157
Pada    14  Agustus  1945  ketiganya  kembali  ke  tanah  air  dan  tidak  mengetahui  bahwa pemerintah Jepang sudah menyerah kalah kepada Sekutu pada 15 Agustus 1945.
3. Perbedaan Pendapat  Golongan Tua dan Golongan Muda
Pada  pukul  4  sore  Sutan  Syahrir  menemui  Hatta  di  rumahnya  untuk memberitahukan  berita  tentang  kekalahan  Jepang.  Ia  mendesak  pelaksanaan  proklamasi
secepatnya. Bung Hatta tidak dapat memenuhi permintaan Sutan Sjahrir dan mengajaknya ke  rumah  Ir    Sukarno.  Sukarno  menolak  permintaan  Sjahrir  dan  menegaskan  bahwa
dirinya  hanya  bersedia  melaksanakan  proklamasi  kemerdekaan  setelah  rapat  PPKI. Pendirian  Soekarno  dan  Hatta  sangat  berbeda  dengan  golongan  pemuda  yang  mendesak
proklamasi kemerdekaan Indonesia secepatnya.
Golongan  pemuda  mengadakan  rapat  di  Lembaga  Bakteriologi  jalan  Pegangsaan Timur,  Jakarta    pada    15  Agustus  1945  pukul  20.00  WIB.  Rapat  yang  dipimpin  Chairul
Saleh  ini  menghasilkan  keputusan  bahwa  kemerdekaan  Indonesia  adalah  hak  dan  urusan rakyat  Indonesia  sendiri  sehingga  tidak  dapat  digantungkan  kepada  orang  atau  kerajaan
lain.
Wikana  dan  Darwis  mendapat  tugas  menyampaikan  keputusan  tersebut  kepada Sukarno.  Malam  itu  juga  jam  22.30  keduanya  bertemu  Sukarno  di    kediamannya,  Jalan
pegangsaan  Timur,  No.  56  Jakarta.  Mereka  terlibat  dalam  perdebatan  yang  dihadiri  para tokoh golongan tua seperti: Drs. Moh. Hatta, dr. Buntaran, dr. Samsi, Mr. Ahmad Subardjo
dan Iwa Kusumasumantri.
4. Peristiwa Rengasdengklok
Sekitar  pukul  12.00  kedua  utusan  meninggalkan  rumah  Sukarno  dengan  diliputi perasaan  kesal.  Mereka  memberitahukan  penolakan  golongan  tua  untuk  segera
memproklamasikan  kemerdekaan.  Dalam  rapat,  golongan  pemuda  memutuskan  untuk mengamankan  Sukarno  dan  Hatta  ke  luar  kota  Jakarta.
Shudanco
Singgih  mendapatkan kepercayaan  melaksanakan  rencana  tersebut  dengan  bantuan
Cudanco
Latief Hendraningrat  yang    sedang  menggantikan
Daidanco
Kasman  Singodimedjo  karena
bertugas  ke  Bandung.  Pada    pagi  hari  16  Agustus  1945  mereka  membawa  Sukarno  dan Hatta ke Rengasdengklok, sebuah kota kawedanan di pantai utara Kabupaten Karawang.
Sementara  itu  di  Jakarta  para  anggota  PPKI  bersiap    rapat  pada  16  Agustus  di gedung Pejambon 2. Ahmad Subardjo menanyakan keberadaan Sukarno dan Hatta kepada
Wikana yang memberitahu bahwa Sukarno dan Hatta berada di Rengasdengklok. Jusuf  Kunto  dari  golongan  pemuda  mengantar  golongan  tua  ke  Rengasdengklok.
Mereka tiba pukul 17.30 WIB. Selanjutnya Ahmad Subardjo memberikan jaminan dengan taruhan  nyawa  bahwa  Proklamasi  Kemerdekaan  dilaksanakan  pada  17  Agustus  1945
selambat-lambatnya  pukul  12.00.  Dengan  jaminan  ini  golongan  pemuda  bersedia memulangkan  Sukarno  dan  Hatta  ke  Jakarta  untuk  melaksanakan  proklamasi
kemerdekaan. 5. Perumusan Teks Proklamasi
Dari Rengasdengklok, Sukarno dan Hatta pulang ke rumah masing-masing. Setelah itu  keduanya  bersama  beberapa  tokoh  golongan  tua  dan  pemuda  ke  rumah  Laksamana
Maeda  di  Jalan  Imam  Bonjol  No.  1,  Jakarta.  Dari  rumah  Maeda,  keduanya  ditemani Maeda,
Shigetada  Nishijima  dan  Tomegoro Yoshizumi
serta
Miyoshi
menemui
Somubuco
Kepala  Pemerintahan  Umum  Mayor  Jenderal  Nishimura  untuk  meminta  ijin melaksanakan  proklamasi  kemerdekaan.    Nisimura  menolaknya  karena  pihak  Jepang
dilarang mengubah
status quo
status politik Indonesia.
