Hubungan guru dan siswa

34 Oleh karena itu pengelolaan peserta didik dikelas dilakukan untuk mengatur dan menempatkan peserta didik dalam kelas sesuai dengan potensi intelektual dan perkembangan emosionalnya. Peserta didik diberikan kesempatan untuk memperoleh posisi dalam belajar yang sesuai dengan minat dan keinginannya.

a. Hubungan guru dan siswa

Menurut Jane Bluestein 2013: 15 hubungan guru dengan siswa nantinya akan membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan kompetensi sosialnya, dan mempelajari ketrampilan bagaimana membuat keputusan-keputusan konstruksif dan mengendalikan perilaku berdasarkan pada emosi alamiah. Hubungan yang terjadi antar guru-siswa dan siswa-siswa perlu membina hubungan manusiawi yang baik, misalnya menghargai hak dan kewajiban masing- masing, berlaku ramah dan simpatik sehingga semua merasa dihargai juga dijaga rasa hormat-menghormati satu sama lain. Saling percaya juga perlu dibina dikalangan anak-anak karena saling percaya unsur yang penting dalam membina persahabatan antar anak, tidak saling menghianati. Disamping itu hendaknya ada rasa saling cinta-mencintai satu sama lain dalam pengertian yang positif misalnya ikut sedih atau prihatin ketika temannya ada musibah. Antar anak pun perlu ditanamkan rasa saling membutuhkan misalnya meminjam catatan ketika tidak bisa masuk kelas. Jadi guru perlu dalam menerapkan hal seperti itu, bahwasannya manusia itu saling membutuhkan dalam pergaulan maupun kehidupan sehari-hari. Hindarkan sifat sombong dan teman lainnya, serta saling memaafkan juga perlu juga untuk ditanamkan pada anak karena tidak ada seorangpun yang sempurna, suatu ketika pasti ada berbuat salah juga. 35 Sebagian besar waktu anak dihabiskan disekolah dan terjadi hubungan antar guru dan siswa dilingkungan sekolah baik didalam kelas waktu menerima pelajaran maupun diluar kelas seperti dihalaman, di kebun, ruang baca ataupun diruang perpustakaan. Waktu dikelas dalam suasana belajar ada guru yang berkuasa otoriter. Suasana kelas murid-murid duduk dengan tenang memperhatikan guru, tidak berani bergerak ataupun mondar- mandir didalam kelas. Suasana yang demikian dapat terbina karena hasil tekanan guru, namun biasanya guru menjadi kurang akrab dengan siswa, guru pun jarang tersenyum ataupun memuji hasil usaha anak. Tentunya jika hal ini dilaksanakan sekarang sudah tidak cocok lagi, lebih-lebih didalam demokrasi seperti sekarang bahkan terdapat juga kebebasan liberal. Dimana murid-murid diberi kebebasan sepenuhnya dalam bertingkah laku sesuai dengan perkembangannya. Murid-murid hendaknya diberi kebebasan, namun bimbingan dan pengawasan dari guru tetap sangat diperlukan. Siswa perlu dibimbing oleh guru untuk pemahaman dan pengembangan, dimana kebebasan merupakan suatu karunia yang menjadi hak asasi setiap manusia, tetapi dengan harus mengingat bahwa tidak boleh menyalahgunakan. Kebebasan disini digunakan secara bertanggung jawab tidak mengganggu dan bertentangan dengan kepentingan bersama. Jadi dalam hubungannya guru dan siswa diperlukan adanya suatu kerjasama dengan mempraktekan hak dan kewajiban masing-masing untuk mengembangkan pola-pola yang baik kearah pembinaan diri sendiri. Dalam hal ini guru memberi kesempatan seluas mungkin dan sebanyak mungkin untuk mengvaluasi tingkah lakunya berdasarkan 36 peraturan-peraturan yang ditetapkan berdasarkan pengalaman evaluatif, untuk menghindarkan perbuatan-perbuatan yang tidak diinginkan. Maka sudah jelas bahwa kerjasama guru-siswa dalm menciptakan peraturan-peraturan dikelas dan dipatuhi bersama menyebabkan terciptanya suatu kelas yang diidamkan.

b. Teknik pembinaan dan penerapan disiplin