Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences Implementing
183 Pembelajaran berbasis multiple intelligences pada siswa kelas III di
SD Jogja Green School dilakukan secara integratif berdasarkan jenis kecerdasan yang dominan. Pengintegrasian strategi-strategi berbasis multiple
intelligences dalam pembelajaran di kelas III SD Jogja Green School dilakukan dalam kegiatan inti sesuai dengan tema dan judul pembelajaran.
Kegiatan-kegiatan pembelajaran tidak hanya dapat mengembangkan salah satu kecerdasan, melainkan juga mengembangkan kecerdasan lain. Temuan
penelitian tersebut sesuai dengan pendapat Hamzah B. Uno dan Masri Kuadrat 2009: 129 yang mengemukakan bahwa strategi-strategi yang dapat
digunakan dalam pembelajaran berbasis multiple intelligences berdasarkan kecerdasan peserta didik yang dominan. Penggunaan strategi-strategi tersebut
tidak dapat berdiri sendiri tetapi dikombinasikan satu sama lain agar dapat memfasilitasi kecenderungan multiple intelligences peserta didik.
Kegiatan pembelajaran berbasis multiple intelligences terdiri dari delapan jenis kecerdasan, yaitu kecerdasan linguistik linguistic intelligence,
kecerdasan logika-matematika logical mathematical intelligence, kecerdasan spasial spatial intelligence, kecerdasan musikal musical intelligence,
kecerdasan kinestetik
bodily-kinesthetic intelligence,
kecerdasan interpersonal
interpersonal intelligence,
kecerdasan intrapersonal
intrapersonal intelligence, dan kecerdasan naturalis naturalist intelligence. a. Kegiatan Pembelajaran untuk Kecerdasan Linguistik Linguistic
Intelligence Kecerdasan linguistik linguistic intelligence merupakan
kecerdasan yang berkaitan dengan kemampuan seseorang dalam mengolah
184 kata-kata secara efektif, baik secara lisan maupun tertulis. Dalam
mengembangkan kecerdasan linguistik, berdasarkan hasil penelitian, guru telah memfasilitasi siswa dengan kegiatan seperti mendongengbercerita.
Temuan penelitian tersebut sesuai dengan salah satu strategi pengajaran untuk kecerdasan linguistik yang diungkapkan oleh Armstrong 2013: 80-
83 yaitu:
berceritamendongeng, bertukar
pikiranbrainstorming, rekaman, jurnal penulisan, dan penerbitan.
Selain itu, guru juga memfasilitasi siswa untuk menulis atau membuat karangan, dan memainkan permainan kata-kata. Temuan tersebut
sesuai dengan yang diungkapkan Jasmine. Jasmine 2007: 125 memaparkan bahwa metode mengajar multiple intelligences untuk
kecerdasan linguistik, dapat didiskusikan dan kemudian digambarkan dengan aktivitas-aktivitas yang melibatkan hal-hal berikut: abjad, fonik
suara, pengucapan atau pelafalan, membaca, menulis, mendengar, berbicara, berdiskusi, dan memberikan laporan lisan, serta memainkan
permainan kata-kata dan mengerjakan teka-teki silang. Guru juga memberikan
kesempatan kepada
siswa untuk
berbicara atau
mengemukakan pendapat dan melakukan presentasi seperti yang diungkapkan Hoerr 2007: 18 bahwa untuk membantu siswa
mengembangkan kecerdasan bahasa, guru dapat: mendorong penggunaan kata-kata tidak lazim dan palindrom, melibatkan siswa dalam debat dan
presentasi lisan, serta menunjukkan bagaimana puisi dapat menyampaikan emosi.