158
Setelah  pertemuan  itu  Sukarno  dan  Hatta  beserta  rombongan  kembali  ke  rumah Maeda.  Di  Ruang  makan,  naskah  Proklamasi  Kemerdekaan  Indonesi  dirumuskan  oleh
Sukarno,  Hatta  dan  Ahmad  Subardjo.  Sedangkan  tokoh-tokoh  lainnya  menunggu  di serambi rumah.
B. Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945
Pertemuan  di  ruang  makan  rumah  Laksamana  Maeda  menghasilkan  naskah Proklamasi  Kemerdekaan  pada  dini  hari  17  Agustus  1945.  Para  tokoh  golongan  pemuda
tidak langsung pulang ke rumah. Mereka berbagi tugas untuk mengatur cara  pelaksanaan dan  penyiaran berita Proklamasi melalui pamphlet dan pengeras suara
Pada  pagi  hari  17  Agustus  1945  barisan  pemuda  datang  ke  Lapangan  Ikada  yang telah dijaga pasukan Jepang bersenjata lengkap. Para pemuda datang karena informasi dari
kawan-kawannya  bahwa  Proklamasi  dilaksanakan  di  Lapangan  Ikada.  Mereka  tidak mengetahui perubahan rencana lokasi penyelenggaraan Proklamasi dari Lapangan Ikada ke
halaman rumah Sukarno jalan Pegangsaan Timur No. 56.
Upacara  berlangsung  tanpa  protokol.  Latief  segera  memberi  aba-aba  kepada seluruh  barisan  pemuda  yang  telah  menunggu  sejak  pagi.  Semua  berdiri  tegak  dengan
sikap  sempurna.  Latief  mempersilahkan  Sukarno  dan  Hatta  maju  beberapa  langkah  dari tempatnya semula. Sukarno mendekati mikrofon. Dengan suara  yang mantap dan jelas  ia
mengucapkan  pidato  pendahuluan  yang  singkat  sebelum  membaca  teks  Proklamasi Kemerdekaan. Peristiwa besar itu berlangsung kurang dari 1 jam. Menurut kalimat-kalimat
yang terdapat di dalam Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 berisi suatu pernyataan kemerdekaan  yang  memberitahu  kepada  bangsa  Indonesia  sendiri  dan  kepada  dunia  luar
bahwa saat itu bangsa Indonesia telah merdeka, lepas dari penjajahan.
C. Berbagai Peristiwa Pasca Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 1.Penyebaran Berita Proklamasi
Berita  proklamasi  yang  sudah  meluas  di  seluruh  Jakarta  disebarkan  ke  seluruh Indonesia. Pagi hari itu juga, teks proklamsi telah sampai di tangan Kepala Bagian Radio
dari  Kantor  Berita
Domei,
Waidan  B.  Palenewen.  Ia  menerima  teks  itu  dari  seorang wartawan
Domei
yang  bernama  Syahrudin.  Segera  ia  memerintahkan  F.  Wuz    untuk menyiarkan  tiga  kali  berturut-turut.  Seorang  Jepang  masuk  ke  ruangan  radio.  Ia
memerintahkan    penyiaran  berita  dihentikan.  Namun  Waidan  memerintahkan  kepada  F. Wuz untuk terus menyiarkannya setiap setengah jam. Akibatnya, pucuk pimpinan tentara
Jepang di Jawa meralat berita itu dan menyegelnya pada hari Senin 20 Agustus 1945.
