54
memperkuat VOC, pemerintah Belanda memberi maskapai dagang ini hak oktroi yang berlaku selama 21 tahun dan dapat diperbaharui untuk 21 tahun berikutnya. Hak oktroi
meliputi hak untuk melakukan perjanjian dengan negara lain, merekrut tentara, menyatakan perang, mendirikan koloni dan benteng, serta mengadakan kontrak dagang.
Dengan hak oktroi dimilikinya keasaan VOC menyerupai negara. Begitu besarnya kekuasaan dan pengaruh yang dimiliki oleh VOC sehingga banyak sejarawan yang
menganggap maskapai dagang ini memiliki kekuasaan bagaikan negara.
Meskipun VOC dianggap sebagai perusahaan dagang multinasional terbesar di abad ke-17, tetapi perusahaan dagang multinasional yang pertama sebenarnya didirikan
oleh orang Inggris. Perusahaan dagang milik Inggris didirikan pada tahun 1602 dan diberi nama
East India Company
EIC atau Perusahaan Hindia Timur. EIC didirikan tanpa dukungan dana sebesar VOC dan karena itu perusahaan ini baru bisa benar-benar bersaing
dengan VOC setelah beroperasi lebih dari seratus tahun atau pada abad ke-18. Berbeda dengan VOC yang memperdagangkan rempah-rampah, komoditi utama yang
diperdagangkan oleh EIC adalah teh, kopi, dan kain tekstil India.
Dalam melakukan perdagangan luar negeri di abad 17 dan 18 Inggris menerapkan suatu sistem ekonomi yang dikenal dengan nama merkatilisme atau yang disebut juga
dengan komersialisme. Merkantilisme adalah sistem ekonomi dimana suatu negara berusaha mengumpulkan kekayaan dengan cara melakukan perdagangan dengan negara-
negara lain, mengekspor lebih banyak dari impor dengan tujuan untuk meningkatkan cadangan emas dan logam mulia lainnya. Kata merkatlisme berasal dari kata latin
mercans
yang artinya adalah “pembeli”. Sistem ini mendorong negara untuk meninggalkan kegiatan pertanian dan menggantikannya dengan kegiatan perdagangan dalam rangka mendapatkan
keuntungan yang lebih besar. Meskipun saat ini sistem merkatilisme tidak lagi populer, tetapi sistem ini merupakan salah satu sistem ekonomi utama ayng berlaku di abad 17 dan
18. Sistem merkantilisme adalah salah satu faktor pendorong bagi berbagai aktifitas eksplorasi dan kolonisasi yang dilakukan negara-negara Eropa pada periode modern awal.
Pada tahun 1650 pemerintah Inggris secara resmi menerapkan sistem merkantilisme dalam kegiatan perdagangan. Untuk mencapai tujuan dari sistem
merkatilisme pemerintah Inggris serangkaian peraturan yang secara ekslusif menguntungkan kepentingan ekonomi Inggris. Peraturan-peraturan tersebut menciptakan
suatu sistem perdagangan di mana koloni Inggris di Amerika memberi pasokan Inggris dengan bahan-bahan mentah dan Inggris menggunakan bahan-bahan mentah tersebut
untuk menghasilkan barang-barang yang bisa dijual di pasaran Eropa dan di daerah koloni. Sebagai daerah penghasil barang mentah, daerah koloni tidak akan pernah bisa
berkompetisi dengan Inggris sebagai negara yang mengolah dan memasarkan hasil olahan barang-barang mentah tersebut. Para pedagang dan kapal-kapal Inggris mendukung penuh
sistem merkantilisme. Mereka selalu berusaha agar negara lain tidak dapat turut menikmati keuntungan dagang yang di dapat oleh Inggris. Sejak akhir abad ke-18 seiring dengan
berakhirnya era perusahaan dagang multinasional seperti VOC dan EIC sistem merkantilisme mulai ditinggalkan.
