Perencanaan Planning Implementasi Pembelajaran berbasis Multiple Intelligences

34 yang menyatakan bahwa perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang- kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar dan penilaian hasil belajar. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP sering pula disebut dengan lesson plan. Hal tersebut ditegaskan oleh Saifuddin 2014: 88 bahwa ―lesson plan merupakan bentuk administrasi dari kegiatan pembelajaran sehingga lesson plan didefinisikan sebagai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP dimana hanya berlaku satu pertemuan atau beberapa pertemuan‖. Selanjutnya, Munif Chatib 2014: 192 menuliskan dalam bukunya yang berjudul Gurunya Manusia bahwa ―lesson plan adalah perencanaan yang dibuat oleh guru sebelum mengajar‖. Pernyataan tersebut menunjukkan indikasi bahwa lesson plan dibuat setiap kali guru hendak mengajar. Guru, selaku pendidik dapat berkreasi sebebas mungkin untuk menciptakan sebuah lesson plan yang inspiratif. Gutomo dalam Saifuddin, 2014: 88 mengemukakan bahwa: lesson plan yang inspiratif berarti suatu RPP yang disusun sekreatif mungkin oleh guru sehingga memuat rencana bagaimana cara mengajar dan menghidupkan suasana belajar dengan membangkitkan gairah siswa belajar dan menghindari kebosanan dalam belajar serta membuat pembelajaran menjadi aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Unsur-unsur yang terdapat dalam lesson plan dapat bervariasi sesuai dengan kebutuhan dan kreativitas guru. Namun, menurut Harmer 35 dalam Ari Purnawan, 2008 pada dasarnya sebuah lesson plan perlu mencantumkan beberapa aspek berikut: 1 who are the students for this activity? 2 what will it achieve? 3 how long it will take? 4 what might go wrong? 5 what will be needed? 6 how does it work? Dari pernyataan di atas, hendaknya suatu lesson plan memuat: 1 deskripsi atau karakteristik siswa yang akan belajar menggunakan lesson plan tersebut, 2 tujuan yang hendak dicapai, 3 pernyataan mengenai batasan waktu yang akan dialokasikan untuk melakukan proses pembelajaran, 4 kemungkinan-kemungkinan permasalahan yang akan muncul beserta antisipasinya, 5 media dan sumber yang dibutuhkan untuk melaksanakan pembelajaran, 6 rangkaian kegiatan yang akan dilakukan prosedur yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan. Sementara itu, Munif Chatib 2014: 203 membagi struktur lesson plan menjadi tiga bagian, yaitu: a. Header atau pembuka terdiri dari identitas dan silabus b. Content isi terdiri dari: 1 Apersepsi a Zona Alfa Alpha Zone Zona Alfa Alpha Zone sebenarnya adalah salah satu gelombang otak. Kondisi alfa dikatakan sebagai kondisi paling baik untuk belajar sebab neuron sel saraf sedang berada dalam suatu harmoni keseimbangan; yaitu ketika sel- 36 sel saraf seseorang melakukan tembakan impuls listrik secara bersamaan dan juga beristirahat secara bersamaan sehingga timbul keseimbangan yang mengakibatkan kondisi relaksasi seseorang Munif Chatib, 2014: 90. Selanjutnya, Munif Chatib 2014: 92-108 menambahkan, adapun cara yang dapat dilakukan guru untuk membawa siswa ke dalam kondisi zona gelombang alfa yakni melalui: ice breaking, fun story dapat berupa cerita lucu, gambar lucu, atau teka-teki yang diperoleh dari pengalaman pribadi, ceritapengalaman orang lain, buku-buku humor, internet, dll, musik, dan brain gym atau senam otak yang terdiri atas serangkaian latihan berbasis gerakan tubuh sederhana. b Warmer Istilah warmer sering juga disebut sebagai review, feedback, atau tinjau ulang. Warmer atau pemanasan adalah mengulang materi yang sebelumnya diajarkan oleh guru. Warmer pada apersepsi dapat berupa games pertanyaan, yaitu pengulangan kembali materi yang lalu dengan cara memberikan pertanyaan kepada siswa melalui permainan yang menyenangkan. Selain games pertanyaan, guru juga dapat meminta siswa menuliskan –dalam form yang sudah disediakan –sampai di mana pemahamannya terhadap materi 37 yang sudah diterima, apa saja yang belum dipahami, dan cara apa yang harus dilakukan agar siswa tersebut paham. Hal ini disebut dengan penilaian diri Munif Chatib, 2014: 109. c Pre-teach Pre-teach adalah aktivitas yang harus dilakukan sebelum aktivitas inti pembelajaran. Pre-teach tidak harus selalu ada dalam setiap kali pertemuan karena sangat bergantung pada kebutuhan yang berkaitan dengan materi dan strategi pembelajaran Munif Chatib, 2014: 115 d Scene setting Scene setting adalah aktivitas yang paling dekat dengan strategi pembelajaran. Dengan kata lain, scene setting adalah aktivitas yang dilakukan guru atau siswa untuk membangun konsep awal pembelajaran. Scene setting dapat berupa bercerita, visualisasi, simulasi, pantomim, dan mendatangkan tokoh Munif Chatib, 2014: 115-119. 