Para tokoh pemuda tidak kehilangan akal. Mereka membuat pemancar baru dengan bantuan beberapa teknisi radio. Alat-alat pemancar yang diambil dari kantor berita Domei
dibawa  ke  rumah  Waidan  dan    Menteng  31.  Akhirnya  terciptalah  pemancar  baru  di Menteng 31, dengan kode panggilan DJK 1. Dari sinilah berita Proklamasi disiarkan.
Selain  lewat  radio,  berita  proklamasi  juga  disiarkan  lewat  telepon,  pers  dan  surat selebaran. Adam Malik yang waktu itu sebagai wartawan menyampaikan teks proklamasi
melalui  telepon  kepada  Asa  Bafaqih  yang  kemudian  diteruskan  kepada  Penghulu  Lubis untuk  mendapatkan  pengesahan  lolos  sensor  dan  selanjutnya  di  kawatkan  ke  daerah-
daerah.  Seluruh  koran  di  Jawa  dalam  penerbitan  20  Agustus  1945  memuat  berita proklamasi  kemerdekaan  dan  Undang-Undang  Dasar  Negara  Republik  Indonesia.  Harian
Suara Asia di Surabaya merupakan koran pertama yang memuat berita proklamasi.
Proklamasi  kemerdekaan  juga  disebarluaskan  kepada  rakyat  Indonesia  melalui pemasangan plakat, poster, maupun coretan pada dinding tembok dan gerbong kereta api,
159
misalnya  dengan  slogan  ”Respect  our  Constitution,  August  1ι”  Hormatilah  Konstitusi kami  tanggal  17  Agustus  Melalui  berbagai  cara  dan  media  tersebut,  akhirnya  berita
Proklamasi  Kemerdekaan  Indonesia  dapat  tersebar  luas  di  wilayah  Indonesia  dan  di  luar negeri. Pamflet itu juga dipasang di tempat-tempat strategis. Selain itu, berita proklamasi
kemerdekaan juga menggunakan pengerahan massa dan penyampaian dari mulut ke mulut. Keampuhan  cara  itu  terbukti  dan  berdatangannya  masyarakat  ke  Lapangan  Ikada  untuk
mendengarkan pembacaan Proklamasi Kemerdekaan
Di  samping  melalui  media  massa,  berita  proklamasi  juga  disebarkan  secara langsung oleh para utusan daerah yang menghadiri sidang PPKI. Berita proklamasi secara
resmi  dibawa  dan  disebarluaskan  ke  luar  pulau  Jawa  melalui  para  anggota  PPKI  yang berasal  dari  daerah  yang  kebetulan  menyaksikan  peristiwa  proklamasi  dan  menghadiri
sidang PPKI.
2. Sidang PPKI PPKI mengadakan sidang sebanyak tiga kali yaitu pada tanggal 18 Agustus 1945,
19  Agustus  1945,  dan  22  Agustus  1945  Rapat  pertama  PPKI  diadakan  di  gedung  yang sekarang  Departemen  Kehakiman.  Sebelum  rapat  dimulai,  muncul  permasalahan  yang
disampaikan oleh wakil dari luar  Jawa, di  antaranya Mr.  Latuharhary  Maluku, Dr. Sam Ratulangi Sulawesi, Mr. Tadjudin Noor dan Ir. Pangeran Noor Kalimantan, dan Mr.  I
Ktut  Pudja  Nusa  Tenggara  yang  menyampaikan  keresahan  penduduk  non-Islam mengenai  kalimat  dalam  Piagam  Jakarta  yang  nantinya  akan  dijadikan  rancangan
pembukaan  dan  Undang  Undang  Dasar  Negara  Republik  Indonesia.  Kalimat  yang
dimaksud  adalah  “Ketuhanan  dengan  kewajiban  menjalankan  syariah  Islam  bagi  para pemeluknya”,  serta  “syarat  seorang  kepala  negara   haruslah  seorang  muslim”.  Untuk
mengatasi masalah tersebut Drs. Mohammad Hatta beserta Ki Bagus Hadikusumo, Wachid Hasyim,   Mr.  Kasman  Singadimedjo,  dan  Mr.  Teuku  Mohammad  Hassan
membicarakannya secara khusus. Akhirnya dengan mempertimbangkan kepentingan yang lebih luas dan menegakkan Negara Republik Indonesia yang baru saja didirikan, rumusan
kalimat yang  dirasakan memberatkan oleh kelompok non-Islam dihapus sehingga menjadi
berbunyi  “  Ketuhanan  Yang  Maha  Esa”  dan  syarat  seorang  kepala  negara  adalah  orang Indonesia  asli..  Setelah  menyelesaikan  permasalahan  tersebut,    rapat  pleno  PPKI  dibuka
pada pukul 11.30 dibawah pimpinan Sukarno dan Hatta. Rapat dihadiri oleh 27 anggota.
