157
Pada 14 Agustus 1945 ketiganya kembali ke tanah air dan tidak mengetahui bahwa pemerintah Jepang sudah menyerah kalah kepada Sekutu pada 15 Agustus 1945.
3. Perbedaan Pendapat Golongan Tua dan Golongan Muda
Pada pukul 4 sore Sutan Syahrir menemui Hatta di rumahnya untuk memberitahukan berita tentang kekalahan Jepang. Ia mendesak pelaksanaan proklamasi
secepatnya. Bung Hatta tidak dapat memenuhi permintaan Sutan Sjahrir dan mengajaknya ke rumah Ir Sukarno. Sukarno menolak permintaan Sjahrir dan menegaskan bahwa
dirinya hanya bersedia melaksanakan proklamasi kemerdekaan setelah rapat PPKI. Pendirian Soekarno dan Hatta sangat berbeda dengan golongan pemuda yang mendesak
proklamasi kemerdekaan Indonesia secepatnya.
Golongan pemuda mengadakan rapat di Lembaga Bakteriologi jalan Pegangsaan Timur, Jakarta pada 15 Agustus 1945 pukul 20.00 WIB. Rapat yang dipimpin Chairul
Saleh ini menghasilkan keputusan bahwa kemerdekaan Indonesia adalah hak dan urusan rakyat Indonesia sendiri sehingga tidak dapat digantungkan kepada orang atau kerajaan
lain.
Wikana dan Darwis mendapat tugas menyampaikan keputusan tersebut kepada Sukarno. Malam itu juga jam 22.30 keduanya bertemu Sukarno di kediamannya, Jalan
pegangsaan Timur, No. 56 Jakarta. Mereka terlibat dalam perdebatan yang dihadiri para tokoh golongan tua seperti: Drs. Moh. Hatta, dr. Buntaran, dr. Samsi, Mr. Ahmad Subardjo
dan Iwa Kusumasumantri.
4. Peristiwa Rengasdengklok
Sekitar pukul 12.00 kedua utusan meninggalkan rumah Sukarno dengan diliputi perasaan kesal. Mereka memberitahukan penolakan golongan tua untuk segera
memproklamasikan kemerdekaan. Dalam rapat, golongan pemuda memutuskan untuk mengamankan Sukarno dan Hatta ke luar kota Jakarta.
Shudanco
Singgih mendapatkan kepercayaan melaksanakan rencana tersebut dengan bantuan
Cudanco
Latief Hendraningrat yang sedang menggantikan
Daidanco
Kasman Singodimedjo karena
bertugas ke Bandung. Pada pagi hari 16 Agustus 1945 mereka membawa Sukarno dan Hatta ke Rengasdengklok, sebuah kota kawedanan di pantai utara Kabupaten Karawang.
Sementara itu di Jakarta para anggota PPKI bersiap rapat pada 16 Agustus di gedung Pejambon 2. Ahmad Subardjo menanyakan keberadaan Sukarno dan Hatta kepada
Wikana yang memberitahu bahwa Sukarno dan Hatta berada di Rengasdengklok. Jusuf Kunto dari golongan pemuda mengantar golongan tua ke Rengasdengklok.
Mereka tiba pukul 17.30 WIB. Selanjutnya Ahmad Subardjo memberikan jaminan dengan taruhan nyawa bahwa Proklamasi Kemerdekaan dilaksanakan pada 17 Agustus 1945
selambat-lambatnya pukul 12.00. Dengan jaminan ini golongan pemuda bersedia memulangkan Sukarno dan Hatta ke Jakarta untuk melaksanakan proklamasi
kemerdekaan. 5. Perumusan Teks Proklamasi
Dari Rengasdengklok, Sukarno dan Hatta pulang ke rumah masing-masing. Setelah itu keduanya bersama beberapa tokoh golongan tua dan pemuda ke rumah Laksamana
Maeda di Jalan Imam Bonjol No. 1, Jakarta. Dari rumah Maeda, keduanya ditemani Maeda,
Shigetada Nishijima dan Tomegoro Yoshizumi
serta
Miyoshi
menemui
Somubuco
Kepala Pemerintahan Umum Mayor Jenderal Nishimura untuk meminta ijin melaksanakan proklamasi kemerdekaan. Nisimura menolaknya karena pihak Jepang
dilarang mengubah
status quo
status politik Indonesia.