185 Fasilitas lain diberikan guru dan sekolah yaitu dengan
menyediakan buku-buku cerita. Hal tersebut sesuai dengan salah satu stimulasi awal yang dapat diberikan pada anak untuk bidang kecerdasan
verbal lingusitik menurut Tim Pustaka Familia dalam buku Warna-warni Kecerdasan Anak dan Pendampingannya 2006: 79 yaitu dengan
mengajak anak membaca bersama, memperhatikan dengan sungguh setiap pertanyaan anak sehingga anak terlatih untuk belajar mendengar,
menyediakan buku cerita atau buku untuk menulis, mendorong anak untuk menceritakan pengalamannya, dan mengajak anak bermain scrabble
bersama. b. Kegiatan Pembelajaran untuk Kecerdasan Logika-Matematika Logical
Mathematical Intelligence Kecerdasan
logika-matematika logical
mathematical intelligence merupakan kecerdasan yang berkaitan dengan keterampilan
mengolah angka danatau kemahiran menggunakan logika. Dalam mengembangkan kecerdasan logika-matematika, berdasarkan hasil
penelitian, guru telah memfasilitasi siswa dengan melakukan kegiatan berhitung counting dan mengajak siswa untuk berpikir secara ilmiah.
Temuan penelitian tersebut sesuai dengan salah satu strategi pengajaran untuk kecerdasan logika-matematika yang diungkapkan oleh Armstrong
2013: 83-86 yaitu: perhitungan dan kuantifikasi, klasifikasi dan kategorisasi, membuat pertanyaan model socrates, heuristik, dan
pemikiranberpikir ilmiah.
186 Selain itu, guru dan sekolah juga menanamkan konsep-konsep
dasar melalui games dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan eksperimen sederhana. Temuan tersebut sesuai dengan yang
diungkapkan Tim Pustaka Familia. Tim Pustaka Familia dalam buku Warna-warni Kecerdasan Anak dan Pendampingannya 2006: 79
menuliskan beberapa stimulasi awal yang dapat diberikan pada anak untuk bidang kecerdasan logika-matematika yaitu dengan mengajak anak
bermain kartu, catur, mengajak anak untuk melakukan eksperimen kecil, memperkenalkan sistem berhitung, memperkenalkan teknologi untuk
menghitung. Guru juga memfasilitasi siswa dengan mengajak siswa memainkan permainan strategi seperti yang diungkapkan Jasmine 2007:
125-126 bahwa metode mengajar multiple intelligences untuk kecerdasan logika matematika, dapat didiskusikan dan kemudian digambarkan dengan
aktivitas-aktivitas yang melibatkan hal-hal berikut: bilangan dan angka, berbagai macam pola, berhitung dan komputasi, pengukuran, geometri,
statistik, kemungkinan, pemecahan masalah, logika, permainan strategi, dan pembuatan grafik.
c. Kegiatan Pembelajaran untuk Kecerdasan Spasial Spatial Intelligence Kecerdasan spasial spatial intelligence merupakan kecerdasan
yang melibatkan kemampuan memvisualisasikan gambar didalam kepala seseorang untuk kemudian menciptakannya dalam bentuk dua atau tiga
dimensi. Dalam mengembangkan kecerdasan spasial, berdasarkan hasil penelitian, guru telah memfasilitasi siswa dengan menunjukkan
187 gambarvideoslide. Temuan penelitian tersebut sesuai dengan pendapat
Jasmine 2007: 126 yang memaparkan bahwa metode mengajar multiple intelligences untuk kecerdasan spasial, dapat didiskusikan dan kemudian
digambarkan dengan aktivitas-aktivitas yang melibatkan hal-hal berikut: film, video, gambar, lukisan, dan peragaan, menggunakan model dan
prototipe, melukis, mengecat, mengukir, peta, diagram, puzel jigsaw dan permainan jalan simpang siur..., berimajinasi dan berperan permainan
pura-pura..., dan rekayasa model mental. Guru juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggambar dan mewarnai, serta
mengajak siswa menciptakan sesuatu prakaryacraft seperti yang dituliskan Tim Pustaka Familia dalam buku Warna-warni Kecerdasan
Anak dan Pendampingannya 2006: 79 bahwa beberapa stimulasi awal yang dapat diberikan pada anak untuk bidang kecerdasan spasial yaitu
dengan mendorong anak untuk menggambar, mewarnai, mengajak anak mengatur dekorasi ruangan, mengajak bermain puzzle, lego, menyediakan
berbagai macam alat gambar, melatih membuat peta atau denah. Fasilitas lain yang diberikan guru dan sekolah yaitu dengan
memasukkan berbagai macam warna ke dalam kelas sebagai sarana pembelajaran misalnya dengan menggunakan kertaskapur tulisspidol
berwarna-warni. Temuan tersebut sesuai dengan salah satu strategi pengajaran yang disampaikan oleh Armstrong 2013: 86-89, yaitu:
visualisasi, tanda-tanda berwarna-warni, gambar metafora, membuat sketsa ide, dan simbol-simbol gambar. Selain itu, guru juga memberikan
188 kesempatan berupa diferensiasi penugasan melalui gambar apabila siswa
kesulitan menuangkan pikirannya ke dalam bentuk tulisan. Hal tersebut sesuai dengan salah satu strategi pengajaran Hoerr 2007: 19 yang
menjelaskan bahwa untuk membantu siswa mengembangkan kecerdasan spasial, guru dapat: menggambar peta dan labirin, memimpin kegiatan
visualisasi, mengajarkan pemetaan pemikiran, menyediakan kesempatan untuk memperlihatkan pemahaman melalui gambar, dan meminta siswa
merancang bangunan, pakaian, pemandangan untuk menggambarkan peristiwa atau periode sejarah.