Rapat  pertama  ini  berlangsung  dengan  lancar.  Pembahasan  masalah  rancangan pembukaan dan undang-undang dasar  yang telah disiapkan dibuat oleh Badan Penyelidik
Usaha  Persiapan  Kemerdekaan  Indonesia  BPUPKI,  sebuah  badan  yang  terbentuk  pada 28  Mei  1945  dan  beranggotakan  62  orang  yang  diketuai  oleh  Dr.  K.R.T  Radjiman
Wedyodinigrat. Dimana dalam Sidangnya yang pertama pada 29 Mei sampai 1 Juni 1945, badan  ini  membahas    asas  dan  dasar  Negara  Indonesia  merdeka  dan  sebagai  hasil  dari
pertemuan
–pertemuan itu lahirlah Pancasila. Selanjutnya dalam Sidangnya yang kedua , pada 10 Juli -16 Juli 1945, Badan tersebut menghasilkan rancangan undang-undang dasar.
Dalam  Sidangnya  yang  pertama  ini  18  Agustus  1945  pembahasan  rancangan pembukaan dan UUD yang telah dihasilkan BPUPKI berhasil dibahas dalam tempo 2 jam,
disepakati bersama rancangan Pembukaan dan UUD RI. Sidang di skors pada pukul 21.50, dan  dimulai  kembali  pada  pukul  3.15,  pada  awal  pembukaan  saidang  kedua  ini,  Sukarno
mengumumkan 6 orang anggota baru PPKI. Mereka adalah Wiranatakusumah, Ki Hadjar Dewantara,  Mr.  kasman  Singodimedjo,  sayuti  Melik,  Mr.Iwa  Kusumasumatri,  Mr.
Subardjo.
Sebelum meningkat kepada acara selanjutnya  yaitu  Pemilihan presiden dan Wakil
Presiden, Sukarno meminta agar disahkan pasal III dalam aturan peralihan yang berbunyi:
160
Untuk  pertama  kali  Presiden  dan  wakil  Presiden  di  pilih  oleh  Panitia  Persiapan Kemerdekaan.  Kemudian  Oto  Iskandardinata  mengusulkan  agar  pemilihan  presiden  dan
wakil  presiden  dilakukan  dengan  aklamasi.  Ia  mengajukan  calon  Ir.  Sukarno  sebagai Pesiden  dan  Moh.  Hatta  sebagai  Wakil  Presiden.  Semua  hadirin  menerima  dengan
aklamasi sambil menyanyikan lagu Indonesia Raya.
Setelah  pemilihan  Presiden  dan  Wakil  Presiden,  sidang  meneruskan  acara membahas pasa-pasal rancangan aturan peralihan dan aturan tambahan. Dalam pembukaan
UUD ada kalimat yang semula berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa dengan kewajiban menjalankan  syariat-
syariat  Islam  bagi  pemeluknya”.  Diubah  menjadi  “Ketuhanan  Yang Maha Esa”. Dalam Bab III, Pasal 6  yang sebelumnya menyatakan bahwa presiden ialah
orang  Indonesia  asli  yang  beragama  Islam,  diubah  menjadi  presiden  adalah  orang Indonesia
asli. Setelah  rancangan  UUD  tersebut  selesai  dimusyawarahkan,  UUD  tersebut  kemudian
disahkan menjadi  UUD  Republik  Indonesia dan  terkenal  dengan nama UUD 1945.  UUD 1945  yang  telah  disahkan  oleh  PPKI  pada  tanggal  18  Agustus  1945  mempunyai
sistematika  sebagai  berikut;  1Pembukaan  mukadimah  yang  meliputi  empat alinea. Batang  tubuh  UUD  yang  merupakan  isi  dan  terdiri  atas  16  bab,  37  pasal  4  pasal
Aturan  Peralihan  dan  2  ayat  Aturan  Tambahan,  2  Penjelasan  UUD  yang  terdiri  atas penjelasan  umum  dan  penjelasan  pasal  demi  pasal..    Pengangkatan  Presiden  dan  Wakil
Presiden
RI yang
pertama Pemilihan presiden dan wakil presiden pertama kali dilakukan oleh PPKI. Hal ini sejalan
dengan  ketentuan  pada   Pasal  III  Aturan  Peralihan  UUD   1945.  Pasal  tersebut  berbunyi: “Untuk  pertama  kali  presiden  dan  wakil  presiden  diangkat  dan  dipilih  oleh  PPKI”.