158
Setelah pertemuan itu Sukarno dan Hatta beserta rombongan kembali ke rumah Maeda. Di Ruang makan, naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesi dirumuskan oleh
Sukarno, Hatta dan Ahmad Subardjo. Sedangkan tokoh-tokoh lainnya menunggu di serambi rumah.
B. Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945
Pertemuan di ruang makan rumah Laksamana Maeda menghasilkan naskah Proklamasi Kemerdekaan pada dini hari 17 Agustus 1945. Para tokoh golongan pemuda
tidak langsung pulang ke rumah. Mereka berbagi tugas untuk mengatur cara pelaksanaan dan penyiaran berita Proklamasi melalui pamphlet dan pengeras suara
Pada pagi hari 17 Agustus 1945 barisan pemuda datang ke Lapangan Ikada yang telah dijaga pasukan Jepang bersenjata lengkap. Para pemuda datang karena informasi dari
kawan-kawannya bahwa Proklamasi dilaksanakan di Lapangan Ikada. Mereka tidak mengetahui perubahan rencana lokasi penyelenggaraan Proklamasi dari Lapangan Ikada ke
halaman rumah Sukarno jalan Pegangsaan Timur No. 56.
Upacara berlangsung tanpa protokol. Latief segera memberi aba-aba kepada seluruh barisan pemuda yang telah menunggu sejak pagi. Semua berdiri tegak dengan
sikap sempurna. Latief mempersilahkan Sukarno dan Hatta maju beberapa langkah dari tempatnya semula. Sukarno mendekati mikrofon. Dengan suara yang mantap dan jelas ia
mengucapkan pidato pendahuluan yang singkat sebelum membaca teks Proklamasi Kemerdekaan. Peristiwa besar itu berlangsung kurang dari 1 jam. Menurut kalimat-kalimat
yang terdapat di dalam Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 berisi suatu pernyataan kemerdekaan yang memberitahu kepada bangsa Indonesia sendiri dan kepada dunia luar
bahwa saat itu bangsa Indonesia telah merdeka, lepas dari penjajahan.
C. Berbagai Peristiwa Pasca Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 1.Penyebaran Berita Proklamasi
Berita proklamasi yang sudah meluas di seluruh Jakarta disebarkan ke seluruh Indonesia. Pagi hari itu juga, teks proklamsi telah sampai di tangan Kepala Bagian Radio
dari Kantor Berita
Domei,
Waidan B. Palenewen. Ia menerima teks itu dari seorang wartawan
Domei
yang bernama Syahrudin. Segera ia memerintahkan F. Wuz untuk menyiarkan tiga kali berturut-turut. Seorang Jepang masuk ke ruangan radio. Ia
memerintahkan penyiaran berita dihentikan. Namun Waidan memerintahkan kepada F. Wuz untuk terus menyiarkannya setiap setengah jam. Akibatnya, pucuk pimpinan tentara
Jepang di Jawa meralat berita itu dan menyegelnya pada hari Senin 20 Agustus 1945.
Para tokoh pemuda tidak kehilangan akal. Mereka membuat pemancar baru dengan bantuan beberapa teknisi radio. Alat-alat pemancar yang diambil dari kantor berita Domei
dibawa ke rumah Waidan dan Menteng 31. Akhirnya terciptalah pemancar baru di Menteng 31, dengan kode panggilan DJK 1. Dari sinilah berita Proklamasi disiarkan.
Selain lewat radio, berita proklamasi juga disiarkan lewat telepon, pers dan surat selebaran. Adam Malik yang waktu itu sebagai wartawan menyampaikan teks proklamasi
melalui telepon kepada Asa Bafaqih yang kemudian diteruskan kepada Penghulu Lubis untuk mendapatkan pengesahan lolos sensor dan selanjutnya di kawatkan ke daerah-
daerah. Seluruh koran di Jawa dalam penerbitan 20 Agustus 1945 memuat berita proklamasi kemerdekaan dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Harian
Suara Asia di Surabaya merupakan koran pertama yang memuat berita proklamasi.