VI. REVOLUSI INDUSTRI
Revolusi industri dimulai di Inggris pada tahun 1780-an. Perbaikan cara berproduksi dalam kegiatan pertanian di abad ke-18 telah menghasilkan peningkatan yang signifikan
dalam produksi makanan. Sejak itu hasil pertanian Inggris dapat diproduksi dalam jumlah besar dengan tenaga kerja yang sedikit dan harga produk yang terjangkau. Dampak
positifnya keluarga-keluarga biasa di Inggris tidak perlu lagi membelanjakan sebagian
55
besar uangnya untuk membeli makanan dan karena itu mereka sekarang memiliki cukup uang untuk membeli barang-barang lainnya. Pada saat yang sama, pertumbuhan populasi
penduduk yang cepat menyediakan surplus tenaga kerja yang diperlukan oleh pabrik- pabrik baru yang akan menjadikan Inggris sebagai negara industri.
Faktor kunci yang menyebabkan terjadinya revolusi industri di Inggris adalah kemampuan negara ini untuk menghasilkan barang-barang yang dibutuhkan oleh pasaran
dengan harga yang murah. Metode tradisional memproduksi barang dengan industri rumahan tidak akan dapat memenuhi kebutuhan pasar yang meningkat pesat. Kebutuhan
itu terutama berupa pakaian berbahan katun yang permintaannya datang dari Inggris dan wilayah-wilayah koloninya di seluruh penjuru dunia. Menghadapi permintaan yang tinggi,
pembuatan pakaian di Inggris mencari dan menerima metode-metode baru yang dihasilkan oleh penemuan-penemuan di bidang teknologi dan sistem produksi. Proses pembaharuan
di dalam cara berproduksi inilah yang mendorong terjadinya revolusi industri.
Pada tahun 1782 seorang ilmuwan Skotlandia yang bernama James Watt 1736- 1819 berhasil menyempurnakan mesin uap ciptaannya sehingga dapat digunakan untuk
berbagai keperluan. Dengan menggunakan tenaga uap dan batubara, mesin uap ciptaan James watt dapat menjadi sumber energi penggerak menggantikan tenaga air dan angin.
Berbeda dengan kincir angin dan air, mesin uap ciptaan watt dapat ditempatkan dimana saja. Mesin uap dapat digunakan untuk memintal benang, menenun kain, menggerakkan
lokomotif, kapal, dan sebagainya. Mesin uap menciptakan cara baru dalam berproduksi. Sejak itu pabrik-pabrik menggantikan industri rumahan dan bengkel kerja. Dengan
menggunakan mesin uap, barang-barang dapat diproduksi secara massal dengan biaya produksi yang murah.
Penemuan mesin uap memberi dorongan besar bagi peningkatan industri kain katun di Inggris. Pada tahun 1760 Inggris mengimpor 2,5 juta pounds kapas yang
semuanya digunakan untuk keperluan industri. Pada tahun 1787 jumlah impor kapas meningkat menjadi 22 juta pounds. Pada tahun 1840 impor kapas Inggris berjumlah 366
juta pounds. Pada saat itu kain katun buatan Inggris telah dipasarkan ke seluruh penjuru dunia. Selama masa revolusi industri, cara memproduksi besi di Inggris juga mengalami
revolusi secara radikal. Besi berkualitas tinggi mulai dihasilkan industri besi Inggris pada tahun 1780-an. Pada tahun 1740 Inggris memproduksi 17.000 ton besi. Seratus tahun
kemudian, tepatnya pada tahu 1840an produksi besi Inggris telah mencapai dua juta ton. Pada tahun 1852 Inggris menghasilkan tiga juta ton besi. Produksi sebanyak itu melebihi
dari produksi besi seluruh dunia jika digabungkan.
Penemuan mesin uap memicu terjadinya industrialisasi. Keberadaan pabrik-pabrik menciptakan cara kerja yang baru. Para pemilik pabrik dapat mengoperasikan mesin-mesin
mereka secara maksimal. Karenanya para buruh bekerja secara teratur dalam periode tertentu dengan sistem
shift
, agar mesin dapat terus bekerja dengan konstan. Para buruh di Inggris banyak yang berasal dari daerah pedesaan yang datang ke kota di luar musim
tanam dan panen. Pada pertengahan abad ke-19 Inggris telah menjadi negara industri paling maju dan termakmur di dunia. Pada masa ini Inggris menjadi penghasil paling
utama, pusat perputaran uang, dan pusat kegiatan perdagangan. Inggris memproduksi separuh dari barang-barang industri dan batubara yang diperlukan oleh dunia. Pada tahun
1850, jumlah produksi kain katun Inggris sama besarnya dengan jumlah produksi kain katun seluruh negara Eropa digabungkan menjadi satu.
