38 berbicara cepat, ambil waktu istirahat, telepon orang tua si pelaku, tanda tangani
kontrak, meminta penguatan-penguatan, meminta perpindahan, pindahkan pelaku.
d. Penciptaan Iklim Kelas yang Kondusif
Mewujudkan suasana kelas yang kondusif tentunya seorang guru harus mampu untuk menciptakan iklim belajar mengajar yang tepat agar dapat
memotivasi peserta didik untuk dapat mengikuti proses kegiatan belajar mengajar dengan baik. Untuk dapat menciptakan iklim belajar yang tepat, seorang guru
sebagai manajer kelas harus mengkaji pendekatan-pendekatan kelas, mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi suasana belajar-mengajar, menciptakan suasana
belajar yang baik dan mampu enangani masalah pengajaran dikelas. Menurut Novan Ardy Wiyani 2013 : 186, iklim kelas yang kondusif adalah suasana atau
keadaan yang mendukung keberhasilan pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar di kelas. Seorang guru sebagai manajer dikelas tentu saja berperan dalam
mancipatakan suasana atau iklim kelas yang kondusif. Dalam hal ini ada tiga macam iklim kelas, yaitu:
1 Iklim kelas dengan sikap guru otoriter
Pada saat pembelajaran berlangsung seorang guru menggunakan kekuasaan atau wewenangnya untuk mencapai tujuan pembelajaran. Tak jarang dalam kekuasaan
atau wewenangnya guru memberikan hukuman. Upaya tersebut memang membuat suasana kelas tenang, namun susana hati peserta didik menjadi tidak
tenang karena dibawah tekanan guru.
39 2
Iklim kelas dengan sikap guru yang permisif Suasana kelas ini guru memberikan kebebasan tanpa banyak tekanan, ancaman,
larangan, perintah atau paksaan. Kegiatan belajar mengajar di kelas selalu dibuat menyenangkan, guru tidak menonjolkan dirinya dan berada dibelakang jika
dibutuhkan. 3
Iklim kelas dengan sikap guru yang nyata Suasana kelas ini guru memberikan kebebasan kepada peserta didik dengan
diiringi kegiatan pengendalian terhadapnya. Peserta didik diberi kebebasan untuk belajar sesuai dengan tipenya tanpa aturan yang ketat. Namun dilain pihak peserta
didik diberi tugas sesuai dengan petunjuk dan pengawasan guru. Menurut Dreikurs Leron Grey dalam Novan Ardy Wiyani 2013 : 188-189
dalam menggunakan pendekatan sosio-emosional kelas, mengemukakan bahwa ada tiga jenis suasana kelas yang dihadapi oleh peserta didik setiap harinya.
1 Suasana kelas autokrasi
Guru lebih banyak menerapkan perintah dan larangan, dalam hal ini mengguankan kekerasan, penekanan, persaingan, hukuman dan ancaman untuk
mengawasi peserta didik dalam proses pembelajaran. Dominan guru dalam kelas sangat menonjol dan jalannya kegiatan belajar-mengajar cenderung berpusat pada
guru. 2
Suasana kelas laissez-faire Guru didalam kelas tidak memperlihatkan kegiatan atau kepemimpinannya, guru
lebih memberikan kebebasan pada peserta didiknya. Guru melepaskan
40 tanggungjawabnya kepada peserta didik dalam melakukan tugas belajarnya.
Dalam suasana kelas ini lebih dominasi pada peserta didik. 3
Suasana kelas yang demokratis Guru memperlakukan peserta didiknya sebagai individu yang bertanggungjawab,
berharga, mempu mengambil keputusan, dan dapat memecahkan masalah yang dihadapi, sehingga tumbuhnya rasa percaya diri dan saling percaya serta
menerima satu sama lain. Hal itu disertai dengan peran guru yang membimbing, mengembangkan, dan membagi tanggungjawab untuk semua warga kelas
termasuk guru itu sendiri. Menurut Novan Ardy Wiyani 2013 : 191 di dalam dunia pendidikan tidak
luput dari aktivitas komunikasi, dalam konteks sekolah kualitas komunikasi dapat menjadi penentu suasana atau iklim sekolah. Sedangkan dalam konteks mikro
sekolah, kualitas komunikasi dapat menciptakan iklim kelas yang kondusif. Secara umum ada dua gaya komunikasi, yaitu:
1 Komunikasi satu arah, yang merupakan komunikasi yang hanya dimonopoli
oleh komunikator. Dalam konteks kelas, komunikasi satu arah merupakan komunikasi yang datang dari guru kepada peserta didiknya yang berupa
perintah, arahan dan nasihat, meaupun teguran. 2
Komunikasi dua arah, merupakan komunikasi yang komunikator dan komunikan bergantian memberikan informasi. Guru bersedia mendengarkan
keluh kesah peserta didiknya, menampung aspirasi atau keinginan peserta didiknya, kemudian mewujudkan aspirasi tersebut dan bekerja sepenuhnya
untuk peserta didiknya.
41 Dari komuinikasi diatas maka dapat terlihat bahwa dalam komunikasi dua
arah guru tentu saja bukan menjadikan dirinya sebagai pemimpin sekaligus manajer kelas yang otoriter, melainkan menjadi pemimpin sekaligus manajer
kelas yang demokratis. Maka dapat disimpulkan bahwa dengan mempraktikan komunikasi dua arah peserta didik nantinya akan merasa nyaman, suka, dan aman
untuk belajar di kelas sehingga iklim kelas pun menjadi kondusif.
e. Mengelola Interaksi Belajar Mengajar