Proklamasi kemerdekaan juga disebarluaskan kepada rakyat Indonesia melalui pemasangan plakat, poster, maupun coretan pada dinding tembok dan gerbong kereta api,
159
misalnya dengan slogan ”Respect our Constitution, August 1ι” Hormatilah Konstitusi kami tanggal 17 Agustus Melalui berbagai cara dan media tersebut, akhirnya berita
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dapat tersebar luas di wilayah Indonesia dan di luar negeri. Pamflet itu juga dipasang di tempat-tempat strategis. Selain itu, berita proklamasi
kemerdekaan juga menggunakan pengerahan massa dan penyampaian dari mulut ke mulut. Keampuhan cara itu terbukti dan berdatangannya masyarakat ke Lapangan Ikada untuk
mendengarkan pembacaan Proklamasi Kemerdekaan
Di samping melalui media massa, berita proklamasi juga disebarkan secara langsung oleh para utusan daerah yang menghadiri sidang PPKI. Berita proklamasi secara
resmi dibawa dan disebarluaskan ke luar pulau Jawa melalui para anggota PPKI yang berasal dari daerah yang kebetulan menyaksikan peristiwa proklamasi dan menghadiri
sidang PPKI.
2. Sidang PPKI PPKI mengadakan sidang sebanyak tiga kali yaitu pada tanggal 18 Agustus 1945,
19 Agustus 1945, dan 22 Agustus 1945 Rapat pertama PPKI diadakan di gedung yang sekarang Departemen Kehakiman. Sebelum rapat dimulai, muncul permasalahan yang
disampaikan oleh wakil dari luar Jawa, di antaranya Mr. Latuharhary Maluku, Dr. Sam Ratulangi Sulawesi, Mr. Tadjudin Noor dan Ir. Pangeran Noor Kalimantan, dan Mr. I
Ktut Pudja Nusa Tenggara yang menyampaikan keresahan penduduk non-Islam mengenai kalimat dalam Piagam Jakarta yang nantinya akan dijadikan rancangan
pembukaan dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Kalimat yang
dimaksud adalah “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariah Islam bagi para pemeluknya”, serta “syarat seorang kepala negara haruslah seorang muslim”. Untuk
mengatasi masalah tersebut Drs. Mohammad Hatta beserta Ki Bagus Hadikusumo, Wachid Hasyim, Mr. Kasman Singadimedjo, dan Mr. Teuku Mohammad Hassan
membicarakannya secara khusus. Akhirnya dengan mempertimbangkan kepentingan yang lebih luas dan menegakkan Negara Republik Indonesia yang baru saja didirikan, rumusan
kalimat yang dirasakan memberatkan oleh kelompok non-Islam dihapus sehingga menjadi
berbunyi “ Ketuhanan Yang Maha Esa” dan syarat seorang kepala negara adalah orang Indonesia asli.. Setelah menyelesaikan permasalahan tersebut, rapat pleno PPKI dibuka
pada pukul 11.30 dibawah pimpinan Sukarno dan Hatta. Rapat dihadiri oleh 27 anggota.
Rapat pertama ini berlangsung dengan lancar. Pembahasan masalah rancangan pembukaan dan undang-undang dasar yang telah disiapkan dibuat oleh Badan Penyelidik
Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia BPUPKI, sebuah badan yang terbentuk pada 28 Mei 1945 dan beranggotakan 62 orang yang diketuai oleh Dr. K.R.T Radjiman
Wedyodinigrat. Dimana dalam Sidangnya yang pertama pada 29 Mei sampai 1 Juni 1945, badan ini membahas asas dan dasar Negara Indonesia merdeka dan sebagai hasil dari
pertemuan
–pertemuan itu lahirlah Pancasila. Selanjutnya dalam Sidangnya yang kedua , pada 10 Juli -16 Juli 1945, Badan tersebut menghasilkan rancangan undang-undang dasar.