Dalam sidang pertama PPKI tanggal 18Agustus 1945 Dengan perubahan-perubahan kecil seluruh rancangan aturan peralihan dan aturan
tambahan  disepakati  oleh  Sidang.    Presiden  Soekarno  menutup  acara  pembahasan  itu dengan  pernyataan.,  “
Dengan  ini  tuan-tuan  sekalian,  Undang-Undang  Dasar  Negara Republik Indonesia serta peraturan peralihan telah sah ditetapkan.
Dengan demikian pada tanggal  18  Agustus  1945  bangsa  Indonesia  memperoleh  landasan  kehidupan  bernegara,
yang meliputi dasar negara yakni sebuah Undang-Undang Dasar yang kini dikenal sebagai Undang-Undang  Dasar  1945.  Pembukaan  daripada  Undang-Undang  Dasar  1945  itu
mengandung  dasar  negara  yang  kita  kenal  dengan  nama  “Pancasila”.  Bahwa  Pancasila Dasar  Negara  adalah  Ketuhanan  Yang  Maha  Esa,  Kemanusiaan  yang  adil  dan  beradab,
Persatuan  Indonesia,  Kerakyatan  yang  dipimpin  oleh  hikmat  kebijaksanaan  dalam permusyawaratanperwakilan,  keadilan  sosial  bagi  seluruh  rakyat  Indonesia.  Dengan
demikian  jelaslah  bahwa  Pancasila  Dasar  Negara  rumusannya  yang  otentik  adalah  yang terdapat  di  dalam  Pembukaan  Undang-Undang  Dasar  1945.  Adapun  rumusan  yang
diajukan  oleh  para  pemimpin  bangsa  pada  sidang  pertama  BPUPKI  maupun  panitia sembilan tanggal 22 Juni 1945 adalah konsep belaka.
Sebelum rapat PPKI pertama ditutup. Presiden menunjuk 9 orang anggota sebagai panitia  kecil  yang  ditugasi  untuk  menyusun  rancangan  yang  berisi  hal-hal  yang  meminta
perhatian  mendesak,  yaitu  masalah  pembagian  wilayah  negara,  kepolisian,  tentara kebangsaan  dan  perekonomian.    Mereka  adalah;  Oto  Iskandardinata,  Subardjo,  Sayuti
Melik, Iwa Kusumasumatri, Wiranatakusumah, Dr. Amir, A.,A. Hamidhan, Dr. Ratulangie dan I Gusti Ketut Pudja.
Rapat dilanjutkan pada hari minggu tanggal 19 Agustus 1945 pukul 10 pagi. Acara pertama adalah membahas hasil kerja panitia kecil yang dipimpin oleh Oto Iskandardinata.
Sebelum  acara  dimulai  Presiden  Sukarno  menunjuk  Mr  Ahmad  subardjo,  sutardjo Kartohadikusumo,  Mr  Kasman  Singodimedjo  untuk  membentuk  Panita  Kecil  yang
merencanakan bentuk departemen.
161
Hasil  Panitia  Kecil  Oto  Iskandardinata  kemudian  dibahas  dan  meghasilkan keputusan  sebagai berikut:
a pembagian wilayah yang terdiri dari 8 propinsi beserta calon gubernurnya
yaitu:  1  Jawa  Barat  ,  Sutardjo  Kartohadikusumo  2  Jawa  Tengah,R.  Pandji Soeroso 3 Jawa Timur, R.A. Soerjo,  4 Borneo, Kalimantan , Ir. Pangeran Moh Nur, 5
Maluku,  Mr  J  Latuharhary,  6  Sulawesi,  Dr.  GSSJ  Ratulangie,  7  Sumatera,  Mr.  T. Mohammad  Hassan,  8  Sunda  Kecil  Nusa  Tenggara    Mr  .I  Gusti  Ketut  Pudja,  dan  dua
daerah  Istimewa  Jojakarta  dan  Surakarta.    Daerah  provinsi  dibagi  menjadi  beberapa karesidenan  yang  dikepalai  oleh  seorang  residen.  Gubernur  dan  residen  dibantu  oleh
Komite Nasional Indonesia Daerah. b Pembentukan Komite Nasional lndonesia Pusat dan Daerah.