Dari inggris revolusi industri menyebar ke seluruh benua Eropa. Negara-negara pertama di daratan Eropa yang pertama melakukan revolusi industri adalah Belgia,
Perancis, dan Jerman. Pemerintahan di negara-negara tersebut aktif dalam mendorong
56
industrialisasi dengan mendirikan sekolah-sekolah untuk ahli teknik dan menyediakan dana untuk pembangunan jalan, jembatan, dan rel kereta api. Pada tahun 1850 suatu
jaringan kereta rel kereta api telah menyebar dan menghubungkan seluruh Eropa daratan.
Sama seperti negara-negara Eropa, Amerika Serikat yang telah menjadi merdeka pada tahun 1776 juga turut mengalami revolusi industri. Di negara ini revolusi indutsri
telah mentransformasikan cara berproduksi secara besar-besaran. Pada tahun 1800 enam dari tujuh buruh di AS berasal dari kalangan petani dan tidak ada kota di negara ini yang
penduduknya lebih dari 100.000 orang. Pada tahu 1860 populasi penduduk AS telah menjadi 30 juta orang. Pada tahun itu sembilan kota di AS berpenduduk lebih dari 100.000
orang dan hanya 50 dari para buruh yang berasal dari kalangan petani. Di bidang infrastruktur, ribuan mil kanal dan jalan dibangun untuk menghubungkan AS bagian timur
dan barat. Pada tahun 1830 panjang rel kereta api hanya 100 mil, tetapi tiga puluh tahun kemudian panjangnya sudah mencapai 27.000 mil. Revolusi transportasi mengubah AS
menjadi satu pasar tunggal yang besar bagi barang-barang hasil industri yang diproduksi di wilayah bagian timur laut negara tersebut.
Sebelum tahun 1870, revolusi industri yang telah mengubah Eropa dan AS secara radikal, tidak menyebar secara berati ke belahan dunia lainnya. Bahkan di Eropa Timur
proses industrialisasi jauh tertinggal dengan Eropa Barat. Sebagai contoh adalah Rusia yang masih tetap merupakan negara agraris yang diperintah oleh rezim aristokrasi
berdasarkan pada sistem feodal. Di Asia, negara-negara industri berusaha menghambat terjadinya revolusi industri di koloninya melalui berbagai kebijakan yang dikeluarkan oleh
pemerintah kolonial. Di India pasaran lokal dibanjiri oleh kain katun murah buatan Inggris sehingga banyak penenun yang kemudian kehialangan pekerjaan. Hindia Belanda juga
mengalami situasi yang tidak berbeda, pasaran lokal dibanjiri oleh impor kain dari negara Belanda kain produksi kota Twente.
Revolusi industri memicu terjadinya urbanisai. Pada tahun 1800 kota terpadat di Inggris adalah kota London yang berpenduduk satu juta orang. Selain itu ada 6 kota yang
berpenduduk antara 50.000-100.000 orang. Lima belas tahun kemudian populasi London meningkat menjadi 2.636.000 orang dengan 9 kota lainnya berpenduduk lebih dari
100.000 orang. Lebih dari 50 populasi Inggris pada tahun 1850 hidup di kota-kota besar maupun kecil. Lebih jauh lagi, revolusi industri menghasilkan kemunculan kelas
menengah baru. Kaum borjuis atau kelas menengah bukanlah kelompokm masyarakat baru. Mereka telah ada sejak munculnya kota-kota abad pertengahan. Kata borjuis berasal
dari kata
burgher
yang artinya adalah warga kota yang terdiri dari kaum bangsawan, pedagang, pegawai pemerintah, ahli hukum, pedagang, dan kalangan profesional lainnya.
Kelas menengah baru yang muncul pada masa revolusi industri terdiri dari para pemilik pabrik, pemilik bank, dan keluarga mereka. Kelompok masyarakat baru ini berusaha
menajdi bagian dari kaum elit kota dan bersamaan dengan itu berusaha membedakan diri mereka dengan kaum buruh yang bekerja di pabrik.