Dalam Sidangnya yang pertama ini 18 Agustus 1945 pembahasan rancangan pembukaan dan UUD yang telah dihasilkan BPUPKI berhasil dibahas dalam tempo 2 jam,
disepakati bersama rancangan Pembukaan dan UUD RI. Sidang di skors pada pukul 21.50, dan dimulai kembali pada pukul 3.15, pada awal pembukaan saidang kedua ini, Sukarno
mengumumkan 6 orang anggota baru PPKI. Mereka adalah Wiranatakusumah, Ki Hadjar Dewantara, Mr. kasman Singodimedjo, sayuti Melik, Mr.Iwa Kusumasumatri, Mr.
Subardjo.
Sebelum meningkat kepada acara selanjutnya yaitu Pemilihan presiden dan Wakil
Presiden, Sukarno meminta agar disahkan pasal III dalam aturan peralihan yang berbunyi:
160
Untuk pertama kali Presiden dan wakil Presiden di pilih oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan. Kemudian Oto Iskandardinata mengusulkan agar pemilihan presiden dan
wakil presiden dilakukan dengan aklamasi. Ia mengajukan calon Ir. Sukarno sebagai Pesiden dan Moh. Hatta sebagai Wakil Presiden. Semua hadirin menerima dengan
aklamasi sambil menyanyikan lagu Indonesia Raya.
Setelah pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, sidang meneruskan acara membahas pasa-pasal rancangan aturan peralihan dan aturan tambahan. Dalam pembukaan
UUD ada kalimat yang semula berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa dengan kewajiban menjalankan syariat-
syariat Islam bagi pemeluknya”. Diubah menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dalam Bab III, Pasal 6 yang sebelumnya menyatakan bahwa presiden ialah
orang Indonesia asli yang beragama Islam, diubah menjadi presiden adalah orang Indonesia
asli. Setelah rancangan UUD tersebut selesai dimusyawarahkan, UUD tersebut kemudian
disahkan menjadi UUD Republik Indonesia dan terkenal dengan nama UUD 1945. UUD 1945 yang telah disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 mempunyai
sistematika sebagai berikut; 1Pembukaan mukadimah yang meliputi empat alinea. Batang tubuh UUD yang merupakan isi dan terdiri atas 16 bab, 37 pasal 4 pasal
Aturan Peralihan dan 2 ayat Aturan Tambahan, 2 Penjelasan UUD yang terdiri atas penjelasan umum dan penjelasan pasal demi pasal.. Pengangkatan Presiden dan Wakil
Presiden
RI yang
pertama Pemilihan presiden dan wakil presiden pertama kali dilakukan oleh PPKI. Hal ini sejalan
dengan ketentuan pada Pasal III Aturan Peralihan UUD 1945. Pasal tersebut berbunyi: “Untuk pertama kali presiden dan wakil presiden diangkat dan dipilih oleh PPKI”.
Dalam sidang pertama PPKI tanggal 18Agustus 1945 Dengan perubahan-perubahan kecil seluruh rancangan aturan peralihan dan aturan
tambahan disepakati oleh Sidang. Presiden Soekarno menutup acara pembahasan itu dengan pernyataan., “
Dengan ini tuan-tuan sekalian, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia serta peraturan peralihan telah sah ditetapkan.
Dengan demikian pada tanggal 18 Agustus 1945 bangsa Indonesia memperoleh landasan kehidupan bernegara,
yang meliputi dasar negara yakni sebuah Undang-Undang Dasar yang kini dikenal sebagai Undang-Undang Dasar 1945. Pembukaan daripada Undang-Undang Dasar 1945 itu
mengandung dasar negara yang kita kenal dengan nama “Pancasila”. Bahwa Pancasila Dasar Negara adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab,
Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratanperwakilan, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dengan
demikian jelaslah bahwa Pancasila Dasar Negara rumusannya yang otentik adalah yang terdapat di dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Adapun rumusan yang
diajukan oleh para pemimpin bangsa pada sidang pertama BPUPKI maupun panitia sembilan tanggal 22 Juni 1945 adalah konsep belaka.
