32
Laksana 2007:60 menyatakan bahwa metode yang tepat untuk mendalami karakter yaitu dengan melakukan wawancara dengan seseorang yang
dianggap berkarakter sama dengan tokoh dalam cerpen yang akan dibuat. Mungkin pertanyaan-pertanyaan yang diajukan tidak ada hubungannya sama
sekali dengan desain cerita, namun itulah yang harus dilakukan uuntuk menggali informasi sebanyak-banyaknya. Apapun jawaban mereka, hal ini harus dilakukan
untuk lebih mengenali mereka. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penokohan atau
perwatakan ialah pelukisan mengenai tokoh cerita, baik keadaan lahirnya maupun batinnya yang dapat berupa pandangan hidupnya, sikapnya keyakinannya, adat
istiadatnya, dan sebagainya. Jumlah tokoh cerita yang terlibat dalam cerpen sangat terbatas, baik yang menyangkut jumlah data-data jati diri tokoh khususnya yang
berkaitan dengan perwatakan sehingga pembaca harus merekonstruksi sendiri gambaran yang lebih lengkap tentang tokoh itu.
2.2.3.2.4 Latar Setting
Latar yaitu tempat atau waktu terjadinya cerita. Suatu cerita hakikatnya tidak lain ialah lukisan peristiwa atau kejadian yang menimpa atau dilakukan oleh
satu atau beberapa orang tokoh pada suatu waktu disuatu tempat. Karena manusia atau tokoh cerita itu tidak pernah dapat lepas dari ruang dan waktu, maka tidak
mungkin ada cerita tanpa latar atau setting. Kegunaan latar atau setting dalam cerita biasanya bukan hanya sekadar sebagai petunjuk kapan dan dimana cerita itu
terjadi, melainkan juga sebagai tempat pengambilan nilai-nilai yang ingin diungkapkan pengarang melalui ceritanya tersebut Suharianto 1982:23.
33
MenurutBegawan.2003httpartikel.webgaul.combahasateknikfiksi.htm, setting
tempat terjadinya cerita terbagi menjadi : 1 setting geografis: tempat dimana kejadian berlangsung, 2 setting antropologis : kejadian berkaitan dengan
situasi masyarakat, kejiwaan pola pikir, adat-istiadat, sedangkan menurut Nugroho 2007:43, latar setting harus ditampilkan dalam setiap cerpen. Latar ibarat
panggung dalam sebuah pertunjukkan drama, ketika setiap adegan dipertontonkan. Dalam cerpen, latar tidak hanya menunjuk pada tempat,
melainkan juga waktu, budaya, sosial, ekonomi, politik, dan lain-lain. Nugroho 2007:43 menambahkan bahwa perlu pendeskripsian latar dalam
cerpen supaya cerpen tersebut seperti kejadian sesungguhnya karena didukung oleh suasana dan situasi yang seolah-olah nyata. Pada saat memaparkan setting,
harus benar-benar mengetahui segala aspek yang terkait di dalamnya dan jangan pula bermain-main dengan waktu secara sembarangan. Latar juga bisa didapatkan
dengan mewawancarai seseorang narasumber untuk memperoleh gambaran dan detail latar tertentu. Disamping itu latar juga bisa didapat dengan imajinasi dan
mereka-reka sendiri tetapi tetap harus ada logikanya. Dari pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan lattar setting adalah
segala keterangan, petunjuk, pengacuan, yang berkaitan dengan tempat, waktu, dan suasana terjadinya peristiwa dalam cerita. Pelukisan latar dalam cerpen tidak
memerlukan detil-detil khusus tentang keadaan latar, misalnya yang menyangkut keadaan tempat dan sosial. Cerpen hanya memerlukan pelukisan secara garis
besar saja, yang telah mampu memberikan suasana tertentu yang dimaksudkan.
34
2.2.3.2.5 Gaya Bahasa