Kemudian  Panitia  Kecil  yang  dipimpin  oleh  Mr  Ahmad  Subardjo  menyampaikan laporannya. Diusulkan oleh panitia ini adanya 13 Kementrian. Setelah dibahas oleh Sidang
maka  diputuskan  adanya,  1  Departemen  Dalam  Negeri,  2  Departemen  Luar  Negeri,  3 Departemen  Kehakiman,4  Departemen  Keuangan,5  Departemen  Kemakmuran,6
Departemen  Kesehatan,  7  Departemen  Pengajaran,  Pendidikan  dan  Kebudayaan,  8 Departemen  Sosial,9  Departemen  Pertahanan,10  Departemen  Perhubungan,  11
Departemen Pekerjaan Umum. Selanjutnya  rapat    juga  memutuskan  pembentukan  12  departemen  dan  empat  menteri
negara.  Pembahasan  mengenai  masalah  departemen  ditunda,  kemudian  presiden  kembali membahas  tentara  kebangsaan.  Panitia  Kecil  yang  dipimpin  oleh  Oto  Iskandardinata
mengusulkan;
1. Rencana pembelaan negara dari Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan
yang mengandung politik perang tidak dapat diterima 2.
Tentara Peta di Jawa dan Bali serta Laskar Rakyat di Sumatera dibubarkan, karena merupakan  organisasi  buatan  Jepang,  yang  kedudukannya  di  dunia  internasional
tidak  berketentuan.  Negara  Indonesia  membutuhkan  alat  pertahanan  yang  sebaik- baiknya.  Oleh  karena  itu  diusulkan  agar  supaya  Presiden  memanggil  pemuka-
pemuka yang mempunyai kecakapan militer untuk membentuk tentara kebangsaan yang kokoh
Usul  tersebut  diterima  secara  aklamasi  oleh  sidang.  Urusan  kepolisian  oleh  Panitia  Kecil dimasukan ke dalam Departemen Dalam Negeri, dan untuk mempersiapkan pembentukan
tentara kebangsaan dan kepolisian hendaknya presiden menunjuk pelaksanaannya. Hal ini disetujui  oleh  Sidang,  dan  kemudian  Presiden  menunjuk  Abdul  kadir,  Kasman
Singodimedjo  dan  Oto  Iskandardinata,  untuk  mempersiapkan  pembentukannya.  Abdul Kadir ditunjuk sebagai ketuanya.
Pembicaraan  lainnya  dari  para  anggota  menekankan  perlunya  ketentaraan  dan segera dimulainya perjuangan. Rapat pada siang hari  tanggal 19 Agustus itu ditutup pada
pukul 14.55. Pada waktu Presiden dan Wakil Presiden akan pulang, mereka diminta oleh para  pemuda  untuk  hadir  pada  rapat  yang  mereka  adakan  di  jalan  Prapatan  10.  Presiden
dan Wakil Presiden memenuhi permintaan untuk hadir pada rapat pemuda yang dipimpin oleh  Adam  Malik  bersama  Mr  Kasman  Singodimedjo  dan  Ki  Hadjar  Dewantara.  Telah
hadir  pula  disitu  Sutan  Syahrir.  Para  pemuda  mengharapkan  agar  Sukarno-Hatta melakukan  perebutan  kekuasaan  terhadap  Jepang  yang  diatur  dengan  cepat  dan  serentak.
Presiden Sukarno memberikan tanggapan  bahwa apa yang mereka kehendaki tidak dapat dilakukan  tergesa-gesa.  Para  pmuda  menolak  pendapat  Sukarno,  yang  dianggapnya
berbahaya  dan  merugikan  bangsa  Indonesia.  Adam  malik  kemudian  membacakan  dekrit mengenai  lahirnya  tentara  Republik  Indonesia  yang  berasal  dari  bekas  Peta  dan  Heiho.