d. Kegiatan Pembelajaran untuk Kecerdasan Musikal Musical Intelligence Kecerdasan
musikal musical
intelligence merupakan
merupakan kecerdasan yang melibatkan kepekaan seseorang terhadap bunyi, musik atau irama. Dalam mengembangkan kecerdasan musikal,
berdasarkan hasil penelitian, guru telah memfasilitasi siswa dengan memutarkan musik yang sesuai dengan kegiatan pembelajaran dan
memutarkan musik instrumen untuk mengiringi pembelajaran. Temuan penelitian tersebut sesuai dengan strategi pengajaran untuk kecerdasan
musikal yang diungkapkan oleh Armstrong 2013: 92-94 yaitu: irama, lagu, rap ketukan, dan senandung, diskografistudi dan pengumpulan
daftar album rekaman, musik super memori, konsep-konsep musik, dan musik suasana.
Selain itu, guru juga memfasilitasi siswa melalui kegiatan bernyanyi bersama dan mengenalkan siswa pada beraneka lagu seperti
189 yang dituliskan Tim Pustaka Familia dalam buku Warna-warni
Kecerdasan Anak dan Pendampingannya 2006: 80 bahwa beberapa stimulasi awal yang dapat diberikan pada anak untuk bidang kecerdasan
musikal yaitu dengan memperkenalkan lagu pada anak, mendorong anak untuk menyanyi, bermain musik, mengajak anak ke konser atau pagelaran
musik. Guru juga mengajak siswa untuk mendengarkan musik, mengajak siswa untuk menciptakan musik dan membuat musik dari alam, serta
mencoba membuat lagu. Temuan tersebut sependapat dengan Jasmine 2007: 126-127 yang memaparkan bahwa metode mengajar multiple
intelligences untuk kecerdasan musikal, dapat didiskusikan dan kemudian digambarkan dengan aktivitas-aktivitas yang melibatkan hal-hal berikut:
mendengarkan musik, menciptakan musik secara vokal: bernyanyi; bersenandung; bersiul, menciptakan musik secara instrumental dengan
alat musik, mereproduksi melodi, menyelidiki dan merespon bunyi, lingkungan dan juga musikal, ikut serta dalam gerakan ritmik, dan
menciptakan ritme. e. Kegiatan Pembelajaran untuk Kecerdasan Kinestetik Bodily-Kinesthetic
Intelligence Kecerdasan
kinestetik bodily-kinesthetic
intelligence merupakan kecerdasan yang berkaitan dengan kerja fisik sebagian atau
seluruh anggota tubuh akibat koordinasi antara otak dengan tubuh. Dalam mengembangkan kecerdasan kinestetik, berdasarkan hasil penelitian, guru
telah memfasilitasi siswa dengan kegiatan menciptakan sesuatu yang memerlukan keterampilan motorik halus seperti membuat kerajinan atau
190 prakarya. Temuan penelitian tersebut sesuai dengan salah satu strategi
pengajaran untuk kecerdasan kinestetik yang diungkapkan oleh Hoerr 2007: 18 yaitu: menyediakan kegiatan untuk tangan dan bergerak,
menawarkan kesempatan berakting, membiarkan murid bergerak selama bekerja, memanfaatkan kegiatan menjahit, membuat model dan lain-lain
yang memerlukan keterampilan motorik halus. Selain itu, guru juga memfasilitasi siswa melalui kegiatan
bergerak dan menari, aktivitas berolahraga serta permainangames yang melibatkan aktivitas fisik. Temuan tersebut sesuai dengan yang
diungkapkan Jasmine dan Tim Pustaka Familia. Jasmine 2007: 129 memaparkan bahwa metode mengajar multiple intelligences untuk
kecerdasan kinestetik, dapat didiskusikan dan kemudian digambarkan dengan aktivitas-aktivitas yang melibatkan hal-hal berikut: keterampilan