2 Strategi mengajar, atau strategi pembelajaran Strategi pembelajaran berdasarkan multiple intelligences sangat bervariatif sesuai dengan kreativitas guru. Meski demikian, pelaksanaan strategi multiple intelligences sebaiknya difokuskan pada model aktivitas pembelajaran terlebih dahulu, baru setelah itu dilakukan analisis terhadap aktivitas tersebut berkaitan dengan kecerdasan apa saja. Hal ini dilakukan untuk memudahkan guru 38 sehingga tidak terjadi kebingungan dalam mengembangkan strategi multiple intelligences Munif Chatib, 2015: 107-108. Selanjutnya, Munif Chatib 2015: 122-130 menambahkan beberapa langkah penting dalam merancang strategi pembelajaran yang baik, yaitu: a membatasi waktu guru dalam melakukan presentasi dan melimpahkan waktu terbanyak untuk aktivitas siswa misalnya dengan perbandingan 30:70 sehingga siswa akan belajar secara otomatis, b menggunakan modalitas belajar yang paling tinggi yaitu dengan modalitas kinestetis dan visual dengan akses informasi melihat, mengucapkan, dan melakukan, c mengaitkan materi yang diajarkan dengan aplikasi dalam kehidupan sehari-hari yang mengandung keselamatan hidup, d menyampaikan materi kepada siswa dengan melibatkan emosi sehingga penyampaian materi tidak terasa hambar dan membosankan, serta e melibatkan partisipasi siswa untuk menghasilkan manfaat yang nyata dan dapat langsung dirasakan oleh orang lain sehingga siswa merasa mempunyai kemampuan untuk menunjukkan eksistensi dirinya. 3 Prosedur aktivitas, berisi langkah-langkah, tahapan, atau rangkaian kegiatan yang hendak dilakukan oleh guru dan siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. 4 Teaching aids, peralatan atau perlengkapan media yang diperlukan guru untuk mengajar. 39 5 Sumber belajar, sumber yang digunakandimanfaatkan dalam proses pembelajaran, misalnya lingkungan, orang atau narasumber, objek benda yang sebenarnya, serta bahan cetak dan noncetak. 6 Proyek. c. Footer atau penutup, terdiri dari rubrik penilaian dan komentar guru. Komentar guru dapat berupa masalah, ide baru, dan momen spesial. Dari beberapa pendapat mengenai format atau struktur lesson plan di atas, dapat disimpulkan bahwa tidak ada format yang baku dalam pembuatan lesson plan. Format Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP dalam pembelajaran berbasis multiple intelligences tidak jauh berbeda dengan format Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP pada umumnya, yaitu identitas, standar isistandar kompetensi, kompetensi dasar, indikator pembelajaran, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, dan sumber serta media pembelajaran. Namun, dalam RPP pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk, pendidik perlu menganalisis kecerdasan apa saja yang telah dikembangkan, khususnya pada kegiatan pembelajaran dan penilaian. c. Strategi Pengajaran Strategi pengajaran yang akan dilakukan guru sebelumnya disesuaikan dengan berbagai potensi kecerdasan yang ada pada diri siswa, mencakup kedelapan jenis kecerdasan, yaitu: kecerdasan linguistik linguistic intelligence, kecerdasan logika-matematika logical 40 mathematical intelligence, kecerdasan spasial spatial intelligence, kecerdasan musikal musical intelligence, kecerdasan kinestetik bodily- kinesthetic intelligence, kecerdasan interpersonal interpersonal intelligence, kecerdasan intrapersonal intrapersonal intelligence,dan kecerdasan naturalis naturalist intelligence. d. Menentukan Evaluasi Evaluasi yang akan digunakan oleh guru juga sebaiknya dipersiapkan sejak awal. Hamalik dalam Wina Sanjaya, 2008: 231-232 menjelaskan pentingnya perencanaan evaluasi sebagai berikut: pertama, rencana evaluasi membantu guru untuk menentukan apakah perumusan tujuan sudah dilakukan atau belum; kedua, berdasarkan rencana evaluasi yang telah ada, guru dapat mengumpulkan informasi apakah tujuan-tujuan pembelajaran tersebut sudah tercapai atau belum; dan ketiga, rencana evaluasi memberikan waktu yang cukup untuk merancang tes karena tes yang baik memerlukan periapan matang yang mungkin menyita waktu yang cukup banyak. Dalam hal ini guru harus menentukan evaluasi yang sesuai dengan tetap memperhatikan keberagaman pendekatan pembelajaran berbasis multiple intelligences.