162
Sukarno  dan  hatta  menyeetujui  usul  pemuda  tersebut  namun  belum  dapat  memutuskan pada saat itu. Rapat kemudian bubar.
Pada  malam  hari  tanggal  19  Agustus  1945,  di  Jalan  Gambir  Selatan  sekarang Merdeka  Selatan  No.10,  Presiden  Sukarno  dan  Wakil  Presiden  Mohammad  Hatta,  Mr
Sartono,  Suwirjo,  Oto  Iskandardinata,  Sukardjo  Wirjopranoto,  dr.  Buntaran,  Mr  A.G. Pringgodigdo,  Sutardjo  Kartohadikusumo,  dan  dr.  Tajuluddin,  berkumpul  untuk
membahas  siapa-siapa  yang  akan  diangkat  sebagai  anggota  KNIP.  Disepakati  bahwa anggota KNIP berjumlah 60 orang. Rapat pertama KNIP direncanakan tanggal 29 Agustus
1945 malam, bertempat di Gedung Komidi, jalan Pos sekarang Gedung Kesenian Pasar Baru  Jakarta.  Rapat  PPKI  dilajutkan  kembali  pada  22  Agustus  1945.  Dalam  rapat  itu  itu
diputuskan dibentuknya, Komite Nasional, Partai Nasional dan Badan Kemanan Rakyat.
Sesudah  keputusan  rapat  PPKI  tanggal  22  Agustus    itu,  pada  tanggal  23  Agustus 1945,  Presiden  Sukarno  dalam  pidato  radionya  menyatakan  berdirinya  tiga  badan  baru
yaitu  :
Komite  Nasional  Indonesia  KNI,  Partai  Nasional  Indonesia  P NI  dan  Badan Keamanan  Rakyat  BKR.
BKR  ini  akan  bertugas  sebagai  penjaga  keamanan  umum  di daerah-daerah  di  bawah  kordinasi  KNI  daerah.  Hasil-Hasil  Sidang  PPKI  Secara  lengkap,
yaitu: 1 . Pembentukan Komite Nasional
Dalam sidang tanggal 18 Agustus 1945, PPKI menegaskan perlunya pembentukan suatu  Komite  Nasional  sebelum  MPR  dan  DPR  terbentuk.  Untuk  itu,  maka  pada  tanggal
22  Agustus  1945,  PPKI  mengadakan  sidang  di  Gedung  Kebaktian  Rakyat  Jawa,  Jakarta. Salah  satu  keputusan  sidang  itu  adalah  terbentuknya   Komite  Nasional  lndonesia  KNI.
Badan  ini  berfungsi  sebagai  DPR  sebelum  Pemilu  diselenggarakan.  KNIP  terdiri  atas Komite  Nasional  lndonesia  Pusat  KNIP  yang  berkedudukan  di  Jakarta  dan  Komite
Nasional  Indonesia  Daerah  di  tiap-tiap  provinsi.  Pembentukan  KNIP  secara  resmi diumumkan  oleh  pemerintah  pada  tanggal  25  Agustus  1945.  KNIP  yang  beranggotakan
135  orang,  secara  resmi  anggotanya  dilantik  pada  tanggal  29  Agustus  1945  dengan susunan pengurus  sebagai  berikut  Ketua:Mr.  Kasman Singodimejo,Wakil Ketua  I:Sutarjo
Kartohadikusumo  Wakil  Ketua  lI:  Johanes  Latuharhary,  Wakil  Ketua  III:Adam  Malik. Tugas  pertama  KNIP  adalah  membantu  tugas  kepresidenan.  Namun,  kemudian  diperluas
tidak  hanya  sebagai  penasihat  presiden,  tetapi  juga  mempunyai  kewenangan  legislatif. Wewenang  KNIP  sebagai  DPR  ditetapkan  dalam  rapat  KNIP  tanggal  16  Oktober  1945.