otot besar dan atau kecil, kegiatan fisik, bahan-bahan rekayasaan, membuat dan atau membangun suatu benda, peragaan, modeling, tarian,
olahraga, berkeliling, mengerjakan sesuatu secara fisik, bahasa tubuh, dan koordinasi mata-tangan. Sementara, stimulasi awal yang dapat diberikan
pada anak untuk bidang kecerdasan kinestetik menurut Tim Pustaka Familia
dalam buku
Warna-warni Kecerdasan
Anak dan
Pendampingannya 2006: 79 yaitu dengan mengajak anak melakukan olahraga, mengajak anak aktif menggerakan badan, menari, bermain
drama, melatih anak menggunakan kemampuan jari tangan untuk membuat keterampilan.
191 f. Kegiatan Pembelajaran untuk Kecerdasan Interpersonal Interpersonal
Intelligence Kecerdasan interpersonal interpersonal intelligence merupakan
kecerdasan yang berkaitan dengan kemampuan seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain. Dalam mengembangkan kecerdasan
interpersonal, berdasarkan hasil penelitian, guru telah memfasilitasi siswa dengan kegiatan-kegiatan yang menekankan adanya kerja sama seperti
berdiskusi dan proyek bersama. Temuan penelitian tersebut sependapat dengan Jasmine 2007: 129-130 yang memaparkan bahwa metode
mengajar multiple intelligences untuk kecerdasan interpersonal, dapat didiskusikan dan kemudian digambarkan dengan aktivitas-aktivitas yang
melibatkan hal-hal berikut: kelompok belajar kooperatif belajar bersama, proyek
kelompok, penyelesaian
konflik, mencapai
kesepakatan konsensus, tanggung jawab badanorganisasi sekolah dan siswa,
kehidupan berteman dan sosial, serta empati. Selain itu, guru juga memfasilitasi siswa melalui kegiatan
permainangames dan wawancara. Temuan tersebut sesuai dengan strategi pengajaran untuk kecerdasan interpersonal yang diungkapkan Armstrong
2013: 94-97 yaitu: aktivitas berbagi dalam kelompokpeer sharing, patung orang, kelompok-kelompok kerjasama, papan permainan, dan
simulasi-simulasi. Fasilitas lain diberikan guru dan sekolah yaitu dengan
memberikan kesempatan bagi siswa untuk menanggapimemberikan pendapat atau saran kepada siswa lain, melakukan kegiatan bersama
192 semua kelas, dan mengapresiasi hasil karya siswa. Hal tersebut sesuai
dengan salah satu upaya guru dalam mengembangkan kecerdasan interpersonal siswa yang dijelaskan Hoerr. Hoerr 2007: 19 menjelaskan
bahwa untuk membantu siswa, guru dapat: menggunakan pembelajaran kerja sama, menugaskan kerja kelompok, memberi siswa kesempatan
untuk mengajar teman sebaya, mendiskusikan penyelesaian masalah, dan menciptakan situasi yang membuat siswa saling mengamati dan memberi
masukan. g. Kegiatan Pembelajaran untuk Kecerdasan Intrapersonal Intrapersonal
Intelligence Kecerdasan intrapersonal intrapersonal intelligence merupakan
kecerdasan yang berkaitan dengan kemampuan seseorang dalam mengenal dan memahami diri sendiri dengan baik. Dalam mengembangkan
kecerdasan intrapersonal, berdasarkan hasil penelitian, guru telah memfasilitasi siswa dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
belajar secara mandiri, menyediakan kesempatan bagi siswa untuk memberi dan menerima masukan, serta memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mengerjakan tugas-tugas individu. Temuan tersebut senada dengan pendapat Hoerr 2007: 19 yang menjelaskan bahwa untuk
