Cornelis de Houtman. Armada de Houtman mencapai kota pelabuhan Banten di ujung barat Pulau Jawa pada tahun 1596. Mereka berhasil mencapai kepulauan Indonesia dengan memanfaatkan buku perjalanan laut yang ditulis oleh Jan Huygen van Linschoten yang berjudul Itinerario . Di Banten para pedagang Belanda membeli lada dan kemudian melanjutkan perjalanan ke arah timur untuk mencari kepulauan maluku untuk mendapatkan komoditi cengkeh dan pala. Pada tahun 1597 de Houtman berhasil kembali ke Belanda dengan membawa berita tentang kemungkinan untuk meraih keuntungan besar dari perdagangan rempah-rempah di Nusantara. Dalam waktu kurang dari lima tahun terbentuk sepuluh perusahaan di Belanda yang mengirimkan 14 armada dagang dengan tujuan untuk membeli cengkeh, pala, dan lada dari Nusantara. Banyaknya maskapai dagang Belanda yang beroperasi di Nusantara mendatangkan persaingan diantara mereka dan menyebabkan keuntungan yang didapat menjadi kecil. Karena itu, atas inisiatif pemerintah Belanda, pada tahun 1602 semua maskapai dagang Belanda tersebut dilebur menjadi satu maskapai dagang yang disebut dengan Verenigde oost-Indische Compagnie VOC atau Maskapai Dagang Hindia Timur. Untuk 54 memperkuat VOC, pemerintah Belanda memberi maskapai dagang ini hak oktroi yang berlaku selama 21 tahun dan dapat diperbaharui untuk 21 tahun berikutnya. Hak oktroi meliputi hak untuk melakukan perjanjian dengan negara lain, merekrut tentara, menyatakan perang, mendirikan koloni dan benteng, serta mengadakan kontrak dagang. Dengan hak oktroi dimilikinya keasaan VOC menyerupai negara. Begitu besarnya kekuasaan dan pengaruh yang dimiliki oleh VOC sehingga banyak sejarawan yang menganggap maskapai dagang ini memiliki kekuasaan bagaikan negara. Meskipun VOC dianggap sebagai perusahaan dagang multinasional terbesar di abad ke-17, tetapi perusahaan dagang multinasional yang pertama sebenarnya didirikan oleh orang Inggris. Perusahaan dagang milik Inggris didirikan pada tahun 1602 dan diberi nama East India Company EIC atau Perusahaan Hindia Timur. EIC didirikan tanpa dukungan dana sebesar VOC dan karena itu perusahaan ini baru bisa benar-benar bersaing dengan VOC setelah beroperasi lebih dari seratus tahun atau pada abad ke-18. Berbeda dengan VOC yang memperdagangkan rempah-rampah, komoditi utama yang diperdagangkan oleh EIC adalah teh, kopi, dan kain tekstil India. Dalam melakukan perdagangan luar negeri di abad 17 dan 18 Inggris menerapkan suatu sistem ekonomi yang dikenal dengan nama merkatilisme atau yang disebut juga dengan komersialisme. Merkantilisme adalah sistem ekonomi dimana suatu negara berusaha mengumpulkan kekayaan dengan cara melakukan perdagangan dengan negara- negara lain, mengekspor lebih banyak dari impor dengan tujuan untuk meningkatkan cadangan emas dan logam mulia lainnya. Kata merkatlisme berasal dari kata latin mercans yang artinya adalah “pembeli”. Sistem ini mendorong negara untuk meninggalkan kegiatan pertanian dan menggantikannya dengan kegiatan perdagangan dalam rangka mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Meskipun saat ini sistem merkatilisme tidak lagi populer, tetapi sistem ini merupakan salah satu sistem ekonomi utama ayng berlaku di abad 17 dan 18. Sistem merkantilisme adalah salah satu faktor pendorong bagi berbagai aktifitas eksplorasi dan kolonisasi yang dilakukan negara-negara Eropa pada periode modern awal. Pada tahun 1650 pemerintah Inggris secara resmi menerapkan sistem merkantilisme dalam kegiatan perdagangan. Untuk mencapai tujuan dari sistem merkatilisme pemerintah Inggris serangkaian peraturan yang secara ekslusif menguntungkan kepentingan ekonomi Inggris. Peraturan-peraturan tersebut menciptakan suatu sistem perdagangan di mana koloni Inggris di Amerika memberi pasokan Inggris dengan bahan-bahan mentah dan Inggris menggunakan bahan-bahan mentah tersebut untuk menghasilkan barang-barang yang bisa dijual di pasaran Eropa dan di daerah koloni. Sebagai daerah penghasil barang mentah, daerah koloni tidak akan pernah bisa berkompetisi dengan Inggris sebagai negara yang mengolah dan memasarkan hasil olahan barang-barang mentah tersebut. Para pedagang dan kapal-kapal Inggris mendukung penuh sistem merkantilisme. Mereka selalu berusaha agar negara lain tidak dapat turut menikmati keuntungan dagang yang di dapat oleh Inggris. Sejak akhir abad ke-18 seiring dengan berakhirnya era perusahaan dagang multinasional seperti VOC dan EIC sistem merkantilisme mulai ditinggalkan.

VI. REVOLUSI INDUSTRI