Dalam  rapat  tersebut,  wakil  presiden  Drs.  Moh.  Hatta  mengeluarkan
Maklumat Pemerintah RI No. X
yang isinya meliputi hal-hal berikut: a.  KNIP  sebelum  DPRMPR  terbentuk  diserahi  kekuasaan  legislatif  untuk  membuat
undang-undang  dan  ikut  menetapkan  Garis-Garis  Besar  Haluan  Negara  GBHN. b.  Berhubung  gentingnya  keadaan,  maka  pekerjaan  sehari-hari  KNIP  dijalankan  oleh
sebuah Badan Pekerja KNIP yang diketuai oleh Sutan Syahrir. Komite Nasional Indonesia disusun  dari  tingkat  pusat  sampai  daerah.  Pada  tingkat  pusat  disebut  Komite  Nasional
Indonesia Pusat KNIP dan pada tingkat daerah yang disusun sampai tingkat kawedanan disebut Komite Nasional Indonesia
2 . Pembentukan Partai Nasional Indonesia
Pembentukan Partai Nasional Indonesia  pada waktu itu dimaksudkan sebagai satu- satunya  partai  politik  di  Indonesia  partai  tunggal.  Dalam  perkembangannya  muncul
Maklumat tanggal 31 Agustus 1945 yang memutuskan bahwa gerakan dan persiapan Partai Nasional  Indonesia  ditunda  dan  segala  kegiatan  dicurahkan  ke  dalam  Komite  Nasional.
Sejak  saat  itu,  gagasan  satu  partai  tidak  pernah  dihidupkan  lagi.  Demi  kelangsungan kehidupan  demokrasi,  maka  KNIP  mengajukan  usul  kepada  pemerintah  agar  rakyat
diberikan  kesempatan  seluas-luasnya  untuk  mendirikan  partai  politik.  Sebagai  tanggapan
163
atas  usul  tersebut,  maka  pada  tanggal  3  November  1945  pemerintah  mengeluarkan maklumat  pemerintah  yang  pada  intinya  berisi  memberikan  kesempatan  kepada  rakyat
untuk  mendirikan  partai  politik.  Maklumat  itu  kemudian  dikenal  dengan  Maklumat Pemerintah  tanggal  3  November  1945.  Partai  politik  yang  muncul  setelah  Maklumat
Pemerintah  tanggal  3  November  1945  dikeluarkan  antara  lain  Masyumi,  Partai  Komunis Indonesia,  Partai  Buruh  Indonesia,  Parkindo,  Partai  Rakyat  Jelata,  Partai  Sosialis
Indonesia, Partai Rakyat Sosialis, Partai Katolik, Permai, dan PNI.
3 . Pembentukan Badan Keamanan Rakyat Badan  Keamanan  Rakyat  BKR  ditetapkan  sebagai  bagian  dari  Badan  Penolong
Keluarga  Korban  Perang  BPKKP,  yang  merupakan  induk  organisasi  yang  ditujukan untuk  memelihara  keselamatan  masyarakat.  BKR  tugasnya  sebagai  penjaga  keamanan
umum  di  daerah-daerah  di  bawah  koordinasi  KNI  Daerah.  Para  pemuda  bekas  anggota Peta, KNIL, dan Heiho segera membentuk BKR di daerah sebagai wadah perjuangannya.
Khusus di Jakarta dibentuk BKR Pusat untuk mengoordinasi dan mengendalikan BKR di bawah  pimpinan  Kaprawi.  Sementara  BKR  Jawa  Timur  dipimpin  Drg.  Moestopo,  BKR
Jawa  Tengah  dipimpin  Soedirman,  dan  BKR  Jawa  Barat  dipimpin  Arudji  Kartawinata. Pemerintah belum membentuk tentara yang bersifat nasional karena pertimbangan politik,
mengingat  pembentukan  tentara  yang  bersifat  nasional  akan  mengundang  sikap permusuhan  dari  Sekutu  dan  Jepang.  Menurut  perhitungan,  kekuatan  nasional  belum
mampu  menghadapi  gabungan  Sekutu  dan  Jepang.  Sementara  itu  para  pemuda  yang kurang  setuju  pembentukan  BKR  dan  menghendaki  pembentukan  tentara  nasional,
membentuk  badan-badan  perjuangan  atau  laskar  bersenjata.  Badan  perjuangan  tersebut misalnya  Angkatan Pemuda  Indonesia API, Pemuda Republik  Indonesia PRI, Barisan
Pemuda Indonesia BPI, dan lainnya. Selain itu para pemuda yang dipelopori oleh Adam Malik membentuk
Komite van Actie.
3. Dukungan Daerah