Sebelum rapat PPKI pertama ditutup. Presiden menunjuk 9 orang anggota sebagai panitia kecil yang ditugasi untuk menyusun rancangan yang berisi hal-hal yang meminta
perhatian mendesak, yaitu masalah pembagian wilayah negara, kepolisian, tentara kebangsaan dan perekonomian. Mereka adalah; Oto Iskandardinata, Subardjo, Sayuti
Melik, Iwa Kusumasumatri, Wiranatakusumah, Dr. Amir, A.,A. Hamidhan, Dr. Ratulangie dan I Gusti Ketut Pudja.
Rapat dilanjutkan pada hari minggu tanggal 19 Agustus 1945 pukul 10 pagi. Acara pertama adalah membahas hasil kerja panitia kecil yang dipimpin oleh Oto Iskandardinata.
Sebelum acara dimulai Presiden Sukarno menunjuk Mr Ahmad subardjo, sutardjo Kartohadikusumo, Mr Kasman Singodimedjo untuk membentuk Panita Kecil yang
merencanakan bentuk departemen.
161
Hasil Panitia Kecil Oto Iskandardinata kemudian dibahas dan meghasilkan keputusan sebagai berikut:
a pembagian wilayah yang terdiri dari 8 propinsi beserta calon gubernurnya
yaitu: 1 Jawa Barat , Sutardjo Kartohadikusumo 2 Jawa Tengah,R. Pandji Soeroso 3 Jawa Timur, R.A. Soerjo, 4 Borneo, Kalimantan , Ir. Pangeran Moh Nur, 5
Maluku, Mr J Latuharhary, 6 Sulawesi, Dr. GSSJ Ratulangie, 7 Sumatera, Mr. T. Mohammad Hassan, 8 Sunda Kecil Nusa Tenggara Mr .I Gusti Ketut Pudja, dan dua
daerah Istimewa Jojakarta dan Surakarta. Daerah provinsi dibagi menjadi beberapa karesidenan yang dikepalai oleh seorang residen. Gubernur dan residen dibantu oleh
Komite Nasional Indonesia Daerah. b Pembentukan Komite Nasional lndonesia Pusat dan Daerah.
Kemudian Panitia Kecil yang dipimpin oleh Mr Ahmad Subardjo menyampaikan laporannya. Diusulkan oleh panitia ini adanya 13 Kementrian. Setelah dibahas oleh Sidang
maka diputuskan adanya, 1 Departemen Dalam Negeri, 2 Departemen Luar Negeri, 3 Departemen Kehakiman,4 Departemen Keuangan,5 Departemen Kemakmuran,6
Departemen Kesehatan, 7 Departemen Pengajaran, Pendidikan dan Kebudayaan, 8 Departemen Sosial,9 Departemen Pertahanan,10 Departemen Perhubungan, 11
Departemen Pekerjaan Umum. Selanjutnya rapat juga memutuskan pembentukan 12 departemen dan empat menteri
negara. Pembahasan mengenai masalah departemen ditunda, kemudian presiden kembali membahas tentara kebangsaan. Panitia Kecil yang dipimpin oleh Oto Iskandardinata
mengusulkan;
1. Rencana pembelaan negara dari Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan
yang mengandung politik perang tidak dapat diterima 2.
Tentara Peta di Jawa dan Bali serta Laskar Rakyat di Sumatera dibubarkan, karena merupakan organisasi buatan Jepang, yang kedudukannya di dunia internasional
tidak berketentuan. Negara Indonesia membutuhkan alat pertahanan yang sebaik- baiknya. Oleh karena itu diusulkan agar supaya Presiden memanggil pemuka-
pemuka yang mempunyai kecakapan militer untuk membentuk tentara kebangsaan yang kokoh
Usul tersebut diterima secara aklamasi oleh sidang. Urusan kepolisian oleh Panitia Kecil dimasukan ke dalam Departemen Dalam Negeri, dan untuk mempersiapkan pembentukan
tentara kebangsaan dan kepolisian hendaknya presiden menunjuk pelaksanaannya. Hal ini disetujui oleh Sidang, dan kemudian Presiden menunjuk Abdul kadir, Kasman
Singodimedjo dan Oto Iskandardinata, untuk mempersiapkan pembentukannya. Abdul Kadir ditunjuk sebagai ketuanya.