2. Pelaksanaan Implementing

Setiap anak didik memiliki potensi kecerdasan yang berbeda-beda. Seorang guru harus pandai menemukan dan menggali kecerdasan majemuk mereka melalui berbagai kegiatan pembelajaran yang edukatif, inspiratif, dan menyenangkan. Hal ini sesuai dengan sejumlah prinsip dalam Peraturan 41 Pemerintah No. 19 Tahun 2005 Bab IV Pasal 19 ayat 1 tentang Standar Nasional Pendidikan yang menjelaskan bahwa proses pembelajaran harus diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup untuk bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Multiple intelligences memberikan peluang keberhasilan yang lebih besar karena siswa mendapatkan kesempatan untuk belajar melalui cara-cara yang lebih bervariasi. Vos dalam Dian Novita, 2013: 20 berpendapat bahwa terdapat 13 cara anak belajar, di antaranya: a anak belajar melalui pengalaman aktivitas learning by doing, b anak belajar melalui apa yang dilihat dan didengar reinforce with picture and sounds, c belajar harus menyenangkan bagi anak learning should be fun, d anak belajar harus berada dalam situasi yang santai tetapi menantang learning in a relaxed but challenging situation, e belajar melalui musik dan ritme learn with music and rhytm, f belajar melalui penyatuan gerak tubuh dan aktivitas otak learn with lots of movement-use the body and the mind together, g belajar dengan saling berbicara dengan yang lain atau berkomunikasi learning by talking to each other, h belajar dengan refleksi learn by reflecting, i belajar melalui integrasi angka dan kata secara menyenangkan link numbers and words in playful way, j belajar dengan menyentuh learn by touching, k belajar dengan mengecap learning by tasting, l belajar dengan membaui learning by smelling, dan m belajar dengan memanfaatkan seluruh alam use the whole world. Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa siswa belajar dengan berbagai cara. Cara-cara tersebut memungkinkan siswa menguasai berbagai pengetahuan sesuai dengan karakteristik individu dan potensi kecerdasan yang dimilikinya. 42 Munif Chatib 2015: 98 mengatakan bahwa multiple intelligences awalnya merupakan teori kecerdasan dalam ranah psikologi. Ketika ditarik ke dunia edukasi, multiple intelligences menjadi sebuah strategi pembelajaran untuk materi apapun dalam semua bidang studi. Multiple Intelligences adalah strategi pembelajaran berupa rangkaian aktivitas belajar yang merujuk pada indikator hasil belajar yang sudah ditentukan dalam silabus. a. Strategi Pengajaran untuk Kecerdasan Linguistik Strategi pengajaran untuk kecerdasan linguistik, antara lain: 1 berceritamendongeng, 2 bertukar pikiranbrainstorming, 3 rekaman, 4 jurnal penulisan, dan 5 penerbitan Armstrong: 2013: 80-83. Selanjutnya, Hoerr 2007: 18 menjelaskan bahwa untuk membantu siswa mengembangkan kecerdasan bahasa, guru dapat: 1 mendorong penggunaan kata-kata tidak lazim dan palindrom, 2 melibatkan siswa dalam debat dan presentasi lisan, serta 3 menunjukkan bagaimana puisi dapat menyampaikan emosi. Senada dengan Armstrong dan Hoerr, Jasmine 2007: 125 memaparkan bahwa metode mengajar multiple intelligences untuk kecerdasan linguistik, dapat didiskusikan dan kemudian digambarkan dengan aktivitas-aktivitas yang melibatkan hal-hal berikut: abjad, fonik suara, pengucapan atau pelafalan, membaca, menulis, mendengar, berbicara, berdiskusi, dan memberikan laporan lisan, serta memainkan permainan kata-kata dan mengerjakan teka-teki silang. Selanjutnya, Tim Pustaka Familia dalam buku Warna-warni Kecerdasan Anak dan Pendampingannya 2006: 79 menuliskan beberapa 43 stimulasi awal yang dapat diberikan pada anak untuk bidang kecerdasan verbal lingusitik yaitu dengan mengajak anak membaca bersama, memperhatikan dengan sungguh setiap pertanyaan anak sehingga anak terlatih untuk belajar mendengar, menyediakan buku cerita atau buku untuk menulis, mendorong anak untuk menceritakan pengalamannya, dan mengajak anak bermain scrabble bersama. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa hal-hal yang dapat dilakukan dalam proses pembelajaran dengan menerapkan teori multiple intelligences untuk kecerdasan linguistik, antara lain dengan cara: membaca buku, mendengarkan dongengberitacerita, menulis catatanlaporanpuisicerita, melibatkan siswa dalam debat dan presentasi lisan, serta memainkan permainan kata-kata. b. Strategi Pengajaran untuk Kecerdasan Logika-Matematika Strategi pengajaran untuk kecerdasan logika-matematika, antara lain: 1 perhitungan dan kuantifikasi, 2 klasifikasi dan kategorisasi, 3 membuat pertanyaan model socrates, 4 heuristik, dan 5 pemikiranberpikir ilmiah Armstrong: 2013: 83-86. Selanjutnya, Hoerr 2007: 18 menjelaskan bahwa untuk membantu siswa mengembangkan kecerdasan logika-matematika, guru dapat: 1 menggunakan diagram Venn untuk membandingkan, 2 menggunakan grafik, tabel, dan bagan waktu, 3 meminta siswa mendemonstrasikan dengan benda-benda nyata, serta 4 meminta siswa menunjukkan urutan. Senada dengan Armstrong