Meskipun membawa
dampak-dampak positif,
revolusi industri
juga mengakibatkatkan berbagai dampak negatif. Dampak negatif itu antara lain adalah:
peningkatan polusi udara, air, dan suara, berkembangnya konsumerisme, kepadatan penduduk kota, dan kehidupan kaum buruh yang sulit. Pada masa revolusi indutri para
buruh mengalami kondisi kerja yang sangat buruk. Mereka bekerja dalam shift selama 12- 16 jam sehari, enam hari seminggu, dengan istirahat setengah jam untuk makan. Tidak ada
jaminan keselamatan kerja dan tidak ada upah minimum. Banyak perempuan dan anak- anak yang dipekerjakan di pabrik-pabrik ataupun tambang-tambang. Anak-anak menjadi
bagian penting dari ekonomi keluara pada masa pra-industri. Mereka bekerja membantu
57
orang tua di ladang atau kebun atau membantu pekerjaan di rumah. Di masa revolusi industri tenaga kerja anak-anak dieksploitasi lebih daripada sebelumnya. Para pemilik
pabrik katun menemukan bahwa anak-anak dapat sangat membantu dalam proses produksi. Ukuran badan mereka yang kecil menjadikan mereka tenaga kerja yang ideal
untuk menjalankan mesin pembuat kain katun. Anak-anak juga lebih mudah dilatih untuk bekerja di pabrik dibandingkan orang yang sudah dewasa. Mereka penurut dan lebih dari
itu tenaga kerja anak tidak perlu dibayar penuh seperti tenaga kerja orang dewasa.
Dalam dunia pemikiran, revolusi industri telah memicu munculnya dua idelogi penting di abad 19, yaitu liberalisme dan nasionalisme. Liberalisme berakar pada abad 18
abad pencerahan, revolusi Amerika, dan revolusi Perancis. Paham liberalisme berlandaskan pada gagasan bahwa manusia sebagai individu harus diberi kebebasan
sebesar munkin. Liberalisme berkembang menjadi keyakinan politik yang menekankan pada kesamaan di depan hukum, kebebasan pers, berkumpul, dan toleransi agama. Semua
kebebasan ini harus dijamin dalam suatu dokumen tertulis atau konstitusi. Kaum Liberal meyakini bahwa kekuasaan negara harus dibatasi karena bisa mengganggu kebebasan
individu. Sebagai ideologi, liberalisme banyak disukung oleh kelas menengah baru yang menginginkan peran politik yang lebih luas setelah terjadinya revolusi industri.
Ideologi lain yang muncul sebagai respon terhadap revolusi industri adalah nasionalisme. Kebangkitan nasionalisme dalam suatu komunitas ditandai dengan adanya
kesadaran terhadap kesamaan nasib, budaya, bahasa, dan sejarah. Komunitas yang memiliki kesadaran semacam ini disebut dengan bangsa. Setiap individu dalam bangsa
diharap untuk memberikan loyalitasnya yang tertinggi kepada bangsanya. Sejak pecahnya revolusi Perancis, setiap kaum nasionalis mempercayai bahwa setiap bangsa harus
memiliki pemerintahnya sendiri. Sebagai contoh adalah bangsa jerman yang terpecah- pecah, menginginkan untuk bersatu sebagai bangsa dan membentuk satu pemerintahan
yang terpusat. Nasionalisme kemudian menjadi tantangan bagi tatanan politik di Eropa saat itu yang mayoritas berbentuk negara monarki seperti: Inggris, Prusia, dan Turki.
Nasionalisme bukan hanya berkembang di Eropa dan AS, tetapi juga di Amerika Selatan dan Asia sebagai kekautan baru yang mampu melawan kolonialisme.
Revolusi industri terjadi bersamaan dengan munculnya berbagai penemuan baru. Dalam sejarah ilmu pengetahuan, abad 19 disebut sebagai abad ilmu pengetahuan.
Penamaan ini dikarenakan pada abad itu banyak terjadi penemuan baru dalam bidang ilmu pengetahuan ayng mempengaruhi kehidupan umat manusia. Dalam bidang biologi,
ilmuwan Perancis louis Pasteur 1822-1895 menemukan cara baru untuk mengatasi bakteri. Pada tahun 1859, Charles Darwin 1809-1882 mempublikasikan
On the Origin of Species
yang berisikan teori evolusi. Pada tahun 1876 Alexander Graham Bell menemukan telepon yang berhasil merevolusi cara orang dalam berkomunikasi. Peningkatan taraf
kehidupan manusia yang dicapai melalui ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan metode ilmu pengetahuan alam diterima secara luas sebagai metode ilmu pengetahuan
uyang paling obyektif.
VII. PENUTUP