Akasara : Bahasa: Akasara dan Bahasa

24 pendudukansensus, wilang thani .

2.3. Stratifikasi sosial :

Sistem kasta ; bangsawankeluarga raja, abdi dalem, kaum agama, penduduk pedesaan petani, peladang, pengrajin, pemburu, nelayan. 3. Kehidupan Ekonomi

3.1. Pendapatan kerajaan :

Pajak drawya haji , denda, hasil daerah s ma .

3.2. Perdagangan :

lokal, interlokal antar pulauantar kerajan, internasional.

3.3. Pertanian:

hasil sawah, ladang, gaga, kebun, dan hutan.

3.4. Peternakan mangulang:

kerbau, sapi, kambing, ayam, itik telur.

3.5. Penangkapan ikan :

menjala, menangkap dengan bubu.

3.6. Perburuan :

babi, rusa, dll. binatang hutan.

3.7. Industri, Pertukangan

dan Kerajinan : memintal, tenun, batik, mewarna; Gerabah mandyun ; pertukangan logam pandai wesi, pandai gangsa, pandai mas ; anyaman; pembuatan arang harang , garam pagagaram ,

3.8. Sarana perhubungan:

penyeberangan di sungai anambangi, tambangan , Transportasi darat, transportasi sungai, transportasi laut pelayaran.

4. Kehidupan Religi

4.1. Agama Hindu 4.2. Agama Buddha

4.3. Agama kaum Resi petapa 4.4. Agama Islam

5. Kehidupan Kesenian

5.1. Seni Bangunan:

bangunan suci Candi, pendharmaan, petirtaan.

5.2. Seni Arca dan Seni PahatSeni UkirRelief ornamen . 5.3. Seni Sastra:

Prosa gancaran , kakawin, kidung

5.4. Seni Musik 5.5. Seni Tari

5.4. Seni Pertunjukan: Wayang

6. Akasara dan Bahasa

6.1. Akasara :

Palawa; Grantha Prenagari; Jawa Kuna; Arab; Tionghoa.

6.2. Bahasa:

Sanskerta; Jawa Kuna; Bali Kuna; Malayu Kuna; Arab; Tionghoa. 25 BIBLIOGRAFI [Daftar Pustaka Acuan untuk Studi Pendalaman] Abdullah, Taufik dan Adrian B. Lapian Editor Umum 2013 Indonesia dalam Arus Sejarah: Jilid 2. Kerajaan Hindu-Buddha. Editor Jilid: Edi Sedyawati dan Hasan Djafar. Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Cetakan Pertama. Bernet Kempers, A.J. 1959 Ancient Indonesian Art. Amsterdam: C.P.J. Van der Peet. Boechari 2013 Melacak Sejarah Kuno Indonesia Lewat Prasasti. Kumpulan Tulisan Boechari. Penyunting: Ninie Susanti, Hasan Djafar dkk. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. Cortesao, Armando 1944 The Suma Oriental of Tome Pires: An Account of the East, from Red Sea to Japan. Translated from Portuguese MS in Bibliothèque de la Chambre des députés Paris, and edited by Armando Cortesão. London: Hakluyt Society. Djafar, Hasan 2009 “Sistem Pengetahuan Tradisional”, dalam Mohammad Iskandar editor, Sejarah Kebudayaan Indonesia: Jilid 8. Sistem Pengetahuan, hlm. 7-46 . Editor Umum: Mukhlis PaEni. Jakarta: Departemen Kebudayaan dan Pariwisata . 2010 Kompleks P ercandian Batujaya: Rekonstruksi Sejarah Kebudayaan Daerah Pantai Utara Jawa Barat. Bandung: Kiblat Buku UtamaÉcole française d’Extrême-OrientPusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde. 2013 Masa Akhir Majapahit: Gîrindrawarddhana Masalahnya. Depok: Komunitas Bambu. Cetakan kedua. Groeneveldt, W.P. 1960 Historical Notes on Indonesia and Malaya Compiled from Chinese Sources. Djakarta: Bhratara. 2009 Nusantara dalam Catatan Tionghoa. Penerjemah: Gatot Triwira, Editor: David Kwa. Depok: Komunitas Bambu. Heine Geldern, R. von 1982 Konsepsi tentang Negara dan Kedudukan Raja di Asia Tenggara. Terjemahan Deliar Noer. Jakarta: Rajawali. Cetakan ke-2. Kartodirdjo, Sartono 19 69 Struktur Sosial dari Masjarakat Tradionil dan Kolonial , Lembaran Sedjarah, 4. Jogjakarta: Djurusan Sejarah, Fakultas sastra, Universitas Gadjah Mada. 26 Kinney, Ann R. 2003 Worshiping Siva and Buddha: The Temple Art Of East Jva. With Introduc- tion to the Religion and Art of East Java by Marijke J. Klokke and Lydia Kieven. Honolulu: University of Hawai’i Press Miksic, John Volume Editor 2008 Indonesian Heritage: Vol. 1. Ancient History. General Editors: Joop Ave et al. Singapore: Didier MilletJakarta: Buku Antar Bangsa. [Buku ini telah diterbitkan pula dalam Bahasa Indonesia denga Judul: Sejarah Kuno]. PaEni, Mukhlis Editor Umum 2009 Sejarah Kebudayaan Indonesia. 8 Jilid. Jakarta: Departemen Kebudayaan dan Pariwisata . Poerbatjaraka, R.M.Ng. 1957 Kepustakaan Djawa. Djakarta: Djambatan. Cetakan kedua. Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto Editor Umum. 2008 Sejarah Nasional Indonesia: II. Zaman Kuno. Edisi Pemutakhiran Editor Umum Pemutakhiran: R.P. Soejono dan L.Z. Leirissa; Editor Jilid Pemutakhiran: Endang Sri Hardiati. Jakarta: Balai Pustaka. Cetakan Pertama Pemutakhiran. Ramelan, Wiwin Djuwita 2014 Candi-candi di Indonesia: I. Candi-candi di Jawa. Jakarta: Direktorat Pelestarian Cagar Budaya, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Inpress. Schrieke, B.J.O. 1966 Indonesian Sociological Studies, Part One. The HagueBandung: W. van Hoeve. Second Edition. Slametmuljana 1966 Perundang-undangan Majapahit. Djakarta: Bhratara. Soekmono, R. 1990 Sejarah Kebudayaan Indonesia, jilid 2. Yogyakarta: Kanisius. Zoetmulder S.J., P.J. 1982 Kalngwan. Ikhtisar Kesusastraan Jawa Kuna. Diterjemahkan oleh Dick Hartoko. Jakarta: Djambatan. 27 KERAJAAN-KERAJAAN BESAR ISLAM INDONESIA DI MASA SILAM Prof. Dr. M. Dien Madjid, M.A