membantu siswa mengembangkan kecerdasan intrapersonal, guru dapat: membiarkan siswa bekerja dengan iramanya sendiri, menciptakan sudut
tenang di kelas atau membolehkan siswa keluar untuk bekerja sendiri, membantu siswa menyusun dan memonitor target-target pribadi,
193 menyediakan kesempatan bagi siswa untuk memberi dan menerima
masukan, serta melibatkan siswa dalam menulis jurnal. Selain itu, guru juga memfasilitasi siswa untuk mengenali diri
sendiri dan menanamkan rasa bangga atas kekurangan maupun kelebihan diri yang dimiliki masing-masing siswa seperti yang disampaikan oleh
Jasmine 2007: 130 bahwa metode mengajar multiple intelligences untuk kecerdasan intrapersonal, dapat didiskusikan dan kemudian digambarkan
dengan aktivitas-aktivitas yang melibatkan hal-hal berikut: refleksi pemikiran mendalam atau perenungan, perasaan, analisis-diri, percaya
diri, mandiri, harga diri, pengelolaan waktu, dan merencanakan masa depan.
Fasilitas lain diberikan guru yaitu dengan mendorong siswa untuk mengungkapkan perasaan. Selain itu, guru dan pihak sekolah juga
seringkali memberikan kesempatan pada siswa untuk berpendapat dalam berbagai kesempatan. Hal tersebut selaras dengan yang dituliskan Tim
Pustaka Familia dalam buku Warna-warni Kecerdasan Anak dan Pendampingannya 2006: 80 bahwa beberapa stimulasi awal yang dapat
diberikan pada anak untuk bidang kecerdasan intrapersonal yaitu dengan menyediakan waktu khusus bagi anak untuk sendirian, mendorong anak
menceritakan perasaannya, melatih anak untuk membuat catatan pribadi, memotivasi anak belajar mandiri, mendorong anak merancang target.
194 h. Kegiatan Pembelajaran untuk Kecerdasan Naturalis Naturalist
Intelligence Kecerdasan naturalis naturalist intelligence merupakan
kecerdasan yang berkaitan dengan kecintaan terhadap lingkungan, khususnya alam dan makhluk hidup. Dalam mengembangkan kecerdasan
naturalis, berdasarkan hasil penelitian, guru telah memfasilitasi siswa melalui Green Education. Temuan penelitian tersebut sesuai dengan salah
satu strategi pengajaran untuk kecerdasan linguistik yang diungkapkan oleh Armstrong 2013: 100-104 yaitu berjalan-jalan di alam terbuka,
jendela pemelajaranwindows onto learning, tanaman sebagai alat peraga, binatang peliharaan di dalam kelas, dan studi lingkunganeco-study.
Selain itu, guru juga memfasilitasi siswa dengan mengajak siswa untuk belajar di luar ruanganlingkungan sekitar sekolah, serta memberi
kesempatan kepada siswa untuk mengeksplorasi alam atau lingkungan sekitar. Hal tersebut sesuai dengan stimulasi awal yang dapat diberikan
pada anak untuk bidang kecerdasan naturalis menurut Tim Pustaka Familia dalam buku Warna-warni Kecerdasan Anak dan Pendampingannya 2006:
80 yaitu dengan mengajak anak menikmati alam, mengajak anak berpetualang di alam, memperkenalkan berbagai flora-fauna, tanda-tanda
alam, memperkenalkan rasi bintang dan memanfaatkannya. Selanjutnya, berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh oleh
peneliti, kegiatan-kegiatan yang dilakukan guru saat hendak mengakhiri pembelajaran, antara lain: melakukan review harian, melakukan refleksi diri,
kegiatan mendongeng, bersyukur dan berdo‘a bersama.
195