Pembicaraan lainnya dari para anggota menekankan perlunya ketentaraan dan segera dimulainya perjuangan. Rapat pada siang hari tanggal 19 Agustus itu ditutup pada
pukul 14.55. Pada waktu Presiden dan Wakil Presiden akan pulang, mereka diminta oleh para pemuda untuk hadir pada rapat yang mereka adakan di jalan Prapatan 10. Presiden
dan Wakil Presiden memenuhi permintaan untuk hadir pada rapat pemuda yang dipimpin oleh Adam Malik bersama Mr Kasman Singodimedjo dan Ki Hadjar Dewantara. Telah
hadir pula disitu Sutan Syahrir. Para pemuda mengharapkan agar Sukarno-Hatta melakukan perebutan kekuasaan terhadap Jepang yang diatur dengan cepat dan serentak.
Presiden Sukarno memberikan tanggapan bahwa apa yang mereka kehendaki tidak dapat dilakukan tergesa-gesa. Para pmuda menolak pendapat Sukarno, yang dianggapnya
berbahaya dan merugikan bangsa Indonesia. Adam malik kemudian membacakan dekrit mengenai lahirnya tentara Republik Indonesia yang berasal dari bekas Peta dan Heiho.
162
Sukarno dan hatta menyeetujui usul pemuda tersebut namun belum dapat memutuskan pada saat itu. Rapat kemudian bubar.
Pada malam hari tanggal 19 Agustus 1945, di Jalan Gambir Selatan sekarang Merdeka Selatan No.10, Presiden Sukarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta, Mr
Sartono, Suwirjo, Oto Iskandardinata, Sukardjo Wirjopranoto, dr. Buntaran, Mr A.G. Pringgodigdo, Sutardjo Kartohadikusumo, dan dr. Tajuluddin, berkumpul untuk
membahas siapa-siapa yang akan diangkat sebagai anggota KNIP. Disepakati bahwa anggota KNIP berjumlah 60 orang. Rapat pertama KNIP direncanakan tanggal 29 Agustus
1945 malam, bertempat di Gedung Komidi, jalan Pos sekarang Gedung Kesenian Pasar Baru Jakarta. Rapat PPKI dilajutkan kembali pada 22 Agustus 1945. Dalam rapat itu itu
diputuskan dibentuknya, Komite Nasional, Partai Nasional dan Badan Kemanan Rakyat.
Sesudah keputusan rapat PPKI tanggal 22 Agustus itu, pada tanggal 23 Agustus 1945, Presiden Sukarno dalam pidato radionya menyatakan berdirinya tiga badan baru
yaitu :
Komite Nasional Indonesia KNI, Partai Nasional Indonesia P NI dan Badan Keamanan Rakyat BKR.
BKR ini akan bertugas sebagai penjaga keamanan umum di daerah-daerah di bawah kordinasi KNI daerah. Hasil-Hasil Sidang PPKI Secara lengkap,
yaitu: 1 . Pembentukan Komite Nasional
Dalam sidang tanggal 18 Agustus 1945, PPKI menegaskan perlunya pembentukan suatu Komite Nasional sebelum MPR dan DPR terbentuk. Untuk itu, maka pada tanggal
22 Agustus 1945, PPKI mengadakan sidang di Gedung Kebaktian Rakyat Jawa, Jakarta. Salah satu keputusan sidang itu adalah terbentuknya Komite Nasional lndonesia KNI.
Badan ini berfungsi sebagai DPR sebelum Pemilu diselenggarakan. KNIP terdiri atas Komite Nasional lndonesia Pusat KNIP yang berkedudukan di Jakarta dan Komite
Nasional Indonesia Daerah di tiap-tiap provinsi. Pembentukan KNIP secara resmi diumumkan oleh pemerintah pada tanggal 25 Agustus 1945. KNIP yang beranggotakan
135 orang, secara resmi anggotanya dilantik pada tanggal 29 Agustus 1945 dengan susunan pengurus sebagai berikut Ketua:Mr. Kasman Singodimejo,Wakil Ketua I:Sutarjo
Kartohadikusumo Wakil Ketua lI: Johanes Latuharhary, Wakil Ketua III:Adam Malik. Tugas pertama KNIP adalah membantu tugas kepresidenan. Namun, kemudian diperluas
tidak hanya sebagai penasihat presiden, tetapi juga mempunyai kewenangan legislatif. Wewenang KNIP sebagai DPR ditetapkan dalam rapat KNIP tanggal 16 Oktober 1945.
