Penilaian Assesment Implementasi Pembelajaran berbasis Multiple Intelligences

56 telah dipelajari siswa melalui kegiatan pembelajaran. Penilaian yang dilakukan oleh guru harus memuat keseimbangan tiga ranah, yaitu penilaian kognitif, penilaian psikomotorik dan penilaian afektif. Secara garis besar ketiga ranah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. 1 Penilaian Kognitif Pengetahuan Kompetensi ranah kognitif berdasarkan Taksonomi Bloom yang telah direvisi Anderston dan Krathwohl dalam Abdul Mujid, 2014: 10 meliputi tingkatan mengingat remember, memahamimengerti understand, menerapkan apply, menganalisis analyze, mengevaluasi evaluate, dan menciptakan create. Adapun jenis penilaian kognitif menurut Munif Chatib 2015: 151-152 meliputi tes dan tugas. Untuk penilaian tes, terdapat dua bentuk, yaitu: a tes lisan, berupa pertanyaan lisan yang digunakan untuk mengetahui daya serap siswa terhadap masalah yang berkaitan dengan kognitif. b tes tertulis, berupa isian singkat, menjodohkan, pilihan ganda, uraian objektif, uraian non-objektif, hubungan sebab akibat, hubungan konteks, klasifikasi, atau kombinasi yang dilakukan untuk mengungkap penguasaan siswa dalam aspek kognitif mulai dari jenjang pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, sampai evaluasi. Sementara itu, tugas adalah jenis penilaian kognitif berupa tes yang biasanya dikerjakan secara kelompok atau menjadi pekerjaan rumah. 57 2 Penilaian Psikomotorik Keterampilan Kompetensi ranah psikomotorik meliputi kompetensi yang dapat diraih dengan aktivitas pembelajaran bukan tes, melainkan sebuah aktivitas yang memerlukan gerak tubuh atau perbuatan, kinerja performance, imajinasi, kreativitas, dan karya-karya intelektual Munif Chatib, 2015: 152. Jenis penilaian psikomotorik meliputi: a unjuk kerja atau kinerja performance, b penilaian proyek project assessment, dan c penilaian portofolio. 3 Penilaian Afektif Munif Chatib 2015: 157 menyatakan bahwa kompetensi ranah afektif meliputi peningkatan pemberian respons, sikap, apresiasi, penilaian, minat, dan internalisasi. Indikator penilaian afektif minimal harus memenuhi persyaratan indikator: a sikap siswa terhadap dirinya sendiri selama proses belajar, b sikap siswa dalam hubungan dengan guru selama proses belajar, c sikap siswa dalam hubungan dengan teman-temannya selama proses belajar, d sikap siswa dalam hubungan dengan lingkungannya selama proses belajar, dan e respons siswa terhadap materi pembelajaran. Berdasarkan pendapat beberapa ahli, peneliti menyimpulkan bahwa terdapat tiga ranah yang harus dinilai dalam penilaian autentik. Ketiga ranah tersebut ialah ranah kognitif, ranah pikomotorik dan ranah afektif. Masing-masing ranah memiliki alat penilaian yang berbeda-beda bergantung indikator yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran. 58 Selanjutnya, berdasarkan karakteristik masing-masing kecerdasan yang sudah dijabarkan di atas, peneliti mencoba mengategorikan masing- masing kecerdasan ke dalam tiga ranah pembelajaran pada tabel berikut. Tabel 1. Pengkategorian Jenis-jenis Kecerdasan dalam Multiple Intelligences ke dalam Tiga Ranah Pembelajaran No Ranah Jenis Kecerdasan 1. Kognitif a. kecerdasan linguistik linguistic intelligence b. kecerdasan logika-matematika logical mathematical intelligence c. kecerdasan spasial spatial intelligence d. kecerdasan naturalis naturalist intelligence 2. Afektif a. kecerdasan interpersonal interpersonal intelligence b. kecerdasan intrapersonal intrapersonal intelligence 3. Psikomotorik a. kecerdasan musikal musical intelligence b. kecerdasan kinestetik bodily-kinesthetic intelligence Berdasarkan teori yang telah dipaparkan diatas, peneliti menyimpulkan bahwa terdapat tiga tahap yang perlu dilakukan dalam mengimplementasikan pembelajaran berbasis multiple intelligences. Secara garis besar tahap-tahap tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. 1. Tahap sebelum pembelajaran berbasis multiple intelligences diterapkantahap perencanaan planning. Tahap perencanaan dilakukan dengan mengenali potensi multiple intelligences yang ada pada diri masing-masing siswa. Kemudian, guru perlu merancang sebuah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP atau lesson plan agar pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. 2. Tahap selama pembelajaran berbasis multiple intelligences diterapkantahap pelaksanaan implementing. Tahap pelaksanaan 59 dilakukan dengan menerapkan rencana pembelajaran yang sudah dirancang oleh guru dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP atau lesson plan dengan memerhatikan beberapa strategi pada setiap kecerdasan siswa yang meliputi: kecerdasan linguistik linguistic intelligence, kecerdasan logika-matematika logical mathematical intelligence, kecerdasan spasial spatial intelligence, kecerdasan musikal musical intelligence, kecerdasan kinestetik bodily-kinesthetic intelligence, kecerdasan interpersonal interpersonal intelligence, kecerdasan intrapersonal intrapersonal intelligence, dan kecerdasan naturalis naturalist intelligence. Meskipun demikian, kedelapan kecerdasan ini tidak harus diterapkan dalam satu waktu atau satu kali kegiatan pembelajaran melainkan dapat disesuaikan dengan kebutuhan. 3. Tahap setelah pembelajaran berbasis multiple intelligences diterapkantahap penilaian assesment. Tahap penilaian dilakukan dengan menerapkan penilaian yang sudah direncanakan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP atau lesson plan.