I. PENDAHULUAN

Pengajaran sejarah merupakan hal yang vital dalam paradigma kebangsaan. Sejarah bukan hanya membincangkan tentang masa lalu an sich , tapi juga sesuatu yang menciptakan masa kini dan masa depan. Internalisasi masa silam dalam paradigma pendidikan nasional sudah tentu merupakan inisiasi strategis untuk mencetak pribadi intelek yang memahami kekinian dengan perspektif kelampauan. Pekerjaan ini sangat penting dalam rangka menggugah kesadaran nasionalisme dan kecintaan akan Tanah Air kepada generasi muda. Sejarah merupakan dialog yang tak kunjung usai. Akan selalu ada topik baru yang ditampilkan dari masa silam. Kiranya sudah bukan zamannya, apabila pengajaran sejarah di sekolah masih mengajak siswanya “bertamasya ke masa silam” dengan mengabaikan korelasinya dengan masa sekarang. Seiring laju dunia keilmuan yang kian berkembang, pengajaran sejarah pun seyogyanya dapat menyematkan sudut pandang baru agar sejarah tidak lagi menjadi mata pelajaran yang menjemukan. Memang, ketika mengajarkan sejarah ke peserta didik, narasi masa lalu menjadi penjelasan utamanya. Seiring berjalannya waktu, kebosanan siswa sedikit terjembatani dengan adanya multimedia. Ilustrasi bergambar agaknya cukup menarik diperhatikan. Namun begitu, dari segi konten, materi sejarah agaknya belum banyak berubah. Masih didominasi oleh cara pandang masa lalu. Seakan, sejarah adalah sesuatu yang sudah lewat, hanya bisa dikenang. Kenyataan tersebut sebenarnya bertolak belakang dengan esensi pengajaran sejarah sebenarnya. Adagium “sejarah adalah cerminan masa depan” agaknya perlu ditinjau ulang. Jangan lagi pola pengajarannya membawa siswa ke masa lalu, tapi mulai ditekankan pada nilai guna sejarah. Salah satu yang relevan adalah menghadirkan pola pengajaran “ke belakang” dan “ke depan” atau mengajarkan sejarah sebagai penopang realitas kekinian. Tentu akan banyak aspek baru yang didapatkan dari formula ini. Masa ketika Indonesia memasuki periode kerajaan-kerajaan besar adalah abad emas yang patut dibanggakan. Banyak aspek kemajuan yang belum diungkap di tataran pendidikan formal. Seiring perjalanan waktu, cukup banyak memori kolektif bangsa yang justru di masa kini menjadi isu yang banyak diperbincangkan. Sebagai contoh, konsep ekonomi maritim global, ekonomi agraris, ketahanan negara serta kemajuan taraf intelektual, menjadi beberapa tema pokok yang dahulu pernah berkembang di Nusantara di bawah kerajaan-kerajaan besar. Penekanan kekhasan suatu kerajaan merupakan modal penting dalam mewujudkan pengajaran sejarah yang kontekstual dengan kekinian. II. PEMBAHASAN Indonesia pernah menjadi mercusuar peradaban ketika tanah dan airnya berada di masa kepemimpinan kerajaan-kerajaan besar Islam. Reputasi sebagai destinasi dagang dunia menemukan masa kejayaannya di periode ini. Nusantara menjadi spot penting dalam peta perdagangan dunia. Banyak kapal dagang asing yang datang membeli kekayaan alam gugusan pulau ini. Islamisasi yang tadinya merupakan produk dialog antara orang Arab dan pribumi, menjadi pintu gerbang bagi munculnya pengaruh Islam dalam kerajaan Nusantara.