Dalam rapat tersebut, wakil presiden Drs. Moh. Hatta mengeluarkan
Maklumat Pemerintah RI No. X
yang isinya meliputi hal-hal berikut: a. KNIP sebelum DPRMPR terbentuk diserahi kekuasaan legislatif untuk membuat
undang-undang dan ikut menetapkan Garis-Garis Besar Haluan Negara GBHN. b. Berhubung gentingnya keadaan, maka pekerjaan sehari-hari KNIP dijalankan oleh
sebuah Badan Pekerja KNIP yang diketuai oleh Sutan Syahrir. Komite Nasional Indonesia disusun dari tingkat pusat sampai daerah. Pada tingkat pusat disebut Komite Nasional
Indonesia Pusat KNIP dan pada tingkat daerah yang disusun sampai tingkat kawedanan disebut Komite Nasional Indonesia
2 . Pembentukan Partai Nasional Indonesia
Pembentukan Partai Nasional Indonesia pada waktu itu dimaksudkan sebagai satu- satunya partai politik di Indonesia partai tunggal. Dalam perkembangannya muncul
Maklumat tanggal 31 Agustus 1945 yang memutuskan bahwa gerakan dan persiapan Partai Nasional Indonesia ditunda dan segala kegiatan dicurahkan ke dalam Komite Nasional.
Sejak saat itu, gagasan satu partai tidak pernah dihidupkan lagi. Demi kelangsungan kehidupan demokrasi, maka KNIP mengajukan usul kepada pemerintah agar rakyat
diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk mendirikan partai politik. Sebagai tanggapan
163
atas usul tersebut, maka pada tanggal 3 November 1945 pemerintah mengeluarkan maklumat pemerintah yang pada intinya berisi memberikan kesempatan kepada rakyat
untuk mendirikan partai politik. Maklumat itu kemudian dikenal dengan Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945. Partai politik yang muncul setelah Maklumat
Pemerintah tanggal 3 November 1945 dikeluarkan antara lain Masyumi, Partai Komunis Indonesia, Partai Buruh Indonesia, Parkindo, Partai Rakyat Jelata, Partai Sosialis
Indonesia, Partai Rakyat Sosialis, Partai Katolik, Permai, dan PNI.
3 . Pembentukan Badan Keamanan Rakyat Badan Keamanan Rakyat BKR ditetapkan sebagai bagian dari Badan Penolong
Keluarga Korban Perang BPKKP, yang merupakan induk organisasi yang ditujukan untuk memelihara keselamatan masyarakat. BKR tugasnya sebagai penjaga keamanan
umum di daerah-daerah di bawah koordinasi KNI Daerah. Para pemuda bekas anggota Peta, KNIL, dan Heiho segera membentuk BKR di daerah sebagai wadah perjuangannya.
Khusus di Jakarta dibentuk BKR Pusat untuk mengoordinasi dan mengendalikan BKR di bawah pimpinan Kaprawi. Sementara BKR Jawa Timur dipimpin Drg. Moestopo, BKR
Jawa Tengah dipimpin Soedirman, dan BKR Jawa Barat dipimpin Arudji Kartawinata. Pemerintah belum membentuk tentara yang bersifat nasional karena pertimbangan politik,
mengingat pembentukan tentara yang bersifat nasional akan mengundang sikap permusuhan dari Sekutu dan Jepang. Menurut perhitungan, kekuatan nasional belum
mampu menghadapi gabungan Sekutu dan Jepang. Sementara itu para pemuda yang kurang setuju pembentukan BKR dan menghendaki pembentukan tentara nasional,
membentuk badan-badan perjuangan atau laskar bersenjata. Badan perjuangan tersebut misalnya Angkatan Pemuda Indonesia API, Pemuda Republik Indonesia PRI, Barisan
Pemuda Indonesia BPI, dan lainnya. Selain itu para pemuda yang dipelopori oleh Adam Malik membentuk
Komite van Actie.
3. Dukungan Daerah