C. Karakteristik Siswa Kelas III Sekolah Dasar

Masa usia sekolah dasar sering juga disebut masa kanak-kanak akhir. Masa ini dialami oleh anak-anak pada usia 6 tahun sampai memasuki masa pubertas dan masa remaja awal yang berkisar pada usia 11 – 13 tahun. Hal ini sesuai dengan pendapat Endang Poerwanti dan Nur Widodo 2005: 97 yang menuliskan bahwa masa sekolah yaitu fase antara usia 6 – 12 tahun, sering juga disebut sebagai masa kanak-kanak akhir atau masa bermain. Selanjutnya, 60 Rita Eka Izzaty dkk 2013: 103-115 menjelaskan beberapa perkembangan yang terjadi pada anak usia sekolah dasar, antara lain: 1. Perkembangan Fisik Perkembangan fisik pada anak-anak usia sekolah dasar cenderung lebih stabil sebelum memasuki masa remaja. Kestabilan tersebut diperlukan oleh anak untuk belajar berbagai kemampuan akademik. Anak- anak menjadi lebih tinggi, lebih berat, lebih kuat, dan belajar berbagai keterampilan. Keterampilan gerak pada anak usia sekolah dasar pun mengalami kemajuan yang pesat. Anak banyak melakukan kegiatan fisik dan keterampilan gerak, seperti berlari, melompat, berenang, dan bermain sepeda. Kegiatan fisik sangat diperlukan untuk mengembangkan kestabilan tubuh dan kestabilan gerak serta melatih koordinasi untuk menyempurnakan berbagai keterampilan. Disamping itu, kegiatan jasmani diperlukan untuk lebih menyempurnakan berbagai keterampilan menuju keseimbangan tubuh. 2. Perkembangan Kognitif Menurut Piaget dalam Rita Eka Izzaty dkk, 2013: 104 Masa kanak-kanak akhir berada dalam tahap operasi konkret dalam berpikir usia 7-12 tahun, dimana konsep samar-samar dan tidak jelas pada masa kanak-kanak awal kini menjadi lebih konkret. Perkembangan kognitif menggambarkan bagaimana kemampuan berpikir anak berkembang dan berfungsi. Kemampuan berpikir anak berkembang dari tingkat yang sederhana menuju tingkat yang lebih konkret. Pada masa kanak-kanak 61 akhir, anak-anak sudah dapat memecahkan masalah-masalah yang bersifat konkret. Dalam periode konkret-operasional, anak memperoleh tambahan kemampuan yang disebut system of operations atau satuan langkah berpikir Muhibbin Syah, 2014: 125. Kemampuan ini bermanfaat bagi siswa untuk mengkoordinasikan pemikiran dan idenya dengan peristiwa tertentu ke dalam sistem pemikirannya sendiri. Menurut Piaget dalam Muhibbin Syah, 2014: 126 Dalam intelegensi operasional anak yang sedang berada pada tahap konkret- operasional terdapat sistem operasi kognitif yang meliputi: a conservation konservasipengekalan atau kemampuan anak dalam memahami aspek- aspek kumulatif materi seperti volume dan jumlah, b addition of classes penambahan golongan benda atau kemampuan anak dalam memahami cara mengkombinasikan beberapa golongan benda yang dianggap berkelas lebih rendah dan menghubungkannya dengan golongan benda yang berkelas lebih tinggi, dan c multiplication of classes pelipatgandaan golongan benda atau kemampuan yang melibatkan pengetahuan mengenai cara-cara mempertahankan dimensi-dimensi benda untuk membentuk gabungan golongan benda. 3. Perkembangan Bahasa Anak-anak pada masa kanak-kanak akhir memiliki perkembangan bahasa yang terus bertumbuh Kemampuan anak dalam memahami dan menginterpretasikan komunikasi lisan dan tulisan juga jauh lebih baik. 62 Pada masa kanak-kanak akhir, perkembangan bahasa nampak pada perubahan perbendaharaan kata dan tata bahasa. 4. Perkembangan Bicara Pada masa kanak-kanak akhir, anak mulai belajar bagaimana berbicara dengan baik dalam berkomunikasi dengan orang lain. Perbendaharaan kata bertambah seiring bertambahnya kosa kata yang berasal dari berbagai sumber. Anak-anak mulai menyadari bahwa komunikasi yang bermakna tidak dapat tercapai apabila anak-anak tidak mengerti apa yang dikatakan oleh orang lain. Anak-anak pada masa kanak- kanak akhir bicara lebih terkendali dan terseleksi. Anak-anak menggunakan kemampuan bicara sebagai bentuk komunikasi, bukan semata-mata sebagai bentuk latihan verbal. Kemampuan berbicara ditunjang oleh perbendaharaan kosa kata yang dimiliki oleh anak-anak. 5. Perkembangan Moral Perkembangan moral ditandai dengan kemampuan anak untuk memahami aturan, norma, dan etika yang berlaku di masyarakat. Perkembangan moral terlihat dari perilaku moral yang menunjukkan kesesuaian antara nilai dan norma di masyarakat. Perilaku moral banyak dipengaruhi oleh pola asuh orang tua serta perilaku moral dari orang-orang disekitarnya. Perkembangan moral juga tidak terlepas dari perkembangan kognitif dan emosi pada anak-anak. Pengembangan moral termasuk nilai- nilai agama merupakan hal yang sangat penting dalam membentuk sikap dan kepribadian anak.